Search

Content

Tampilkan postingan dengan label Catatan Teman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Teman. Tampilkan semua postingan
0 komentar

Perjalanan Kemanusiaan Menuju Rohingnya



Seperti biasa, konsentrasi pkpu tidak hanya pada saudara kita yang ada didalam negeri, yang memang merupakan prioritas utama. Ikatan atas rasa kemanusiaanlah yang kemudian juga menjadikan kami terus bergerak untuk juga membantu saudara yang berada di luar sana, yang seringkali tidak mendapat wadah cukup di media, bahkan seringkali tak ada tempat sama sekali untuk penyampaian penderitaan mereka.

Setelah Somalia, yang hingga kinipun masih terus kita dampingi, kondisi muslim di Rohingnya yang merupakan minoritas dan dianggap bukan warga Myanmar. Mengalami sejuta asa dan penderitaan. Kami mengumpulkan bantuan dan donasi dari saudara muslim yang ada di Indonesia yang kemudian dikawal agar sampai pada tangan-tangan yang membutuhkan. Melewati dan melampaui sekat batas kewarganegaraan, dengan segala resiko yang dihadapkan. Sekali lagi, atas nama kemanusiaan.

Berikut tulisan mba Rahma Damayanti dan foto-foto yang dokumentasi perjalanan Tim PKPU mendistribusikan bantuan ke Rohingnya.

On Rohingya Journey

Berkaca pada kota-kota di Myanmar, maka kita seperti terlempar pada situasi Indonesia 30 tahun yang lalu. Orang-orang lalu lalang dengan menggunakan sarung. Ke kantor, ke sekolah, atau ke tempat-tempat publik lainnya. Para perempuannya mengunakan sejenis bedak dingin di kedua pipinya. Fasilitas umum masih tertinggal dibanding kota-kota lain. Biaya bertelpon super mahal. Demikian Manager DRM memulai kisah perjalanan aksi kemanusiaannya di Sittwe, Myanmar di ruang salam pagi PKPU, Senin 19 November 2012.

Sebuah perjalanan bersama relawan DRM lainnya, Suharjoni. Aksi kemanusiaan dalam rangka mengemban beberapa amanah sekaligus untuk para pengungsi Rohingya di Sittwe, Ibukota negara bagian Rakhine, barat Myanmar. Amanah yang diemban antara lain, distribusi logistik bahan makanan pokok, pembangunan shelter dan pembangunan sumur pompa tangan di lokasi pengungsian, serta pelaksanaan ibadah kurban.


Keinginan PKPU untuk membangun shelter disambut cukup baik oleh pemerintah Sittwe. Sittwe memang daerah yang yang paling rawan di Myanmar. Kamp pengungsian terbesar berada di Sittwe. Jejak-jejakan kampung muslim yang terbakar masih terlihat jelas. Namun, untuk menyamarkan bekas pembakaran, pemerintah setempat menginstruksikan aparatnya untuk menebang pohon-pohon yang tersisa di bekas perkampungan yang terbakar. Tak ada sekolah untuk muslim Rohingya di Sittwe. Bahkan sekolah darurat sekalipun.  


Indonesia bagi para pengungsi Rohingya, bagaikan saudara lama yang bertahun tak bertemu.  Mereka sungguh antusias dan jernih menyambut kedatangan tim aksi kemanusiaan PKPU. Kerinduan pada saudara seiman yang peduli kepada nasib mereka di negeri yang tak mengakui keberadaan mereka.
Nobody's people in a no-man's land. Demikian AlJazeera.com menuliskan. Tanpa kewarganegaraan.

Kondisi kamp pengungsian sangat menyedihkan. Kamp compang-camping yang tak dapat menahan hujan. Anak-anak kecil yang sakit tidak diobati sebagaimana mestinya. Raut wajah penuh derita. Ekspresi kesedihan yang bisa ditutupi dengan senyum sekalipun. Lantai tenda usang itu hanyalah sebuah terpal yang sama kumalnya. Sebagian dari mereka bahkan memilih tidur beralaskan rumput memandang bintang di langit malam. Para lansia yang sakit seolah menunggu kabar kematiannya sendiri.


Berbeda dengan kamp pengungsian muslim Rohingya, kamp pengungsi budha dan hindu yang ikut terusir karena konflik, justru sangat baik keadaannya. Shelter mereka terlihat lebih bagus daripada rumah asli mereka. Kebutuhan perangkat rumah tangga jauh lebih lengkap. Pengungsi budha dan hindu, adalah pengungsi yang lebih berbahagia. Mereka mudah sekali bertepuk tangan untuk merayakan kebahagiaannya.


Komitmen PKPU adalah menolong lintas ras dan agama. Walau keadaan pengungsi rohingya sangat memprihatinkan, pengungsi budha dan hindu tetap menerima bantuan. Ini juga yang menjadi kunci, memudahkan pemerintah Sittwe memberikan izin pembangunan shelter untuk pengungsi Rohingya.


Tim PKPU tak semata mengunjungi dan mendistribusikan bantuan di Sittwe. Tim juga datang ke Ayeryawadhy, di pinggir kota Yangon. Desa ini desa yang terisolir. Dikepung desa-desa lain yang telah dialiri listrik dan jalan aspal yang bagus, desa ini gulita di kala malam. Jalan aspal berhenti ketika memasuki desa ini. Perbedaan yang jelas.


Konflik yang sempat memanas di akhir Oktober, menyebabkan jatuhnya korban tewas dan gelombang pengungsi rohingya yang baru di kamp Sittwe, memaksa para ulama lokal menyerukan pembatalan penyelenggaraan ibadah kurban. Festival kurban yang biasa dilakukan penduduk muslim Myanmar. Hari tasyrik, kebetulan juga jatuh di hari raya
full moon bagi umat budha. Festival kurban atau pemotongan sapi-sapi akan memicu konflik berikutnya.

Alhamdulillah, pemotongan hewan kurban dapat berjalan di beberapa tempat. Tentu, semuanya dilakukan dalam senyap dan tanpa keramaian. Sedang beberapa hewan kurban lain, dipotong dan didistribusikan sebagai kornet. Semua dilakukan dalam diam. Dalam kesunyian.


Sungguh, bukan perjalanan yang sederhana. Untuk mendokumentasikan kegiatan saja, dilakukan sembunyi-sembunyi. Selain doa dan persiapan yang rapi, sebuah aksi kemanusiaan juga harus disertai dengan banyak kerja keras, strategi, kreatifitas, improvisasi, serta sebuah kemampuan mengkomunikasi ide yang mempuni. Sebuah perjalanan yang mengajari sebuah kearifan. Tugas PKPU di Sittwe belum selesai. Demikian juga perjalanan ini belum akan berakhir.
Wallahualam.

Terima kasih kepada seluruh donatur, yang telah mengamanahkan harta terbainya untuk membantu saudara kita di Rohingnya, dan misi kemanusiaanpun masih berlanjut. Hari ini Tim PKPU sedang menuju Gaza, mencoba menembus dan menyalurkan bantuan untuk saudara kita di Gaza setelah sebelumnya di bombardir oleh Israel. mohon doa dari sahabat semua

Dok. Foto :

Source : https://plus.google.com/photos/115703126356304219831/albums/5794550171019074497/5794550199259326098

 1. Setelah 4 hari mencoba, akhirnya berhasil mendapat akses dan tiket pesawat ke kota Sittwe yang terlarang untuk orang asing. Sebuah kesempatan besar dan langka. 

Pesawat ATR 72- 500 siap menerbangkan saya (P Tommy) menuju Kota Sittwe ibu kota Rakhine State tempat terjadinya konflik antara Muslim Rohingya dan Budha Rakhine



 Gizi buruk mulai menyerang anak- anak di kamp pengungsian Baw Du Pha, 40 menit dari kota Sittwe.



Seorang pengungsi Rohingya sedang membuat rumah bambu di pengungsian Thet Kay Pyin, 30 menit dari Kota Sittwe. 

Pengungsi Rohingya tergeletak tak berdaya menunggu antrian pemeriksaan relawan dokter yang jumlahnya sangat terbatas di penampungan pengungsi Bumay Township. 



Relawan PKPU (bertopi) membantu mengangkat bantuan agar tidak kehujanan di Desa Aung Mingala, Kota Sittwe.








Warga Rakhine bebas beraktivitas dan bekerja di Kota Sittwe, sebaliknya Rohingya terkurung dalam blokade militer dan polisi.


 Sarah (nama samaran) tidak bersekolah dan terpaksa berjualan sirih sejak sekolahnya ditutup paska kerusuhan menerjang desanya, Aung Mingala.

Baca selengkapnya »
0 komentar

Tugas Panjang Surjoni di Mentawai Tertunaikan


Saya bergetar ketika mendengar langsung kondisi di Mentawai dan para relawannya, saat mba Rahma bercerita. Kondisi medan yang sangat sulit di jangkau, karena berada di luar Pulau Utama. Hampir seperti daerah yang terlupakan, alat transportasi yang hanya berupa kapal itupun jadwalnya kadang tak tentu. Saya jadi mengenal apa itu ambu-ambu.

Kisah mas Joni, bagi saya sangat inspiratif. Betapapun ia tahu, dunianya sangat jauh dari tepuk tangan. Sosok mas Joni menggambarkan kinerja seharusnya yang dilakukan para relawan, mendampingi dan membersamai sampai tuntas. Hal ini di gambarkan sangat apik ditulisan mba Rahma. Semoga yang dilakukan mas Joni dan para Relawan lain terutama yang tergabung dalam Korps Relawan PKPU terus bergerak dan membersamai. Berikut Tulisan Mba Rahma :

Akhir dari Sebuah Awalan

Suharjoni, Staf Disaster Risk Management (DRM) PKPU mendarat di Bandara Minangkabau, Padang, hari Kamis (23/2/2012). Ia baru saja menyelesaikan tugas panjang di Mentawai. Bermula dari Tsunami yang mengguncang Mentawai 25 Oktober 2010, dari fase tanggap darurat hingga fase rekonstruksi dan rehabilitasi.

Dari evakuasi korban-korban meninggal hingga jauh ke hulu sungai Sabeugukgung, sebuah kampung yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Hingga mendistribusikan logistik hingga jauh ke pulau-pulau yang harus ditempuhi dengan ombak yang tinggi. Memetakan kejadian dan peristiwa lintas ruang, lintas agama dan kepercayaan. Atas nama kemanusiaan.

PKPU telah membangun kampung baru di balik sebuah bukit di Sabeugukgung yang menjadi sebuah tanah harapan baru. Membangun kembali perumahan di Boriai yang luluh lantak dari gempa besar tahun 2007. Mendampingi masyarakat, mendengar apa yang menjadi kebutuhan dan masuk di celah-celah yang terlupakan lembaga lain. Pulau-pulau yang nun jauh di Samudera Hindia, bagi PKPU tidaklah menjadi kendala untuk mendampinginya.

Periode terakhir dari awalan pendampingan ini berlangsung dari tanggal 7-22 Februari 2012.  PKPU menyelesaikan pembangunan rumah baca lengkap dengan buku dan rak-rak baca.  Peralatan audio visual. Perabotan yang menjadi pendukung kenyamanan rumah baca ini.  Berlokasi di halaman Kodim 0319/Mentawai.

Penyelesaikan mebeler berupa meja kursi lengkap dengan lemari untuk ruang guru di SD Tubeket dan SD Boriai. Hingga ke pembuatan 2 (dua) unit MCK masing-masing di Boriai atas dan Boriai bawah.

Seluruhnya tentu terbangun atas dukungan seluruh donatur yang telah mendampingi pemulihan Mentawai sejak beberapa saat gempa dan tsunami menyapu sebagian pantai di kepulauan Mentawai.  Sebagai akhir dari sebuah awalan, tentu perlu komunikasi intensif antara PKPU yang diwakili Suharjoni (DRM/PKPU Pusat) dengan pihak-pihak yang akan memelihara apa yang telah dibangun bersama-sama dengan masyarakat Mentawai. 

Dengan tokoh Masyarakat di Sikakap, di Tubeket, di Boriai, di Sabeugukgung.  Harapan bahwa apa yang telah diberikan dan dibangun di tanah Mentawai, dapat menjadi pencetus pemberdayaan dan kemandirian lebih lanjut. Mengkomunikasikan “self awareness” dalam bagian pendidikan Early Warning System di Kepulauan yang berada di atas lempeng aktif tersebut. 

Fase pengkomunikasian atas kelembagaan yang akan memberdayakan segala aset yang telah ada dan dibangun tersebut menjadi sebuah akhir dari sebuah awalan yang panjang. Mungkin tak sepenuhnya sebuah akhir. (pkpu.or.id)

Mungkin sama apa yang mas Joni dan saya rasakan, ketika kita berada di barak pengungsian ataupun di lokasi bencana, ada akhir yang tidak ingin kita lewatkan, "Binar Senyum Mereka yang Kembali Terkembang" 

Baca selengkapnya »
0 komentar

Kisah Rafika,Gadis Kecil Sabeugukgung Mentawai



Ditulis Oleh : Rahma Damayanty Rivai
Relawan PKPU yang Sebulan melakukan aksi kemanusiaan di Mentawai 

“Saya sedang menonton sinetron di rumah pak guru ketika gempa datang.  Guncangan tak sekuat gempa tahun 2007.  Kami tidak terlalu panik, bahkan saya mengingatkan pak guru agar mengikat kedua speakernya yang terletak di atas lemari.  Speaker itu hampir jatuh.  Pak guru menyuruh saya untuk melihat di TV, apakah ada peringatan tsunami.  Saya memutuskan berlari melihat ke arah pantai.  Ombak setinggi gunung terlihat sudah mendekat.  Saya berteriak,”Tsunami sudah datang”  Saya tak peduli apapun lagi, saya hanya mendengar orang berteriak-teriak sementara saya berlari sekencang-kencangnya.  Ombak menghempas tubuh saya.  Saya ingat, saya memeluk sebatang pohon, tapi kemudian terlepas.  Kemudian saya tak ingat apa-apa lagi.  Ketika terbangun, malam masih gelap.  Badan saya telanjang, kepala saya terluka.  Saya memakai pakaian-entah punya siapa.  Saya berjalan dalam gelap, membalikkan badan mayat-mayat yang bergelimpangan mencari keluarga saya”
(Kisah Rafika, korban selamat dari hantaman tsunami di Sabeugukgung tanggal 9 Maret 2011)

Ia menangis pelan.  Kemudian digoyang-goyangkannya kepalanya.  Seperti mengusir kepedihan.  Saya memeluknya dan mengusap punggungnya.  Seketika saya merasa bersalah.  Teman-teman relawan sudah mewanti-wanti agar jangan mengorek kisah luka itu pada korban tsunami. 

Saya pun tak ingat bagaimana awalnya hingga ia mau berkisah.  Seingat saya, kami hanya berbicara hal-hal yang umum saja.  Tapi, ku rasa ia perlu mencurahkan perasaannya.  Jadi, kisah itu mengalir begitu saja. 

Dalam gelap malam, dengan seluruh badan terasa sakit, ia mengalahkan segala kengerian, membalikkan badan mayat-mayat mencari sosok keluarganya.  Entah mengapa, ia mencari ayahnya terlebih dahulu.  Mungkin sebuah intuisi.  Bahwa ayahnya tak bertahan dalam terjangan tsunami.  Benar adanya.  Paginya, ia menemukan ibunya di sebuah bekas warung dengan kaki sobek memanjang ke betis.  Menangis dengan sedihnya.  Ia peluk ibunya.  Mereka bertangis-tangisan.  Ia punya seorang kakak tapi ketika tsunami datang, kakaknya tak berada di kampung itu. 

Fika mencari terus ayahnya.  Ia bertemu dengan seorang pengurus gereja yang menunjukkan jenazah ayahnya yang telah diletakkan di bangunan yang dulunya gereja, sekarang tinggal fondasinya saja.  Jenazah ayahnya telanjang.  Gadis 15 tahun itu (kira-kira karena ia tak tahu berapa usianya sendiri) dengan segala kebesaran jiwa, mencari pakaian untuk ayahnya.  Dan memakaikan pakaian untuk ayahnya.  Untuk yang terakhir kalinya.

Air mataku tak terbendung sudah.  Aku menangis bersamanya.  Tapi justru ia lebih kuat.  Fika bilang, baru inilah ia berkisah pada seseorang.  Sebuah kisah yang tadinya ingin ia tutup rapat-rapat. 

Aku terus mendengarkan kisahnya, sambil terus-menerus menghapus air di mata dan di hidungku.  Walau bahasa indonesianya kurang lancar, tutur katanya dapat dipahami. 

Ibunya terus-menerus menangis.  Dengan segala keteguhannya, ia berujar,”Berhentilah menangis mak.  Ayah sudah pergi.  Dan tak akan kembali!”.  Ketika jenazah, ayahnya telah dimakamkan bersama ratusan korban lagi, kakaknya baru datang.  Dan di sana, di bawah hamparan nyiur kelapa, di bawah timbunan putihnya pasir pantai.  Diiringan hening mencekam kematian. Kakak laki-lakinya-yang datang kemudian-menangis sesunggukan di atas pusara ayahnya.  Bahkan Fika tak dapat lagi menunjukkan di mana tepatnya titik makam ayahnya, karena penguburan dilakukan secara massal di dalam lubang besar yang sama.

Di hari berikutnya saya mendapatkan kisah-kisah memilukan lainnya.  Tentang seorang ayah yang kehilangan anak dan istrinya.  Ketika gempa, ia sempat memeluk anak dan istrinya.  Namun, tiang penyangga atap rumahnya seketika patah dan jatuh menghantam tengkuknya.  Ia langsung termuntah darah, dan terlepaslah pegangan pada anak dan istrinya.  Gelombang tsunami langsung menghantam sesaat setelah terlepas.  Entah bagaimana ceritanya, si Bapak itu selamat sedang kedua orang yang paling dicintai dalam hidupnya, tak selamat.  Bagaimana ia dapat selamat, ia enggan berkisah.  Yang ia beritahukan, bahwa ia sering sekali muntah darah.  Pertama kali aku melihatnya, wajahnya sepucat mayat.  Tapi ia adalah seorang yang tak mau berpangku tangan.  Aku melihatnya bersampan mencari ikan dan mengumpulkan papan-papan untuk membuat dapur pada rumahnya yang baru dibangun oleh PKPU.

Atau tentang seorang yang mengikatkan dirinya pada sebatang pohon kelapa dengan sehelai sarungnya.  Tuhan menyelamatkannya karena sarung itu mengikat kuat dirinya dengan batang kelapa itu.  Namun, dalam masa hantaman tsunami, ia berkali-kali tertelan pasir pantai.  Sampai kisah ini ku dapatkan, bapak itu masih sering muntah dan berak pasir.  Sesekali ia juga muntah darah.

Korban-korban tak selamat lainnya, menurut analisa relawan adalah mereka yang lari ke arah jembatan.  Jembatan itu tepat di mulut muara sungai sabeugukgung.  Gelombang tsunami menghempaskan para korban di atas jembatan jauh ke hulu sungai. 

Di sanalah para relawan menemukan dan mengevakuasi sebagian besar korban tsunami di Sabeugukgung.  Mereka tewas mengenaskan mengambang di antara kayu dan papan bekas rumah-rumah mereka sendiri bersama ternak babi yang mereka pelihara.  Lain kali akan ku kisahkan soal evakuasi dramatis sesorang di sana.

Korban selamat juga bertutur, bahwa sebagian yang mati mungkin juga karena tak segera menyelamatkan diri tapi malah sibuk menyelamatkan harta benda sehingga tak sempat lagi menyelamatkan diri.  Wallahu Alam bissawab.  Hanya Allah yang paling tahu kebenarannya.

7 April 2011

Baca selengkapnya »
1 komentar

Guru CLIMBER (Pendaki Tangguh)


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Selama dua pekan ini aktivitas diisi dengan pengalaman baru. Belajar mempersiapkan diri menjadi guru. Luar biasa deh yang namanya guru itu. Untuk berdiri di kelas selama 45 menit saja membutuhkan perencanaan yang rapih supaya kelas tidak membosankan. Kayak mau perang aja, senjata yang dibawa harus banyak.

 Nah, kemarin belajar bikin banyak senjata. Misalnya Lesson Plan, alpha zone, warmer, pre teach dan scene setting. Wah, kayaknya ribet banget ya. Tapi ternyata belum dicoba, jadi nggak boleh menyerah dulu. Kan mau perang? Ini jihad sesungguhnya :)

Tergambar dalam benak saya yang masih awam tentang dunia pendidikan.  Belajar untuk mengajar. Namun, bukan mengajar yang ‘sekedar’nya atau mengajar tanpa persiapan. Ya, mengajar sekaligus mendidik mereka menjadi generasi  agent of change.  Generasi yang akan menjadi ruh baru dalam tubuh umat ini. Mengajar yang sampai pada hati.

Terhibur dengan dunia baru yang akan saya jalani sekarang. Terbayang sebelumnya saya menjadi guru asrama SMA. Tentunya anak SMA berbeda dengan anak SMP. Kalau dulu, harus sering mengelus dada (baca: istighfar) karena melihat polah remaja akhir yang kritis abis. Boleh sih kritis tapi harus tetep santun :)  Terakhir ngelus dada 2 hari yang lalu, hanya karena music (hehe...yang ini ada di catatan sebelumnya).

Sekarang saya diamanahi menjadi guru biologi SMPIT.  Akan banyak cerita baru yang muncul ke depannya. Semoga Allah memudahkan saya memberikan ilmu kepada mereka. Menjadi ilmuwan sekaligus guru inspirasi bagi mereka. Aamiin...

Ada hal yang ingin saya share dengan teman-teman semua. Plan A saya setelah lulus kuliah adalah bekerja di laboratorium. Menjadi peneliti. LIPI adalah tujuan pertama saya waktu itu, hihi....pingin banget publikasi jurnal internasional dan meneliti  biodiversitas di seluruh nusantara dan menjadi ahli mikrobiologi (jadi kan enak bisa jalan-jalan saat ngambil sampel penelitian *hobi). Namun, Allah berkata lain dan qadarullah saya diberi amanah untuk menjadi seorang guru yang kebetulan adalah Plan B saya. Alhamdulillah.....

Ada hal yang berkesan dan menjadi salah satu inspirasi menjadi  guru.  Pernah nonton film laskar pelangi? Ya, film yang luar biasa. Mencerahkan, memotivasi dan membuat kita optimis menjadikan pendidikan di Indonesia lebih baik. Banyak pelajaran yang saya dapatkan. Pelajaran yang membuat saya berlinang air mata.

Film laskar pelangi menceritakan dua orang sosok luar biasa. Pak Harvan dan Bu Muslimah. Dan sepuluh anak-anak yang luar biasa. Meminjam istilah dari Pak Munif, inilah yang dinamakan sekolahnya manusia. Bukan jumlah murid yang diutamakan, melainkan kualitas guru yang nomer satu. Sekolahnya sudah mau tutup tapi gurunya luar biasa optimis menjadikan para murid mereka menjadi orang berilmu dan berkarakter.

Kecerdasan bukan dilihat dari nilai-nilai tapi dari hati, budi pekerti , akhlak dan agama. Tidak ada siswa bodoh yang ada hanya hambatan menyerap informasi. Disini intinya. Coba deh nonton filmnya lagi, ada adegan Pak Harvan sedang dongeng kisah nabi dengan begitu ekpresif di luar kelas. Metode ini menjadikan murid menyerap informasi dalam jangka panjang.  Nilai-nilai budi pekerti sangat masuk. Dan pelajaran tersebut akan terkenang sepanjang masa.

Inti dari film itu ada kutipan sebuah pesan yang saya catat. “Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan untuk meminta sebanyak-banyaknya. Gurunya manusia adalah seorang CLIMBER (pendaki ulung), selalu MAJU walaupun banyak hambatan. MAJU terus sampai ke puncak tertinggi”.

Jadi, saya berfikir saya HARUS BISA. Insya Allah ada Allah yang akan bantu saya untuk menjadi GURU CLIMBER. Semangat! If  I think can, I CAN ! Dan misi baru saya adalah menempa mereka menjadi ilmuwan. Ya, untuk merebut kembali semua ilmu yang telah di rampas oleh orang-orang barat.

Profesi yang menjanjikan pahala di dunia dan akhirat. Bekerja untuk Allah. Menjadi guru adalah jihad. Jadi setiap tempat harus dijadikan medan jihad, setiap saat harus dijadikan momentum untuk berjihad, setiap gerak adalah ditujukan untuk jihad. Ada jihad di setiap detakan jantung hingga ia terhenti dalam kesyahidan...  Allahu Akbar!

Bismillahirrahmanirrahiim....
“....Allah akan mengngkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat....”  (TQS. Mujadilah : 11)


Al-Faqih menuturkan dari Abul Qasim Abdurrahman bin Muhammad, ia berkata,
"Saya tidak mengetahui sesuatu yang lebih utama daripada jihad di jalan Allah, kecuali menuntut ilmu. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam rangka mencari satu bab ilmu, maka ia dinaungi oleh para malaikat dengan sayapnya dan didoakan oleh burung-burung di langit, binatang-binatang buas di daratan, ikan-ikan di laut, dan diberi oleh Allah pahala 72 orang yang benar. Oleh karena itu tuntutlah ilmu dan untuk ilmu itu carilah ketenangan, kesabaran, dan kesopanan, rendahkan dirimu terhadap guru juga kepada muridmu." 

Kota Nanas, 11 Juli 2011

Miftah Ayyash
http://afifahthahirah.multiply.com/
Baca selengkapnya »
0 komentar

Berhala Midun



Untuk sebagian orang, uang 20 ribu jauh lebih penting daripada nama. Uang sekecil itu ibarat ayat kursi penangkal setan : membuat berani! Nyatanya 3 lembar uang dua ribuan kucel yang ada dikantong baju mIdun tidak cukup bikin dirinya punya nyali buat pulang.

“Si Midun dah dua hari satu malem disini, Kang”, Satu dari empat temannya yang sama-sama tukang becak bicara sambil ngebul. Seperti efek yang sering dipakai konser-konser dangdut kampung keluar dari mulut yang sudah lama cerai dari odol. Rokok murahan yang tinggal 7 cm. Diapit penuh nafsu oleh jari yang sudah seperti sosis gosong.

Tahulah saya kemudian bahwa Midun hanya nama dagang. Midun tak peduli. Baginya, nama asli tidak penting. Orang Betawi bilang,”Suka-suka lo lah sebut gue ape”. Yang penting baginya sekarang adalah  bagimana caranya dapat 20 ribu, setoran minimal buat orang orang rumah. Detilnya : 5.000 untuk beras, 15.000 buat SPP si Bontot. Kurang dari itu Midun tidak tega melihat ekspresi anak-istrinya. Mereka selalu melempar harap kemuka Midun tiap kali pulang narik : Bang beras habis”, keluh istrinya.”Bah, uang sekolah kapan dibayar ?”, pinta anaknya.

Bagi Midun, sekarang mencari uang 20 ribu susahnya minta ampun. 10 Tahun lalu ceritanya tidak begini. Waktu anak-anak mahasiswa di kampus tempatnya mangakal masih banyak dari golongan proletar. Saat ini lain, ketentuan baru menjadikan kampus ini sangat mahal bagi kebanyakan. Bukan hanya otak encer yang bisa sekolah disini, tapi juga orang yang punya dompet  meler. Becak tidak laku, Uang (orang tua) mahasiswa lebih banyak mengalir ke SPBU.

Nyaris, 20 ribu jadi berhala bagi Midun. Hidupnya, matinya buat uang segitu itu. Mulutnya yang bungkam, mengatakan jelas ketelinga saya.”Keluargaku tidak boleh menggelepar lapar. Anakku tidak boleh jadi orang tolol”.

Siapakah yang mau menghancurkan berhala itu buat Midun ? Dan bagi jutaan orang lainnya yang seperti itu ? Agar di hati mereka hanya ada Allah, Rabb Semesta Alam
(Wildhan Dewayana)
Baca selengkapnya »
1 komentar

Indahnya sakit infeksi usus buntu




Mendadak aku memuntahkan seluruh makanan yang kumakan seharian dan ada sedikit darahnya, istriku gelisah betul dan benar-benar memaksaku untuk pergi ke rumah sakit. Sebelumnya sekitar seminggu yang lalu aku sempat diopname di rumah sakit  di kawasan surabaya timur tetapi selang 1 hari setelah pulang aku sakit lagi bahkan muntah makanan beserta darah.
Tetapi aku yang sudah terbiasa menahan sakit tidak mau, dan istriku tetap memaksa karena terlihat dari mimik raut wajahya yang sangat gelisah dan khawatir dengan kondisiku. Dan akhirnya aku mengiyakan permintaan istriku iuntuk pergi ke rumah sakit.
Setelah menyiapkan baju ganti dan memanggil taksi selama beberapa menit aku, istri dan mertua perempuanku yang datang dari kabupaten Kediri menuju perjalanan ke rumah sakit dan yang dituju oleh istriku adalah 2 yang terdekat dari rumah kontrakan kami yaitu RSAL dan RSI Jemursari Surabaya. Akhirnya diputuskan oleh istriku saat melaju di jalan injoko ke RSI Jemursari, karena injoko dan Jemursari sudah tinggal separuh perjalanan.
Sekitar jam 21:15 aku sampai di IGD RSI, dan Alhamdulillah langsung diperiksa oleh sang perawat dan diberikan Infus karena memang kondisi tubuhku benar-benar lemas dan sangat sakit perut sebelah kananku. Malam hari tepat ahad 7 February 2010 sekitar am 21:35 aku diopname di rumah sakit.
Malam pertama aku dijaga oleh kedua orang tuaku, karena aku menyuruh istriku agar istirahat di rumah saja Karena kehamilannya yang sudah menginjak usia 8 bulan lebih. Dalam hatiku : " Ya Allah kenapa engkau memberikan ujian sakit padaku disaat istriku hamil dan mudah lelah, maafkan hambamu ini yang telah banyak berdosa padamu Ya Rahman.".
Sesudah istri dan mertuaku pulang ke rumah kontrakan, aku tetap tidak bisa tidur meskipun sudah berkurang sakit perut sebelah kananku, dan malam pertama aku opname di rumah sakit  aku agak kesulitan tidur.


8 Feb 2010,
" gimana keadaanmu saat ini Din? " Tanya abiku
" lemas dan masih sakit perut ini, dan ga' hanya kanan tetapi juga mengarah ke tengah? " jawabku jujur mengenai yang kurasakan.
" assalamualaikum!" kami berdua dikagetkan kedatangan dua orang, yang satunya berpakaian Perawat memakai jilbab, dan yang satu berpakaian Rapi dengan dasi. Dan ternyata dia adalah Dokter Internist yang akan memeriksaku setelah berbincang dan memperkenalkan diri dengan Abi di hadapanku dalam keadaan aku berbaring. Namanya Dr. Ari, beliau juga sebagai dosen di kedokteran Unair Surabaya.
Beberapa menit Dr. Ari memeriksa bagian-bagian perutku dengan senjata para dokter yaitu Stetoskop sambil sesekali kulihat rambut alisnya yang mengkerut, setelah selesai langsung sang dokter membuka pembicaraan pada Abiku " maaf Pak! Saya sama sekali tidak mendengar adanya bising usus pada putra bapak".
" maksudnya bising usus apa Dok?" Tanya Abiku
" kan usus itu layaknya tabung yang terus bergerak untuk mengolah makanan, sehingga pergerakan usus bisa terdengar" jelas dokter.
" yang jelas kita Observasi dulu agar jelas diketahui penyakitnya, karena selain tidak adanya bising usus perkiraan saya ada masalah di ususnya, saran saya sebaiknya agar di USG dan difoto agar jelas penyakitnya dan mulai saat ini putra bapak diwajibkan untuk puasa baik makan maupun minum, sebagai penggantinya infuse ini sebagai pengganti nutrisi dan cairan tubuh kalo tidak akan berbahaya terhadap ginjalnya " sambung dokter, dan langsung berpamitan pada Abiku.
Aku dan Abi hanya diam saja karena memang mungkin masih awam tentang istilah kedokteran, termasuk istilah bising usus. Aku terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit dengan infuse yang menusuk urat nadi tanganku dan aku terus merasakan sakit di perutku. Sambil terus membaca istighfar pada sang maha Rahman, dan semoga ini menjadi kafarat (denda) atas semua dosa-dosa yag aku lakukan selama ini baik pada Allah maupun pada manusia. Karena aku ingat banyak hadith yang menyatakan disaat sakit jika bersabar dan beristighfar akan menjadi penghapus dosa-dosa kita.
 " assalamualaikum!" istriku tercinta datang dengan ibu mertua, dan dia langsung bersalaman dengan kedua orang tuaku, lalu datang menghampiriku yang terbaring lemah di tempat tidur.
" gimana Yang! Keadaanmu?" Tanya istriku padaku, dan aku cuman bisa menjawab dengan senyuman.
Istriku bercerita padaku bahwa mulai hari ini langsung mengambil cuti untuk menjagaku selama di rumah sakit, subhanallah padahal istriku sedang masa kehamilan 8 bulan. Istriku berpamitan sarapan pagi dengan kedua orang tuaku dan ibu mertua, alhamdulillah istriku cukup akrab dan bisa mengambil hati dengan orang tuaku.
Perawat tiba-tiba datang memberitahukan bahwa dia dapat amanah dokter Ari yang memeriksaku agar aku di-USG dan difoto untuk memeriksa bagian ususkku. Keluarga dan diriku mengiyakan agar secepatnya diketahui penyakitku.
" Cong! Kamu harus bersyukur pada Allah, bahwa kamu diuji sakit oleh Allah sekarang, coba disaat istrimu melahirkan atau saat anakmu masih kecil."Abiku memotivasi diriku  sambil menyebut kata "Cong" dan memang sehari-hari Abiku selalu memanggil diriku dengan kata "Cong", sebuah panggilan kesayangan dalam masyarakat madura. Abiku adalah orang Madura Asli dan Ibundaku adalah orang Gresik keturunan arab.
Kalo aku fikir memang benar pernyataan Abi, aku harus bisa mengambil semua hikmah dan bersabar atas ujian sakit yang diberikan Allah padaku.
Aku sempat berfikir dan melamun, disore hari saat akan menjemput istriku ke kantornya di jalan jagir wonokromo. Aku mengamati beberapa orang dewasa laki-laki dan anak-anak dengan santai dan nikmatnya mandi dan bersikat gigi di kali (sungai) Jagir, padahal kali jagir sangatlah kotor dan banyak sampahnya. Tetapi koq mereka terlihat aktif dan sehat ya?? Dalam hatiku keheranan jika mengingat disaat belum terbaring di rumah sakit menjemput istriku, padahal selama ini aku selalu beusaha menghindarkan diri dari makanan yang bersifat kimiawi, termasuk asisten rumah tanggaku (pembantuku), aku mengamanahkan untuk tidak memasak dengan vetsin (penyedap rasa sintetis), disetiap istirahat di jalan aku berusaha memilih warung yang tidak jorok dalam mencuci piringnya dan berusaha pula menyempatkan makan buah yang dijual eceran (sudah diiris) dan berusaha mencuci tangan di rumah ataupun di jalan baik saat makan makanan dan buah-buahan.
"Tetapi kenapa ya, aku kena sakit yang menyebabkan terbaring lemah di rumah sakit??" Hatiku bertanya_tanya sambil membandingkan orang yang mandi di kali jagir.
Aku harus berhusnudzon pada Allah sang pemilik jagad raya ini, bahwa semua ujian yang aku alami ini pasti akan dibalas dengan kebaikan oleh Allah pada kami.


Jarum jam terus berjalan dan berjalan menunjukkan angka 5 lebih 15 menit, tak terasa sudah sore dan rasanya perut ini ingin ke kamar mandi untuk buang hajat. Diantar isriku tercinta jalanku agak membungkuk layaknya lansia yang sudah 60 tahun-an, padahal aku masih 24 tahun. " yah! Mungkin ini karena aku banyak bermaksiat dan berdosa pada Allah sehingga memberikan ujian sakit padaku, makanya istighfar Din!" dalam hatiku.
Istriku menemaniku juga di dalam kamar mandi karena memang badanku sangat lemah dikarenakan puasa dan sejak masuk IGD perut kosong karena muntah apalagi adanya infuse yang menusuk urat nadi ini menjadikan agak kesulitan jika ke kamar mandi, dan aku sangat bersyukur mendapatkan seorang istri yang setia melayaniku, bahkan hingga ke kamar mandi-pun tanpa rasa jijik aku dilayaninya. Alhamdulillah! Terima kasih ya Allah, inilah hartaku yang tak ternilai harganya. memang perhiasan yang terindah di dunia ini adalah wanita yang berusaha sholehah dan berbakti pada suaminya.
Saat di tempat tidur untuk berbaring sehabis dari kamar mandi, adzan berkumandang lewat speaker kecil yang terletak di langit-langit. Memang enaknya di RSI Jemursari ada speaker kecil yang disaat belum waktu adzan dinyalakan lagu nasyid, kalo pagi hari ada doa bersama pada Allah untuk kesembuhan pasien.
Kutepukkan kedua telapak tanganku untuk ambil tayyamum untuk melaksanakan shalat, aku shalat dengan berbaring di tempat tidur: shalat maghrib 3 raka'at dan kugabungkan langsung dengan isya' 2 raka'at karena ada rukhshah bagi orang sakit dan shafar dalam hal shalat.
Sehabis shalat aku berusaha mengingat aktifitasku seharian ini meskipun hanya berbaring di tempat tidur: aku tidur dua kali karena suntik antibiotic, anti nyeri dan vitamin melalui injeksi oleh perawat, sungguh sangat sakit sekali meskipun tidak langsung melalui kulit, tetapi melalui selang infuse. Dua kali pula aku buang air besar meskipun tidak makan dan tidak minum, karena cairan lambungku harus dikeluarkan pula. Aku di-USG dan difoto untuk mengetahui penyakitku yang masih belum jelas selain tidak adanya bising usus, Dan ada beberapa teman kantor istri yang menjenguk, mungkin hanya itu saja aktifitasku seharian selain tidur dan berbincang dengan istri.
Menjelang jam 7:30 malam Abi dan ibuku datang untuk menggantikan Istri dan mertuaku menjagaku, bersamaan dengan kedatangan orang tuaku, sang perawat datang untuk menggantikan cairan infusku dengan cairan nutrisi. Istriku langsung pamit dan tak lupa mencium pipi kanan dan kiriku serta bibirku yang kering ini, semoga kemesraan ini selalu terjaga hingga aku dan istri bersama di Jannah-Nya.
Selang sekitar 1 jam setelah  istriku pulang, dokter Ari dan Asistennya datang memeriksaku, sama seperti saat memeriksaku pertama kali. Kulihat ada sedikit kerutan alis dokter Ari sambil memeriksa hamper seluruh area perutku.
" memang tidak ada sama sekali bising ususnya Pak!" dokter Ari membuka pembicaraan pada Abiku.
" ehmm!!!" jawab Abiku seadanya.
" dan dilihat dari hasil pemeriksaan USG dan Foto kemungkinan besar ada masalah pada ususnya dan untuk lebih jelasnya sebaiknya dikonsultasikan ke Dokter bedahnya " sambung dokter Ari.
Aku agak kaget mendengar kata-kata bedah, karena aku takut kalo dioperasi. Maklum deh diri ini belum pernah dioperasi besar. Dokter Ari langsung pamit, sepertinya beliau memang sibuk selain sebagai dosen di FK Unair, beliau juga sebagai dokter internist yang sibuk.
Tak seberapa lama setelah dokter Ari pergi, sang dokter Bedah datang, aku sendiri juga heran koq cepat sekali langsung datang atau sang dokter memang datang malam hari. beliau memperkenalkan diri: namanya Dokter Bambang baskoro Sp.B.
Dengan cepat dokter Bambang mengeluarkan senjata andalannya yaitu stetoskop, dan sama seperti dokter Ari memeriksa hampir seluruh area perutku.
" di ususnya terjadi masalah serius Pak! Seperti adanya kelengketan di daerah usus buntu, dan untuk memastikannya haruslah dibedah! " penjelasan simple dokter Bambang pada Abiku.
" tapi belum jelas penyakitnya apa ya Dok?" Tanya Abiku
" iya memang agar lebih jelas diketahui penyebab penyakitnya harus dibedah, tapi dari pemeriksaan, foto dan USG menyatakan terjadi masalah serius pada ususnya" jawab dokter
" kalo memang harus dibedah, sebelumnya saya minta maaf dok! Sebenarnya ini tak patut ditanyakan karna dihadapan putra Saya, Kira-kira resikonya berapa persen karena ini adalah putra kami?" Tanya Abiku
" Kalau resiko kematiannya hingga 25%!" jawab simple dokter bambang
" 25% itu apakah angka yang besar Dok? " Abiku bertanya lagi
" iya! Angka 25% di dalam sebuah operasi besar adalah angka untuk resiko besar." Jawab dokter Bambang
" mungkin kita akan rundingkan dulu dengan keluarga Kami Dok! " jawab Abiku
Aku hanya bisa terdiam dan sedih karena ketakutan akan dibedah, selain karena tidak pernah dibedah dan mendengar resiko kematian yang besar membuatku agak tegang. Bukan berarti diri ini takut mati, tetapi aku merasa di usia yang masih 24 tahun dan aku mempunyai istri yang akan melahirkan seorang bayi serta aku ingin lebih banyak berkarya untuk masyarakat, apakah akan meninggalkan dunia ini. " aku tidak ingin istriku menjadi janda, dan anakku yatim di kandungan. Tetapi jikalau engkau menghendaki kematian akan diri ini. Hamba siap ya Allah!" aku berdoa dalam hati denan sedikit meneteskan air mata.



9 Feb 2010,
Pagi hari yang cukup cerah setelah semalaman hujan, burung-burung terdengar berkicau indah dan ceria seolah tidak pernah merasakan kesedihan dan ketakutan dalam diri mereka, burung-burung itu tidaklah khawatir meskipun pagi hari lapar tetapi sore hari pulang dalam keadaan kenyang karena Allah telah menjamin rizqi tiap makhluq di bumi ini.
Malam tadi aku cukup tidur, meskipun sempat memikirkan omongan dokter tentang pembedahan diriku yang membuat diriku tidur agak malam.
Istriku datang agak awal karena ditelpon Abiku tadi pagi sekitar jam 6-an, seperti biasanya Istriku, ibu mertua, dan kedua orang tuaku sarapan pagi bersama. Sedangkan diriku hanya sarapan, makan siang, dan makan malam dengan infuse dan melalui urat nadi bukan melalui mulut seperti yang aku lihat istri dan orangtuaku dengan lahap dan nikmatnya makan dengan mulut.
"Enak ya! Jadi orang sehat, makanya Din! Bersyukurlah di saat sehat dan bersabarlah di saat diuji sakit." Dalam hati ini berkomunikasi sendiri.
Tadi pagi sekitar jam 05:45 dokter Ari datang memeriksa sebentar, dan dia mengatakan masih belum ada perkembangan dan beliau menyarankan cara yang terakhir adalah diriku harus di CT Scan untuk mengetahui dengan jelas keadaan ususku.
Sehabis sarapan pagi istriku dan Abiku mendatangiku untuk mengadakan rapat bertiga, kami sepakat akan melakukan Shodaqoh kepada kerabat dan keluarga terdekat yang fuqara' dan masakin baik dari keluarga istriku yang di kediri maupun keluargaku sendiri seperti yang disarankan oleh Rasulullah SAW agar kita bershodaqoh pada keluarga atau kerabat terdekat baru kepada orang lain, saya pribadi menyadari mungkin Allah memberikan ujian ini salah satunya adalah karena aku kurang bershodaqoh pada keluarga terdekat, dan abiku sendiri mengkritik diriku yang lebih banyak bershodaqoh pada orang lain ketimbang keluarga terdekat.
Mungkin dengan shodaqoh yang kulakukan hal ini menyembuhkanku tanpa operasi, hatiku berharap seperti itu atau minimal hal ini menjadi penyelamat diriku pada masa operasi karena memang shodaqoh adalah penolak bala' (bencana) dalam hadith Rasulullah SAW yang kuingat dan akupun ingat saat menulis di HP-ku sebuah catatan hadith: (perbandingan pahala antara) uang 1 dinar yang engkau infaq-kan di jalan Allah(berjihad), 1 dinar yang engkau belanjakan untuk memerdekakan budak, 1 dinar yang engkau infaq-kan untuk orang miskin, dan 1 dinar yang engkau infaq-kan untuk memenuhi kebutuhan keluargamu. Yang paling besar pahalanya ialah engkau infaq-kan untuk memenuhi kebutuhan keluargamu (HR: Muslim). Akhirnya sebelum orangtuaku pulang aku menyerahkan ATM untuk dishodaqohkan uangnya pada kerabat orangtuaku.
" Yang! Yayang yang sabar ya! Berjuang melawan sakit hingga sembuh. Yayang harus bisa bersabar dan bersabar, karena kesabaran yang sesungguhnya adalah bisa menahan diri. Selama ini Yayang kan bersabar mendengar keluh kesah dan curhat para donator dan hal itu bisa dilalui Yayang, tetapi inilah sabar yang sesungguhnya yang harus dilalui Yayang! Oke!" Istriku memotivasi diriku agar aku bisa bersabar menjalani ujian sakit ini dan aku hanya bisa mengangguk iya karena lemas dan bibir kering berpuasa makan dan minum.
 Memang benar istriku. Disaat sakit apalagi perut kosong berhari-hari terkadang aku kurang bersabar ingin sekali secepatnya minum apalagi makan serta secepatnya ingin sekali bangun dari tempat tidur ini untuk sembuh dan bisa beraktifitas lagi mengambil donasi Zakat, infaq, dan shodaqoh pada para donatur. Tetapi aku diharuskan Allah bersabar dalam ujian-Nya.
Aku bahagia punya istri yang tidak hanya setia melayaniku, tetapi juga bisa memotivasiku baik disaat sakit maupun sehat, " thanks Allah, coz you give me a wife!"
Tak terasa jam 1 siang, sehabis berbincang dengan istriku meskipun aku hanya menjawab dengan nada dan anggukan aku tidur hingga jam 12 lebih, lalu shalat dhuhur kugabung dengan Ashr'. Menunggu jam 2 memang lama dan benar kata orang, kalo sesuatu ditunggu-tunggu akan terasa sangat lama.
Jam 2 lebih 5 menit perawat datang menjemputku dengan kursi roda, setelah mematikan aliran infusku sang perawat membantuku naik ke kursi roda lalu menuju ruang CT-Scan di lantai 1. menuju lorong rumah sakit lalu naik lift dan sampailah di ruang CT-Scan. sebuah perjalanan yang cukup menyenangkan bagiku karena sudah beberapa hari terbaring lemah di tempat tidur.
kurang lebih 1 jam aku di CT-Scan, sebuah alat yang canggih untuk melihat seluruh organ tubuh manusia, kecerdasan manusia dalam menciptakan alat yang bernama CT-Scan ini bukanlah sebuah hal kebetulan, karena yang pasti ada sang maha cerdas yang memberikan kecerdasan pada yang diciptanya.
menjelang maghrib, kakakku yang laki-laki datang menjengukku. meskipun terbilang kurang akrab dan jarang bertemu denganku tetapi rasa persaudaraan diantara kami semua berusaha terjaga. kami berbincang agak lama mengingat masa kecil kami berdua: aku dan kakakku pernah mencuri pisang di sawah dekat rumah lalu disimpan di kapur agar cepat matang, 2 hari kemudian kami makan berdua pisang tersebut. Aku juga pernah mencuri buah kedondong di rumah orang, perkampungan dekat rumah. Dulu seringkali aku dan kakakku bermain di sawah, entah itu untuk bermain layang-layang, memancing, mencuri buah, menangkap belalang, dsb. Baik itu yang bersifat maksiat atau tidak pokoknya tujuan kami adalah bersenang-senang di masa kecil kami, tetapi kalo sekarang ini diingat jadi merasa bersalah dan dosa, seperti : mencuri pisang dan buah kedondong, meskipun tidak terhitung dosa karena kami belum baligh.
Cukup lama aku berbincang dengan kakak laki-lakiku, hingga tak terasa adzan maghrib berkumandang melalui speaker kecil di langit-langit ruang perawatanku, aku minta izin kakakku untuk shalat dulu dan menunda perbincangan dan bersamaaan dengan itu perawat masuk dan memberitahukan agar istriku menemui dokter Ari untuk diberitahu hasil CT-Scannya, dan istriku langsung menemui dokter Ari sesuai amanah dari perawat sekalian dia pamit aku untuk ke musholla.
Sehabis shalat aku berdoa agar hasil dari CT-Scan tidak mengharuskan diriku operasi, entah kenapa sampai detik ini aku masih takut dioperasi. Apakah karena diriku belum pernah operasi atau karena takut dibedah, dan masih banyak lagi mungkin yang menyebabkan aku masih takut operasi.
Sekitar 30 menit kemudian istriku datang dan langsung duduk di kursi samping tempat tidurku, dia tersenyum "apakah menandakan kabar baik ataukah kabar buruk dengan senyumannya yang menyenangkan aku?" hatiku bertanya.
" gimana hasil CT- Scannya Yang? " dengan suara lirih aku membuka pembicaraan.
" katanya dokter Ari, hasilnya menguatkan yang pertama, terjadinya kelengketan pada usus Yayang dan harus dibedah." Istriku menjelaskan langsung ke pointnya.
Aku langsung terdiam dan memejamkan mata, mendengar keputusan dokter dari istriku bahwa aku tetap dibedah. Hatiku terus berusaha berucap istighfar agar ada ketenangan hati dari Sang Rabbku.
Lama ssekali diriku terdiam sambil memejamkan mata, mungkin berdurasi sekitar 1 jam bahkan lebih, hingga Abi dan Ibundaku datang menggantikan tugas jaga istriku untuk menjagaku di malam hari. Tetapi Abiku yang biasanya langsung mendatangiku untuk menanyakan kabarku, beliau langsung bincang berdua dengan istriku. Mungkin Abiku mengira aku sedang istirahat, padahal hanya memejamkan mata biasa.
Tidak lama kemudian Abiku duduk di samping kiriku dan Istriku di samping kananku, aku cuman bisa memandang mereka berdua dengan lemah terbaring, maklumlah udah beberapa hari sejak di rumah muntah dan masuk IGD tidak makan dan minum sama sekali.
" begini Cong! Operasi pembedahan yang akan dilakukan dokter padamu adalah Operasi yang bersifat tidak berbahaya, karena sepengetahuanku Usus bukan termasuk organ tubuh yang penting. Sedangkan organ yang penting seperti: Jantung, Limpa, Hati, Paru-paru, dsb. Jadi kamu tenang aja, pasrah sama Allah, tubuhmu ini milik Allah jadi pasti Allah yang menjaganya. Mbahmu cerita ke Aku, ada seorang temannya yang sering Operasi Usus yang terus dipotong hingga Ususnya pendek. Tetapi sekarang dia tetap aktif dan sehat, trus ruangan sebelah Anak SLTP yang masih berumur 15 tahun sama-sama operasi Usus buntu seperti kamu, dan besok sudah diperbolehkan pulang. Jadi sekarang kamu tenang dan pasrah aja sama Allah. Oke!" penjelasan Abiku yang panjang lebar dengan memberikan contoh kasus untuk memotivasiku agar aku tenang menghadapi Operasi, mungkin Istriku sebelumnya memberitahukan pada Abiku bahwa aku agak berat menerima keputusan dokter sehingga memberikan sebuah semangat dan motivasi padaku.
Dan Alhamdulillah! Hatiku sudah mulai tenang karena banyak istighfar pada Allah serta mulai agak terdorong dan tidak takut untuk menghadapi operasi besar terjadinya kelengketan usus di lokasi usus buntu yang aku alami.
Istriku tersenyum melihatku, seolah dia tahu bahwa aku sudah mulai menerima dan bisa menghadapi. Dia pamit untuk pulang, setelah mencium pipi kanan dan kiriku serta dahiku. Memang aku yang menetukan agar dia pulang disaat malam karena kasihan anakku tercinta yang ada dikandungannya sudah menginjak usia 8 bulan-an.
Malam ini aku merasa tenang dan insya Allah bisa tidur agak nyenyak, karena memang dalam beberapa hari ini perutku masih sakit meskipun sudah disuntik anti nyeri melalui injeksi, tapi Alhamdulillah sudah ketemu penyakitku.



10 feb 2010,
Pagi-pagi sekali anak catering mengantarkan sarapan pagi di ruanganku, biasanya di atas jam 6 pagi, tetapi sekarang sebelum jam 6 pagi sudah diantar. Langsung saja Abiku sarapan di sebelahku, dan kulihat beliau sarapan dengan lahapnya.
Ibundaku hanya minum teh manis hangat kesukaannya di pagi hari, dan membereskan tempat tidurnya. Memang sudah menjadi kebiasaan ibuku yang tidak suka sarapan sebelum minum teh manis hangat dulu.
Pasca sarapan pagi Abiku membuka semua jendela dan pintu untuk sirkulasi udara, kebetulan depan ruanganku terdapat pohon-pohon yang cukup menjulang tinggi dari lantai 1, aku mengangkat beberapa derajat bagian kepala tempat tidurku agar bisa terangkat antara punggung hingga kepalaku untuk melihat-lihat pohon, kulihat Abiku sedang berbincang dengan seorang perempuan yang lebih tua dari Abi, mungkin umurnya sudah 60 tahun-an, ibu itu mengenakan jilbab lebar berwarna ungu dengan gaun lebar terusan. Jadi teringat Istriku tercinta yang memenag sehari-harinya memakai jilbab lebar dengan gamis, semoga istriku juga istiqomah hingga masa tuanya layaknya ibu itu.
Aku membuka HP-ku, ternyata banyak sms dari teman-temanku yang sudah dibuka oleh istriku. Dan memang sejak masuk rumah sakit aku menitipkan HP-ku pada istriku, jika ada sms atau telpon yang terdengar istriku yang mengangkat, karena suaraku agak lemah dan lirih. Sms dari teman kantor, mantan teman kantor, teman remas Muhammadiyah, murabbi dan mantan murabbiku, teman NU, teman PKS, dsb. Sebelumnya saat aku diopname di rumah sakit di kawasan surabaya timur banyak dari teman-temanku yang menjenguk dan mendoakan dari jauh bagi yang tidak sempat menjenguk, mereka teman-teman dan sahabatku dari PKS, Hizbut Tharir, NU, Remas muhammadiyah, Salafy, Al-Kahfi, dsb. Aku sangat bersyukur sekali meskipun berbeda metodhe da'wah dan wadah organisasi tetapi Allah tetap menjaga Ukhuwah Islamiyah kami.
Tiba-tiba ingatanku akan teman-teman dan sahabatku para aktifis da'wah terbuyarkan oleh sebab seorang Ibu yang sudah usia lanjut datang padaku dan duduk di kursi sebelah kiri tempat tidurku, aku ingat sekali ibu itu adalah yang berbincang diluar dengan Abiku.
" mau dioperasi Ya ?" tanya Ibu itu, dan aku hanya bisa menjawab dengan anggukan.
" semangat Ya! Dan yakin deh pasti Allah akan membantu kelancaran Operasimu, cucuku insya Allah hari ini udah boleh pulang dan operasinya sama sepertimu, yaitu di bagian usus buntu. Asalnya cucuku sangat takut mendengar dia akan dioperasi, tetapi setelah aku beri pengarahan bahwa Allah pasti akan membantu kelancaran operasimu, tetaplah yakin pada Allah. Dan Alhamdulillah, operasinya lancar dan sekarang sudah baikan keadaan cucuku. Jadi kamu tetap yakin pada Allah bahwa operasimu lancar dibantu Allah. "  ibu itu memberikan motivasi yang cukup panjang, tetapi membuatku terharu dan menangis karena banyak yang memberikan semangat dan motivasi padaku, bahwa aku bisa menjalani operasi dengan baik dan yakin pada Allah bahwa semuanya lancar. Aku hanya bisa mengangguk tanda menyetujui pendapat ibu tersebut.
" ini istrinya ?" tanya padaku sambil tangannya memegang pundak Istriku
" nah! Kan, apalagi ada yang mendoakan." Jawab ibu itu, tetapi dia buru-buru pamit karena dipanggil oleh putrinya, mungkin dia adalah ibu dari cucunya yang dioperasi.
Memang benar Ibu itu, bahwa aku harus yakin Allah membantuku agar lancar dalam menjalani proses Operasi apalagi tubuhku ini adalah milik Allah. Biarlah Allah yang mengatur tubuh ini, dan benar pula bahwa sejak aku menikah Istriku selalu mendoakanku selain menjadi motivatorku dan nantinya menjadi Ibu dari anak-anakku.
Tidak lama berselan beberapa menit ibu itu pamit, perawat datang memberitahukan bahwa aku dioperasi jam 5 sore hari ini. Berarti kalo dihitung kurang 8 jam lagi sambil kulihat jam dinding, sebuah hal yang mendebarkan bagiku.
" Yang! Ketika kita menyadari bahwa semua ini milik Allah semata, maka kita tak kan pernah khawatir, termasuk tubuh Yayang ini milik Allah Azza wa Jalla semata, jadi biarlah Allah yang mengaturnya. Termasuk Operasi besar yang akan Yayang jalani, pastinya Allah yang mengatur semua ini. Smangat Ya, Yang! " istriku yang sejak tadi duduk di sebelah kananku tiba-tiba memberikan taujih dan motivasi lagi untukku, agar tenang menghadapi Operasi.
Banyak sekali yang mendoakan dan memberikanku semangat agar tenang menjalani Operasi, baik itu dari keluarga besarku, keluarga besar istriku, teman-teman, sahabat, teman remas, dsb. terutama yang mendoakanku adalah Ibundaku tercinta serta Ibu mertuaku, karena keduanya adalah orang yang paling berjasa dalam kehidupanku dan istriku. Selama ini yang dominan membuatku Yakin, adalah doa Ibundaku tercinta. Termasuk sekarang setelah aku menikah Ibundaku dan Ibu mertuaku adalah setara tingkatannya dalam hukum islam, mereka yang melahirkanku dan istriku, menyusuiku dan istriku sehingga bisa mengenal Allah, islam, serta berjuang untuk ummat dan islam.
Aku membuka HP-ku lalu membuka menu media, untuk mendengarkan MP3 Murottal Syeikh As-Sudais, selain doa dan motivasi dari orang-orang terdekatku kufikir dengan mendengarkan murottal tambah menenangkan hatiku untuk menghadapi operasi yang tinggal hitungan jam saja. Aku juga teringat sekitar 2 tahun yang lalu, aku membaca majalah suara Hidayatulah bahwa diadakan sebuah penelitian di sebuah universitas ternama di Amerika Serikat: bagi orang yang mendengarkan bacaan Quran yang dibaca secara Tartil baik yang bisa bahasa arab atau tidak, maka orang yang mendengarkan bacaan quran tersebut mengalami ketenangan jiwa yang sangat signifikan, tidak mudah panik, bingung, dsb. Yang jelas seingatku psikologisnya dalam keadaan baik selalu. Memang benar firman Allah dalam surah Al-Isra' : 82 : " dan aku turunkan Al-Quran yang menjadi Penawar dan Rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang dzalim hanya akan menambahkan kerugian ". Kata penawar dan Rahmat adalah sebuah kebaikan baik untuk psikologis maupun fisikologis kita.



Subhanalllah! Aku tertidur, jam dinding seolah memarahiku bahwa sudah jam 12: 55 koq belum shalat. Yang kuingat sampai di surah Ath-Thariq aku mem-pause MP3 murattal di HP-ku, lalu tidur hingga siang. Langsung aja kuambil tayyamum di tempat tidurku trus shalat dhuhur dan ashr'.
Aku terus berdzikir pada Allah untuk menenangkan hati, kulihat jam dinding kurang 3,5 jam lagi jam 5 sore. Aku juga sempat berfikir masa' sih aku dioperasi jam 5 sore yang dimana mendekati waktu maghrib, kecuali mungkin kalo operasinya memang membutuhkan waktu lama tapi tidak mendekati waktu shalat misalnya operasi mulai jam 4 sore dan butuh  waktu hingga 5 jam, dokternya mengoperasi tidak mendekati waktu maghrib, dan setelah selesai operasi sang dokter dan para perawat yang membantu operasi bisa menggabungkan shalatnya maghrib dan isya'.
Yang kutahu beberapa hari ini selama aku opname di rumah sakit islam surabaya ini, 10 menit sebelum waktu shalat selalu diingatkan dan didengarkan suara adzan lewat speaker kecil di langit-langit, apalagi operasi jam 5 yang persiapannya aja butuh waktu lama.
Istriku datang lalu duduk di sebelah kiriku, mungkin dia ingin menghiburku agar tidak gugup menanti operasi besar yang akan kujalani. Dia memijat kaki kiriku, kebetulan sekali memang kakiku lelah kebanyakan tidur. Ternyata istriku tahu apa yang menjadi kebutuhanku, aku tersenyum padanya tanda terima kasihku.
" Yang! " istriku membuka perbincangan
" hemm! " jawabku dengan hanya mengeluarkan suara, meski bibir tertutup.
" lebih gugup mana, menjelang operasi atau menjelang aqad nikah kita?" tanya istriku sambil berpindah memijat kaki kananku.
Sebuah pertanyaan yang mengejutkan bagiku, dan setelah kufikir sebentar hanya beberapa detik ternyata jauh lebih gugup saat aku menjelang berucap janji yang kuat (mitsaqan gholidoh) di aqad nikah. Karena jikalau mengingat hal itu sungguh berat dan gugup sekali, karena yang kufikir saat itu adalah bentar lagi aku akan jadi suami dan seorang pemimpin rumah tangga yang bertanggungjawab untuk kebahagiaan rumah tangga, bentar lagi aku akan berucap janji yang disaksikan Allah dan ribuan malaikat-Nya, dan bentar lagi aku akan punya pendamping yang akan menjadi penyejuk hatiku dikala duka dan menjadi sahabat diskusi dalam menuju kebaikan berumah tangga.
Jadinya lebih gugup saat aqad nikah daripada menjelang operasi, sebuah pertanyaan dari istriku yang ternyata menjadikanku lebih tenang dan yakin lagi untukku menjalani operasi besar.

*****


Jarum panjang Jam dinding menusuk angka 4, sudah sore dan kurang lebih 1 jam lagi aku menjalani operasi. tiba-tiba istriku terkejut karena asisten rumah tanggaku dan suami serta anakya datang menjenguk, lalu istriku memberitahukan padaku bahwa asisten rumah tangga kami datang, sebuah hal yang mengejutkan bagiku dan istri karena mereka termasuk keluarga yang kurang berpunya tetapi masih mau meluangkan waktu, ongkos disertai membawa oleh-oleh untukku, sungguh sebuah dukungan bagiku. Istriku langsung berbincang dengan keluarga asisten rumah tangga kami, mungkin mereka ingin tahu perkembangan keadaanku.
Tak terasa Jam dinding sudah menunjuk ke angka 5 lebih 5 menit, tetapi perawat belum ada yang datang menjemputku menuju kamar operasi. Aku terus menunggu sambil berdzikir dan berdoa pada Allah Ar-Rahman, karena dengan berdzikir menjadikanku tetap mantap menjalani operasi dengan bantuan Allah serta dengan berdoa menghilangkan kesombongan pada diri ini karena hanya Allah tempat bergantungku (Ash-Shomad).
Kulihat jam dinding lagi, terbaca jam 5: 35, hampir maghrib dan masih belum ada perawat yang datang menjemputku. Tidak mengapalah, mungkin Allah memberikan kesempatan bagiku untuk shalat maghrib dan isya' terlebih dahulu dan terus berdoa.
Sehabis shalat aku merasa mata ini tidak bisa diajak kompromi alias ngantuk dan kaki ini sangat lelah, mungkin karena kebanyakan tidur terus tidak pernah dibuat jalan, aku memanggil istriku untuk minta agar dipijat kaki dan sekalian bincang-bincang ringan untuk menghilangkan kantuk ini. Sementara aku mendengarkan istriku berbincang ringan tentang pekerjaan barunya di kantor, kulihat sekejap keluargaku banyak yang diam terutama ibunda dan ibu mertuaku yang sepertinya terus berdoa untuk kelancaran Operasiku.
Istriku terhenti bicara sambil memijatku, kulihat dia tersenym sambil melihatku. Sebuah senyuman yang menyejukkan bagiku terutama disaat sakit ini. Kulihat jam dinding masih menunjukkan angka 7:20, ternyata ga' terasa aku berbincang dengan istriku 30 menit lebih.
Perawat datang dengan membawa kursi roda, tetapi langsung terhenti menuju Istriku.
" Ibu! Mohon maaf, sebenarnya kan Operasinya jam 5 sore, tetapi tertunda hingga sekarang, karena pasien yang operasi syaraf lamanya hingga 10 jam, padahal kami perkirakan hanya 8 jam. Jadi kami mohon maaf baru sekarang kami jemput untuk menuju ruang operasi " penjelasan perawat tersebut yang cukup singkat
" iya ga' pa-pa mas!" jawab istriku singkat pula.
Setelah memberhentikan infusnya, aku dibantu sang perawat untuk turun dari tempat tidur dan naik ke kursi roda. Dorongan kursi roda sang perawat yang cukup cepat menuju lorong, lalu naik lift turun ke lantai 1. aku hanya bisa berdzikir dan berdoa pada Allah untuk ketenangan hati dan meminta pertolongan Allah selalu. Kulihat di ruang lift Ibunda, Abi, Istriku, kakak laki-lakiku, adikku mengantarku ke ruang Operasi dan mungkin anggota keluargaku yang lain menyusul.
Sampailah diri ini di ruangan depan ruang operasi, aku disambut oleh petugas medis laki-laki yang masih muda, mungkin berumur 25 keatas dan berpakaian khusus operasi berwarna hijau. Aku tidak tahu apakah dia perawat ataukah asisten dokter bedah, dia menyuruh diriku membuka baju, istriku tercinta membantuku untuk membuka baju dan sarungku dan dengan tanggap pula mas petugas medis langsung menutupiku dengan selimut tipis berwarna hijau sehingga auratku tetap terjaga. Sarung dan bajuku dipegang istriku sambil tersenyum padaku, tanda memberikan semangat padaku.
Mas petugas medis memanggil seluruh anggota keluargaku yang ada lalu dia mengajak untuk berdoa bersama untuk kelancaran operasi, akupun mengangkat kedua tanganku sedikit untuk mengamini pula doa mas petugas medis tersebut. alangkah indahnya rumah sakit ini, adanya nasyid serta lagu-lagu islami, saat menjelang shalat dan adzan diiperdengarkan lewat speaker kecil di langit-langit, termasuk saat ini menjelang operasi diadakan mas petugas medis untuk berdoa bersama pada Allah Ar-Rahman, semoga saja rumah sakit ini tetap istiqomah. Selesai berdoa seluruh anggota keluargaku disuruh keluar ruangan.
Istriku mencium pipi dan keningku tanda sayang sekaligus mendoakanku, dan langsung saja aku dibawa dengan mas petugas medis menuju ruang operasi utama. Kulihat dengan berbaring di tempat tidur begitu terangnya ruangan ini, dibantu mas petugas medis aku dipindahkan ke tempat tidur operasi yang kulihat diatasnya ada 4 tangkai bersinar lampu yang sangat terang pula. Aku menoleh ke kanan datang mas petugas medis lain yang jumlahnya 5 orang dan ada 2 petugas medis perempuan yang membawa peralatan medis untuk Operasi. Mas petugas medis yang sedari tadi membawaku ke ruang utama operasi membuka bagian dadaku dia menempelkan semacam bundaran kabel ke dada kiriku yang katanya terhubung dengan alat deteksi keadaan Jantungku.
Mas petugas medis lain menyuruhku posisi miring ke kiri, sambil kulihat alat deteksi jantung pada posisi miring aku sedikit merasakan ada jarum yang menusuk nadi di daerah tulang ekorku. Suara plester terdengar dibuka dan kurasakan menempel di bagian tengah tulang rusuk belakangku hingga ke bahuku, dan petugas medis yang lainnya kudengar sibuk sambil berbincang dengan temannya. Aku terus berdzikir dan berdoa pada Allah meminta pertolongan-Nya selalu.
Setelah itu aku disuruh kembali dalam posisi normal lagi, yaitu berbaring tetapi kedua tanganku direntangkan menempel di bantalan yang memang untuk kedua tangan pasien. Setelah itu dipasangkan semacam masker pada hidungku seperti yang ada di pesawat terbang untuk oksigen penumpang. Dan aku terus berdoa pada Allah dalam hati.

*****


            " Pak Rahmat! Bangun! ", sebuah suara mengagetkanku sehingga mataku terbuka sedikit dan kulihat Istriku tercinta tersenyum padaku, lalu mataku terpejam lagi.

           

            11 feb 2010 subuh,
Aku terbangun........
Kulihat langit-langit ruangan ini tidaklah seperti yang ada di ruanganku opname di lantai 2 ruang teratai, kumenoleh kanan ada tirai yang sepertinya juga ada pasien lain selain diriku, kumelihat sebatas mataku bisa melihat dan kusadari ini bukanlah ruanganku saat masuk opname pertama.
tubuhku  seolah sulit untuk bergerak, kurasakan perutku sakit dan berat, aku merasa ada yang menempel di pita suara daerah tenggorokanku serta ada selang kecil yang terhubung dari lubang hidungku  sebelah kiri, kurasakan ada yang menempel di alat kelaminku, setelah kumenoleh kebawah ada 2 selang yang terhubung satunya mengarah ke bagian kelaminku, kufikir mungkin untuk pembuangan air seni karena kurasakan ada yang menempel di alat kelaminku. Tetapi selang satunya yang mengarah ke perutku, aku belum mengetahuinya untuk apakah hingga terhubung ke perutku.
            Ada empat sambungan selang yang semuanya masuk ke beberapa bagian tubuhku layaknya sebuah robot yang banyak sambungan kabelnya, dan hanya 2 yang kuketahui yaitu infus yang menusuk nadi di punggung tanganku dan yang mengarah ke bagian kelaminku yang 2 selang aku belum tahu. Kulihat jam dinding menunjuk jarum pendek ke angka 4 dan jarum panjang ke angka 5 lebih, " Subhanallah! Sudah subuh ternyata !" langsung saja kutepukkan kedua telapak tanganku di kasur tempatku berbaring lalu kuusap ke wajah dan kedua telapak tanganku hingga pergelangan dan kulakukan shalat subuh.
            Selesai shalat, pikiranku mencoba mengingat yang terjadi. yang kuingat terakhir kali adalah ketika aku dipasangkan masker semacam untuk oksigen pada penumpang pesawat, setelah itu aku tidak tahu lagi tentang diriku. Dan jika sekarang sudah hampir jam 5 pagi berarti aku tertidur atau tidak sadar selama kurang lebih 9 jam, karena kuingat saat masuk ruang depan ruangan utama operasi hampir jam 8 malam.
            Seorang perawat perempuan terlihat menuju kearahku dengan membawa kain berwana hijau dan sebuah wadah aluminium.
            " Saya seka dulu ya Pak! Trus ganti baju ! " sapa perawat itu lalu membuka tubuh bagian atasku yang tertutupi selimut tipis , perawat itu menyekaku dengan wash lap secara hati-hati, lalu dia memasangkan baju tipis warna hijau padaku, layaknya baju operasi yang dipakai mas petugas medis saat aku ada di ruang Operasi.
            " pake' celana ya Pak!" lalu dia membuka bagian bawahku, aku agak takut terlihat auratku yang utama, tapi setelah kumenoleh ke bawah ternyata aku dipasangi underpad. Alhamdulillah! Aurat utamaku tidak terlihat.
 Aku merasa kurang enak diri karena disentuh serta tubuhku dilihat oleh perawat perempuan, semoga Allah memaklumi hal ini karena diriku dalam kondisi sakit. Sejak dulu menyentuh perempuan saja aku tidak berani, apalagi sekarang ada perempuan yang menyentuh diriku, aku juga berusaha berhusnudzon mungkin karena kekurangan SDM perawat laki-laki, karena pernah kubaca di koran indonesia kekurangan tenaga medis. Apakah karena biaya kuliah medis sangat mahal, ataukah karena minat kuliah di medis masih kurang atau memang waktunya shift perawat perempuan.
            " Mbak! Ini ruangan apa?" dengan suara lirih aku bertanya pada sang perawat.
            " ini ruangan intermediate, untuk pasca operasi." Jawab singkat mbak perawat itu sambil membetulkan infusku.
            " ini yang masuk di hidungku apa ini mbak, trus ada yang nempel di tenggorokanku pula ?" tanyaku
            " O, itu selang yang masuk ke hidung hingga lambung untuk mengeluarkan cairan lambung " jawab mbak perawat itu dengan ramah
            " kalo yang nempel di perutku ini? " tanyaku lagi
            " itu untuk mengeluarkan darah atau nanah pada luka operasi agar tidak masuk ke tubuh." Jawab singkat mbak perawat itu. Aku hanya terdiam tapi masih kurang mengerti bagaimana caranya mengeluarkan darah dan nanahnya karena yang kulihat selang yang menempel di perut sekelilingnya tertempel kasa dengan lapisan pleter putih.

*****


            Kulihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9, tak terasa aku tertidur lagi sejak diganti baju oleh mbak Perawat. "Kenapa kok diriku tertidur?" dalam hatiku bertanya, apakah diriku sangat lelah karena banyak berbaring di tempat tidur beberapa hari ini. "Dan kenapa keluargaku belum ada yang datang ke sini, padahal aku merindukan mereka" tanyaku lagi dalam hati.
            " mbak! " kupanggil mbak perawat.
            " mbak!!!" kupanggil lagi mbak perawat dengan nada sekuatku, suaraku jadi lirih dan lemah entah karena sampai hari ini masih puasa makan dan minum atau karena selang yang menempel di pita suara tenggorokanku.
            " ya, Pak! " sahut mbak perawat sambil terburu-buru menuju ke tempatku
" keluargaku koq belum ada yang ke sini mbak?" tanyaku padanya
" ini ruang intermediate Pak! Untuk pemulihan pasca operasi, keluarganya Pak Rahmat menunggu di luar ruangan. jadi ada jam berkunjungnya nanti antara jam 10 hingga 12 siang." Jawab mbak perawat itu
Aku hanya mengangguk saja tanda mengerti. Mbak perawat itu langsung terburu-buru pergi sesudah menjawab pertanyaanku, dan tidak kurang dari 3 menit-an kulihat mbak perawat itu kembali sambil membawa botol plastik infus lalu dengan sigap mengganti botol infusku yang sudah hampir habis. Alhamdulillah, tadi aku bertanya tentang keluargaku jadinya mbak perawat melihat botol infusku yang sudah hampir habis. Kalo tidak aku tidak tahu habisnya dan bisa-bisa keluar darah dari nadi ke selang infusku, memang ini semua adalah terjadi karena peran serta Allah, Rabb kita semua.
Mumpung masih jam 9-an kupikir ada baiknya jikalau laksanakan shalat dhuha, meskipun dalam keadaan sakit aku berusaha istiqomah untuk shalat dhuha.
" Ya Allah! Jadikanlah setiap sakit yang aku rasakan baik sebelum operasi maupun sesudah operasi ini menjadi penghapus dosa dan kesalahanku Ya Allah." Kupanjatkan doa pada Allah sehabis shalat dhuha, karena memang rasanya ga' enak semua baik itu di daerah perutku yang habis dibedah maupun selang-selang yang masuk ke tubuhku ini. Memang benar kata istriku, tiada lain adalah dengan bersabar dan bersabar merasakan ujian sakit dari Allah.
Dan aku ingat hadith Rasulullah: " adalah seorang mukmin, jikalau dia mendapatkan kenikmatan dari Allah dia bersyukur, dan jikalau dia mendapatkan kesengsaraan atau musibah dari Allah dia bersabar", semoga setelah sembuh diri ini semakin bisa bersabar, karena sakit ini juga kursus gratis dari Allah mengenai kesabaran.
Kulihat Abi dan istriku tercinta datang dengan memakai baju tipis hijau seperti yang kukenakan, mungkin aturan masuk ruang intermediate sang penjenguk harus memakai baju sama seperti pasien.
" gimana din?" tanya Abiku padaku sambil tersenyum, sedangkan istriku hanya tersenyum sambil mengusap dahiku dengan tangan lembutnya. Aku hanya bisa menjawab pertanyaan Abiku dengan senyuman kecil.
" Yang! Tadi malam Yayang ingat habis operasi yayang sadar sebentar, Yayang dibangunkan perawatnya lalu terpejam lagi?" tanya istriku.
" iya, aku ingat!" jawabku singkat, ternyata aku melihat istriku tersenyum bukanlah mimpi tapi memang aku sempat tersadar karena dibangunkan oleh perawat.
Abi pergi keluar, lalu nenekku datang.
" ga' pa-pa yo din! Mbah doakan agar kamu secepatnya sembuh dan sehat." Nenekku berkata sambil memegang lengan kananku, aku hanya mengangguk menjawab nenekku. Sedangkan istriku yang disebelah kiriku terus mengelus-elus dahiku dengan tangan lembutnya, senyum istriku menjadi pengobat hati serta tambahan semangat bagiku, lalu bule' Nur datang dan langsung memakai baju tipis hijau yang dipakai nenekku dan nenekku langsung pamit padaku dan pergi keluar. Istriku menjelaskan diwajibkan hanya 2 orang yang menjenguk di ruang intermediate. Kulihat bule' Nur hanya terdiam memandangiku dan hanya beberapa menit saja lalu pamit padaku dan keluar ruangan.
Kulihat Abiku masuk tapi langsung mendatangi tempat mbak Perawat, mungkin Abi ingin berbincang mengenai kondisiku pada mbak Perawat. Aku bersama istriku tercinta, padahal dia dalam keadaan hamil menjelang 9 bulan. aku sangat bersyukur pada Allah mempunyai istri yang selalu setia mendampingi sebagai penghibur hatiku baik dikala senang maupun saat diri ini mendapatkan musibah sakit dari Allah.
" Alhamdulillah, Cong! Sebentar lagi kamu dipindah ke ruanganmu. Ini masih nunggu jemputan dari perawat ruangan teratai, padahal kamu diperkirakan 2 hari di Intermediate, tapi sekarang sudah boleh dipindah." Abiku datang dan langsung berkata tentang pemindahanku.
" Alhamdulillah" dalam hatiku, berarti Allah mempercepat pemulihanku di intermediate agar aku bisa pindah dan tanpa perlu keluargaku terkena sistem terburu-buru menjenguk dibatasi 2 orang dan hanya sekitar jam sekian.
Tak terasa sudah hampir jam 12, waktu menjenguk habis dan istriku tercinta mencium dahiku sekalian pamit ke luar ruangan. Aku hanya bisa tersenyum lemah tetapi bahagia melihat istriku yang selalu berusaha menampakkan wajah senyumnya padaku disaat tergolek sakit, sambil menunggu jemputan perawat lantai 2 ruang teratai ruanganku saat masuk opname ahad malam. Kuambil tayyamum dengan menepuk kedua telapak tangan di kasur tempatku berbaring, lalu shalat dhuhur dan Ashr'.
Kurang lebih 20 menit-an, 2 perawat  laki-laki dan perempuan dari ruang teratai datang menjemputku, sang perawat laki-laki telah aku kenal, karena saking seringnya menjemputku ke ruang foto, USG, dan CT-Scan. namanya David dan satu perawat perempuan juga aku kenal wajahnya saja.

*****


" ah, Alhamdulillah! Ada di ruanganku sendiri yang dimana bisa ktemu dengan istriku dan keluargaku tanpa dibatasi jam kunjung." Dalam hatiku bersyukur.
Istriku membetulkan selang kencing dan selang yang menempel di perutku, lalu duduk di sebelah kananku sembari tersenyum manis padaku.
" Yang ! bolehkan kalo aku beritahukan tentang operasimu?" istriku tercinta membuka percakapan.
Aku hanya mengangguk sambil memegang tangannya yang masih tetap halus sejak kupegang pertama kali sesudah berucap aqdun nikah.
" sehabis operasi aku dijelaskan oleh dokternya bahwa selain usus yayang ada kelengketan, terjadi pula infeksi di bagian usus buntu yang dimana infeksinya sudah menjadi nanah dan menyebar ke bagian usus yang lain. Trus usus yayang dikeluarkan ada yang dipotong lalu dicuci agar tidak ada infeksi, trus dimasukkan lagi." Istriku menjelaskan cukup detail dan singkat.
Aku hanya terdiam dan tak bisa membayangkan prosesnya, pokoknya yang penting aku harus semangat untuk sembuh.
" itu Din! Ususmu!" Abiku menyahut dari bawah, mungkin beliau sedikit mendengar apa yang dibicarakan oleh istriku.
Aku menoleh ke meja samping kiriku, kulihat ususku yang ditaruh di dalam tabung plastik kecil, kuperkirakan mungkin -+ 5 cm potongan usus dipotong.
" nanti insya Allah ususmu ta' tanam atau dibuang ke laut agar dimakan ikan... he...he...!!!!" Abiku lanjut bicara sambil tertawa.
" iya, ga' pa-pa Bi! Biar jadi Humus kalo ditanam untuk shodaqoh tanaman." Jawabku ringan
" oke! Tapi jangan khawatir, Abi ga' pake' ritual apapun koq saat tanam ususmu karena itu khurofat dan ga' pernah diajarkan Rasulullah." Sahut Abiku
Aku mengangguk saja tanda percaya pada Abi, karena Abiku pernah bercerita setiap kali anak-anaknya lahir. Ari-arinya seluruh anaknya tidak pernah ditanam di depan rumah trus diterangi dengan lampu, disertai dengan pensil, alat rias, dsb. Lalu dilakukan ritual dan bacaan-bacaan yang dimana semua itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para Sahabatnya. Akupun ingat dalam hadith arbain "Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak." (HR. Bukhori dan Muslim).
Istriku pamit padaku ke musholla untuk shalat ashr', kulihat Abi dan ibuku juga ikut ke musholla. Sedangkan yang di ruanganku hanya ada ibu mertuaku yang memang lebih sering sholat di ruangaku. Aku membuka HP yang ada di meja sebelah kiriku, kupilih menu media lalu video untuk mendengar dan melihat video asma' Allah by Sammy Yusuf. Video ini termasuk salah satu video klip favouriteku, Aku membuka HP yang ada di meja sebelah kiriku, kupilih menu media lalu video untuk mendengar dan melihat video asma' Allah by Sammy Yusuf. Video ini termasuk salah satu video klip favouriteku, serta kulihat Sammy Yusuf cukup sukses dengan da'wahnya mengenai islam di eropa terutama di inggris lewat musik. Dan alhamdulillah cukup banyak pula orang eropa yang masuk islam karena da'wah Sammy Yusuf mengenai islam lewat musik, apalagi juga banyak video klipnya yang ditranslate ke beberapa bahasa dan langsung dilagukan dalam 4 bahasa seperti video klip Hasbi Rabbi.
Kumatikan video Asma' Allah di HP-ku, karena kulihat Ibu mertua yang sehabis dari kamar mandi akan melaksanakan Shalat. Membaca mushaf Quran saja harus benar-benar pelan nadanya agar tidak mengganggu shalat, apalagi video musik HP-ku.
Kulihat infusku hampir habis, aku mencoba menekan tombol pemanggil perawat tapi agak sulit. Sedangkan kulihat ibu mertuaku masih shalat ashr', kutarik dulu kedua selang yang menghubungkan ke perut dan alat kelaminku lalu berusaha bergerak ke samping kiri, "nah, Alhamdulillah! Bisa". Memang sehabis operasi tubuhku terutama bagian perut masih sakit apalagi ditambah banyaknya selang yang terhubung ke tubuhku pula, ternyata harus bersabar dan bersabar menjalani ujian sakit ini.
Perawat laki-laki yang kukenal bernama David, datang ke ruanganku dan tanpa berbicara aku hanya menunjuk sebelah kiri atasku tanda pemberitahuan bahwa infusku sudah hampir habis. Dengan sigapnya dia menutup saluran infusku agar nadiku tidak berdarah lalu menggantinya dengan infus botol gelas, sesudah itu  David langsung pamit dengan ramah.
Aku ingat mbak perawat yang mengganti infusku sebelum operasi memberitahu bahwa infus yang botol gelas berisi nutrisi dan vitamin, karena memang sejak masuk opname aku disuruh puasa sehingga nutrisi, vitamin, glukosa, dsb yang masuk ke tubuhku adalah semuanya dari infus. Oh, malangnya diriku yang hanya makan dan minum infus saja, semoga setelah sembuh ini aku bisa lebih bersyukur akan kesehatan dari Allah.
Sekitar 30 menit-an setelah david pamit, ada mbak perawat yang datang membawa sebuah wadah aluminium kecil yang kuperkirakan obat injeksi.
" disuntik apa mbak?" tanyaku pada mbak perawat
" alinamine-F."jawabnya singkat, dan setelah itu mbak perawat tersebut langsung pamit dengan ramahnya.
 aku memang sering bertanya jika dilakukan tindakan medis adalah karena aku lebih mengetahui kondisi tubuhku apalagi suntikan injeksi adalah lebih keras daripada obat yang diminum. Aku juga menuruti apa yang dilakukan dokter, perawat, dan petugas medis lain karena mereka berdasarkan akademis yang ilmiah, akupun juga belajar tentang tindakan P3k, obat-obatan, dsb di kantor tempatku bekerja. Tapi selama ini akupun juga berusaha menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat kimia seperti: obat kimia, makanan instan yang terdapat penyedap rasa, pewarna, dsb karena biar bagaimanapun kimia banyak efek negatifnya daripada yang natural atau herbal.

*****


            " Yang! Yang! Aku mau pulang dulu." Suara Istriku membangunkanku, kurasakan tangan istriku mengusap dahiku yang agak sedikit berkeringat sambil memijat kecil lenganku. Jam dinding terlihat menunjukakan jam 7:55, ternyata sudah hampir jam 8 malam. Aku ingat kurang lebih 1 jam-an setelah aku disuntik obat, terasa ngantuk berat dan mungkin aku tertidur hingga hampir jam 8 malam.
Istri dan ibu mertuaku berpamitan untuk pulang, dan seperti biasanya istriku tercinta mencium pipi kiri dan kananku serta dahiku sebelum pulang. Oh, setiap kali pulang aku selalu merasakan kangen dan berharap secepatnya ktemu lagi dengan istriku.
Beberapa menit setelah istriku pulang, aku langsung melaksanakan shalat Isya' dan maghrib yang dimana aku sudah terlambat karena tertidur. Alhamdulillah islam memberikan kemudahan bagi pengikutnya, memang terdapat dispensasi untuk melaksanakan pengganti shalat bagi yang tertidur apalagi sakit seperti diriku ini. Tapi bukan berarti bagi yang sehat lantas tidur dulu sedangkan sudah masuk shalat, adalah lebih baik shalat dahulu lalu tidur.
Selesai shalat aku bingung ingin melakukan apa, kulihat ke samping ibundaku tidur di tempat tidur yang disediakan khusus penunggu pasien, dan kulihat kebawah Abiku sedang membaca majalah.
Aku membuka HP dan memilih menu Opera mini, kubuka situs berita republika.co.id untuk membaca perkembangan berita di negara ini. aku sangat suka membuka situs berita republika, ini bukan promosi loh! karena selain berisi berita nasional dan internasional, juga ada ilmu pengetahuan islam tentang para ilmuwan islam dan taujih-taujih keislaman. Biasanya aku membaca republika di kantor tempatku bekerja disaat senggang.
Berita nasional masih didominasi oleh politik, terutama yang paling hangat sejak belum sakit hingga sekarang aku opname adalah mengenai aktifitas kerja pansus Bank Century. memang jualan yang paling laris di media adalah mengenai politik. Setelah membaca beberapa berita politik kulanjutkan membuka menu halaman dunia Islam, kubaca mengenai tentara Israel yang menutup jalan masuk masjidil Aqsha sehingga muslim Palestine tidak diperbolehkan masuk, sedangkan membiarkan beberapa warga israel yang sedang menggali pondasi masjidil Aqsha al-Mubarak.
Aku berfikir permasalahan mengenai Palestine dan Israel adalah permasalahan dunia yang sudah lama, banyak yang mengira permasalahan Palestine dan Israel hanyalah masalah perebutan tanah saja, sehingga masih banyak yang cuek akan Palestine. Masalah Palestine dan Israel yang utama adalah masalah Ideologi, target utama bangsa Yahudi Israel adalah merobohkan masjidil Aqsha lalu membangun kuil Solomon tepat di lokasi Masjidil Aqsha serta menduduki seluruh tanah Palestine dengan dalil orang Yahudi bahwa tanah palestine adalah tanah yang dijanjikan untuk bangsa Yahudi.
Sehingga sejak tahun 1948 Israel dengan bantuan inggris langsung menduduki sebagian kecil tanah Palestine dan terus melakukan Genocide pada kaum Muslim palestine sehingga bisa menggusur rumah-rumah kaum muslim Palestine, Amerika memberikan bantuan alat-alat militer serta dana 1 milyar dollar tiap tahun untuk anggaran militer pula bagi Israel sehingga semakin mudah untuk menjadi negara dengan menguasai tanah palestine yang sekarang hanya tinggal 20% saja. Israel dengan bantuan Amerika sejak 1980-an mendirikan pengolahan Nuklir untuk kepentingan militernya sedangkan PBB sama sekali tidak memberikan sangsi, tetapi jika ada negara lain yang tidak sekutu dengan Amerika seperti Iran akan diberikan sangsi keras atas pendirian pengolahan nuklir, padahal iran hanyalah untuk kepentingan energi dan pengembangan teknologi. Atau mungkin Amerika tidak ingin ada negara Islam yang maju pengetahuannya tentang Nuklir alias harus bodoh.
Israel meng-genocide kaum muslim Palestine dengan sangat kejam menggunakan peralatan militernya dan menggunakan bahan-bahan kimia yang dimana hal tersebut dilarang dalam konvensi Jenewa, tetapi Israel tidak pernah mengindahkan aturan yang dibuat oleh kesepakatan negara-negara dunia. Israel menggunakan bahan kimia berbahaya untuk meng-genocide kaum Muslim Palestine seperti: bom Fosfor putih sehingga banyak yang langsung meninggal dalam sekejap.
Dan tidak hanya masjid-masjid terutama Masjidil Aqsha, rumah, gedung, dan warga muslim Palestine yang diserang dan dibunuh tentara Israel. Tetapi juga gereja, seperti gereja "God Father saad" dihancurkan dan dibunuh pendeta dan pengikutnya. Israel ingin secepatnya menduduki tanah Palestine seluruhnya, sehingga baik muslim maupun kristiani dibunuh.
Terlalu banyak berfikir, ga' terasa mataku sudah mulai redup. Mungkin sudah waktunya istirahat malam, " Bismika Allahhumma ahya wa amuut."



12 feb 2010
Pagi ini aku merasa kurang enak, terutama di bagian perut yang sepertinya  mual dan ingin muntah. Aku meminta tolong Ibundaku mengambil mangkok plastik karena khwatir muntah, dan ga' sampai 5 menit aku langsuung muntah di mangkok plastik yang diambilkan. Kulihat muntahanku memenuhi seperempat volume mangkok dan berwarna hitam, aku sendiri agak kaget dalam hati kenapa koq berawarna hitam.
" Bu! Iki koq warnane hitam?" tanyaku pada ibundaku
" ga' pa-pa koq, itu mungkin efek dari obat bius pasca operasi." Jawab ibuku sambil memijat pundakku.
Dan kulihat pula ada cairan hitam yang mengalir dari selang hidungku yang warnanya sama dengan yang kumuntahkan di mangkok plastik. Aku ingat perkataan mbak perawat di ruang intermediate, selang di hidungku yang terhubung hingga lambung adalah untuk mengeluarkan cairan lambung. Tapi aku heran kenapa berwarna hitam, sedangkan sehari sebelum operasi sesudah disuntik obat oleh mas perawat langsung muntah berwarna kuning, dan kata mas perawat itu adalah cairan lambung. Mungkin benar ibundaku cairan lambung yang masih bercampur efek obat bius pasca operasi menjadikan berwarna hitam. Aku percaya yang diomongkan ibundaku, karena beliau pernah bekerja di Rumah Sakit Islam A.Yani selama 18 tahun, meskipun bukan sebagai tenaga medis tapi beliau agak sedikit mengerti tentang medis.
Kurang lebih 20 menit-an kemudian aku muntah lagi, dan sama-sama warna hitam serta kulihat ada cairan hitam yang warnanya sama dengan muntahku keluar lewat selang hidungku hanya saja volumenya agak sedikit dari muntahku yang pertama.


Aku muntah terus-terusan sejak jam 6-an pagi tadi dan sekarang sudah jam 8-an, setiap kali muntah juga keluar cairan lewat selang hidungku yang warnanya sama dan muntahnya berbeda volume. Kulihat istri dan ibu mertuaku datang, dan istriku langsung duduk di sebelah kananku sambil memijat pundakku sambil berkata pada ibundaku agar dia saja yang mewadahi muntahanku. Sungguh sangat sakit sekali terutama di bagian perut yang masih baru dijahit, karena setiap kali muntah, bersin, atau batuk kurasakan goncangan pada perutku. " Ya Allah! Kapan sakit ini akan berakhir." Aku mengeluh dengan berdoa pada Allah. Baik sebelum operasi maupun sesudah operasi masih kurasakan sakit, memang harus terus berusaha sabar dan bersabar akan ujian dari Allah ini.
Kulihat bule' Hanik, bule' Num dan suaminya, bule' Ayi, bule' nur dan suami, pa'le Iput dan istri dan Nenek datang menjengukku, semua adik-adik ibu berdomisili di surabaya kecuali bule' Hanik yang tinggal di Pandaan-Pasuruan. Aku jadi terharu mereka menjenguk, dan semoga ini menjadi penyemangatku di saat sakit.
" mbah dungakno, ndang waras yo nak! " nenekku berbicara padaku, dan kulihat beliau sedikit keluar air mata, aku berusaha tersenyum sedikit untuk mnyenangkan beliau. Kullihat adik-adik ibu mengelilingi tempat tidurku sambil memandangiku dan yang terlihat meneteskan air mata adalah Bule' Num dan Bule' Hanik, mungkin melihat kondisiku yang lemah ditambahi suaraku yang lemah pula mereka menteskan air mata.
Bule' Hanik yang kutahu sedang mengalami ujian dari Allah juga, dia bercerai dengan suaminya tapi masih pula sempatkan diri untuk menjengukku. kudoakan dalam hati agar bule' Hanik mendapatkan seorang suami lagi yang lebih baik serta  bisa memuliakan dirinya dan anak-anaknya.
Aku memuntahkan lagi cairan lambungku dengan volume sepertiga mangkok, sungguh sakit sekali bagian perutku setiap kali muntah. Dan masih terus muntah lagi, mungkin setiap 15-20 menit-an aku muntah, istriku terus mewadahi muntahanku dan langsung dibawa ke kamar mandi untuk dibuang lalu dicuci.
" Yayang buangnya nanti aja kalo muntahanku penuh!" kuberbicara pelan pada istriku.
" ga' pa-pa Yang!" jawabnya singkat.
Aku kasihan pada istriku yang setiap kali aku muntah langsung dibuang dan dicuci lalu ditaruh mangkok tersebut di sebelah kanan mulutku. Istriku tercinta tidak bosan dan jijik menemaniku saat di toilet disaat sebelum operasi dan sekarang tidak jijik mewadahi muntahanku. Semoga hal ini menjadi amaliyahnya sehingga Allah mengharamkan api neraka bagi istriku, Ketelatenan istriku menjadikan semangat pula bagiku agar cepat sembuh.


13 Feb 2010.
            Perut ini masih sakit, apalagi disertai dengan cegukan yang menambah sakit di bagian jahitan perut, karena terjadi hentakan pula di perut disaat cegukan. Aku merasa begitu beratnya sakit ini baik sebelum operasi, apalagi pasca operasi.
            Memang tiada cara lain kecuali bersabar di saat mengalami Ujian sakit, Allah di Al-Quran mengatakan "Ishbir shabran Jamil" bersabarlah dengan kesabaran yang indah.
            "Assalamualaikum!" Istriku tercinta beserta Ibu mertua datang.
            "Waalaikumusalam!"jawabku dengan pelan.
            "gimana Yang! pagi ini?"tanya Istriku dengan senyumannya yang seindah kilau Permata Shappire, karena tiada yang seindah di dunia ini selain seorang Istri yang selalu berusaha terlihat menyenangkan bagi suami.
            Akupun membalas dengan senyuman kecil, Istriku langsung duduk di sebelah kiri tempat tidurku, sambil memijat pundakku yang lelah karena terlalu banyak tiduran.
            "Yang!"Istrinya membuka perbincangan.
            "Ya!"kujawab biasa.
            "gimana kalo aku berhenti kerja untuk merawat Yayang dan Anak-anak serta rumah, agar Aku bisa mengingatkan Yayang makan teratur, makan yang Hieginis, dan mengurus kesehatan dan pendidikan Anak-anak."tanyanya padaku sambil terlukis alisnya yang berkerut hampir menyambung.
            "ga' usah Yang"jawabku pendek kata.
            kulihat Istriku yang diam termenung tapi tetap sambil memijat dua pundakku, mungkin Istriku bertanya-tanya dalam hati kenapa Aku melarangnya berhenti bekerja.
            "Yang! Yayang tahu kenapa Aku sakit? aku divonis oleh Dokter sakit infeksi usus buntu karena adanya kotoran yang masuk di usus buntuku."jawabku.
            Kulihat Istriku tetap terdiam tapi tidak menunduk lagi, sudut pandangannya hampir ke wajahku semua, mungkin sekitar 60 derajat.
"Selama ini Aku berusaha untuk hidup bersih, hieginis, dan sehat. disetiap istirahat di jalan aku berusaha memilih warung yang tidak jorok dan airnya mengalir dalam mencuci piringnya dan berusaha pula menyempatkan makan buah yang dijual eceran (sudah diiris) dan berusaha mencuci tangan di rumah ataupun di jalan baik saat makan makanan dan buah-buahan. akupun selalu beusaha menghindarkan diri dari makanan kimiawi, termasuk asisten rumah tangga kita (pembantuku), aku mengamanahkan untuk tidak memasak dengan vetsin (penyedap rasa sintetis), sore hari saat akan jemput Yayang Aku amati beberapa orang dewasa laki-laki dan anak-anak dengan santai dan nikmatnