Search

Content

Tampilkan postingan dengan label Leadership. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Leadership. Tampilkan semua postingan
0 komentar

Inspirasi Kesederhanaan Seorang Pemimpin



Suatu ketika, Abu Bakar r.a. pergi ke pasar hendak menjual beberapa kain dagangannya. Saat itu beliau belum lama dibaiat menjadi khalifah. Di tengah perjalanan, beliau berjumpa dengan Umar ra. Umar pun menyapa, “Wahai Abu Bakar, engkau mau kemana?”
“Ke pasar,” jawab Abu Bakar.

Umar berkata, “Jika engkau sibuk dengan perdaganganmu, lalu bagaimana dengan urusan Kekhilafahan?”
Abu Bakar balik bertanya, “Kalau begitu, bagaimana aku menafkahi istri dan anakku?”
“Kalau begitu, mari kita menemui Abu Ubaidah. Dia akan menetapkan santunan untukmu dari Baitul Mal,” kata Umar.

Keduanya lalu pergi menemui Abu Ubaidah. Abu Ubaidah kemudian menetapkan santunan (bukan gaji, pen.) dari Baitul Mal sekadar memenuhi kebutuhan dasar Abu Bakar dan keluarganya untuk setiap bulannya.
Suatu ketika, istri Abu Bakar memohon kepada beliau, “Saya ingin sekali manisan.”
Beliau menjawab, “Aku tidak punya uang untuk membelinya.”
“Kalau engkau setuju, saya akan menyisihkan sedikit dari uang belanja tiap hari sehingga dalam beberapa hari uang akan terkumpul,” kata istrinya.

Abu Bakar pun mengizinkannya. Selang beberapa hari, uang terkumpul. Istrinya lalu menyerahkan uang itu kepada beliau untuk membeli bahan-bahan manisan. Beliau kemudian berkata, “Dari pengalaman ini, aku tahu, ternyata kita mendapatkan santunan berlebihan dari Baitul Mal.”

Akhirnya, uang yang sudah terkumpul itu pun dikembalikan oleh beliau ke Baitul Mal, tidak jadi dibelikan bahan-bahan manisan. Selanjutnya, Khalifah Abu Bakar meminta Baitul Mal agar memotong santunannya sebanyak yang pernah dikumpulkan istrinya setiap harinya.

Tat kala tampuk kekhalifahan jatuh ketangan Umar Bin Khattab, ia tak kalah zuhud dengan pendahulunya, Abu Bakar. Sebelum menjadi khalifah, Umar Bin Khatab adalah seorang suadagar yang mencari nafkah buat dirinya dan keuarganya dengan cara berniaga. Namun setelah menjadi khalifah waktunya habis untuk tugas kenegaraan. Ia mendapat santunan dari Baitul Mal sekedar mengongkosi dirinya dan keluarganya secara sederhana.
Dengan bergantinya waktu bertambah pulalah tanggungan dan kebutuhan hidup. Khalifah Umar menaikan gaji seluruh kaum muslimin baik yang berada didalam maupun diluar kota madinah, namun tidak terpikir oleh dirinya untuk menambah pendapatannya sepeser pun.
Pada suatu hari sampailah berita kepada para sahabatnya bahwa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Khalifah Umar terpaksa berutang. Berkumpullah beberapa Sahabat ra., di antaranya Ali, Utsman, Zubair, dan Thalhah dalam suatu majelis untuk membicarakan usulan agar tunjangan Khalifah Umar bin al-Khaththab ditambah, karena sepertinya tunjangan itu terlalu kecil. Mereka sepakat untuk merundingkannya dengan Umar dan meminta kepadanya agar dia menaikan gaji serta tunjangannya. Namun akhirnya para sahabat mengurungkan niatnya sebab mereka sama-samaa maklum bahwa mengenai masaah ini khususnya Umar Bin Khattab adalah seorang yang amat keras dan mudah naik darah. Akhirnya, mereka bersepakat untuk meminta bantuan Hafshah, salah seorang istri Nabi saw., yang tidak lain adalah putri Khalifah Umar ra. Ummul Mukminin Hafshah kemudian menyampaikan usul tersebut kepada ayahnya, Umar ra. Mendengar itu, Khalifah Umar ra. bukannya senang; beliau tampak marah. Beliau berkata, “Siapa yang telah mengutusmu untuk mengajukan usulan itu. Seandainya aku tahu nama-nama mereka, aku akan memukul wajah-wajah mereka!”

Khalifah Umar ra. kemudian berkata, “Sekarang, ceritakan kepadaku pakaian Nabi saw. yang paling baik yang ada di rumahmu.”

“Beliau memiliki sepasang pakaian berwarna merah yang dipakai setiap hari Jumat dan ketika menerima tamu,” jawab Hafshah.

Umar bertanya lagi, “Makanan apa yang paling lezat yang pernah dimakan oleh Rasulullah saw. di rumahmu?”

“Roti yang terbuat dari tepung kasar yang dicelupkan ke dalam minyak…,” jawab Hafshah.

“Alas tidur apa yang paling baik yang pernah digunakan Rasulullah saw. di rumahmu?” tanya Umar lagi.

“Sehelai kain, yang pada musim panas dilipat empat dan pada musim dingin dilipat dua; separuh untuk alas tidurnya dan separuh lagi untuk selimut,” jawab Hafshah lagi.

Khalifah Umar ra. lalu berkata, “Sekarang, pergilah. Katakan kepada mereka, Rasulullah saw. telah mencontohkan pola hidup sederhana, merasa cukup dengan apa yang ada demi meraih kebahagiaan akhirat. Aku tentu akan mengikuti teladan beliau….”

Sumber ; Milis pkpusatu
Baca selengkapnya »
0 komentar

Seni Memotivasi Karyawan


Bagi anda,para pemimpin baik pemimpin perusahaan atau organisasi tulisan CEO PT XL ini bermanfaat, kiat sederhana memotivasi karyawan ataupun staff bahkan kader, bagaimana mengoptimalkan semua potensi individu yang berbeda dalam satu tujuan memang bukanlah hal yang mudah, silahkan disimak artikelnya :)



Semua orang sudah mengetahui, karyawan adalah asset utama suatu perusahaan. Tentu saja, yang di maksud di sini adalah karyawan dengan kompetensi sesuai dengan yang di butuhkan perusahaan. Bersama mereka, antara lain perusahaan mengejar target dan pencapaian. Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi mengenai bagaimana memimpin, memotivasi, dan menggerakkan karyawan.



Jika anda seorang CEO, tugas anda antara lain adalah menggerakkan orang-orang yang bekerja sekeliling anda sehingga mereka bersedia di ajak mengejar target. Padahal tipe orang itu bermacam-macam. Belum lagi anda musti memadukan orang-orang terpilih itu dalam satu tim. Ini soal bagaimana kecakapan kita dalam memimpin orang-orang kita tersebut.



Bukan urusan yang mudah, tetapi di sinilah antara lain seni memimpin dan mengelola perusahaan. Untuk urusan bagaimana memimpin orang-orang yang memiliki berbagai macam tipe karyawan ini, saya merasa cocok dengan pemikiran Paul Hersey dan Ken. Blanchard. Menurut mereka seorang pemimpin harus memahami tingkat kemampuan karyawannya agar tahu bagaimana memotivasi dan menggerakkan mereka.



Ada empat tingkat tipe kecakapan yang di maksud. Pertama M1 (tidak mampu dan tidak punya kemauan). Untuk memotivasi karyawan kategori ini pemimpin harus bersikap tell atau banyak bersabar memberitahu apa saja tugas yang harus di lakukan, memberi petunjuk dan instruksi, sehingga karyawan yang tidak ada kemauan dan kemampuan bersedia mencoba mengerjakan apa yang di tugaskan.



Lalu, tingkat M2 (tidak mampu tetapi mau). Untuk menggerakkan karyawan bertipe ini, anda sebagai leader dalam memotivasi harus bersikap sell atau banyak-banyak menyemangati dan menggugah bahwa di a akan bisa asalkan mau mencoba. Leader harus mampu meyakinkannya bahwa dengan banyak-banyak mencoba maka kemampuan mereka akan meningkat dan prestasi bisa di raih.



Selanjutnya, tingkat  M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka leadernya harus bersikap partisipatif dalam memotivasi, dengan memberikan tantangan atau mengajaknya ikut memikirkan sesuatu, mendorong mengeluarkan ide-ide. Dengan demikian, kemampuan yang di milikinya bisa keluar sehingga bisa menggerakkan dan meyakinkannya bahwa dia memang memiliki kemampuan sesuai dengan yang di harapkan perusahaan. 



Terakhir, tingkat M4 (mampu dan mau) maka leadernya musti bersikap Delegating, yaitu mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan sistem control yang baik. Pada tingkat ini, biasanya karyawan sudah menduduki jabatan yang lumayan tinggi, jadi yang bisa di berikan untuk lebih memotivasi mereka-mereka adalah memberikan kesempatan dan kepercayaan atas tugas-tugas yang penting.

Mengenali setiap tipe karyawan atau bawahan akan mempermudah seorang leader, bukan hanya dalam menggerakkan mereka, namun akan bisa merancang rencana kerja secara realistis di sesuaikan dengan kemampuan tim-nya. Dengan kata lain, perusahaan akan bisa lebih baik dalam merancang target serta menciptakan harmony dalam perusahaan.



Paparan di atas adalah teori yang melandasi leadership saya. Pada tulisan berikutnya, masih dalam tema yang sama, akan kita lanjutkan soal bagaimana pengalaman saya mengimplementasikan teori tersebut.



Semoga bermanfaat.

Oleh: Hasnul SuhaimiCEO PT XL Axiata Tbk

Baca selengkapnya »

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog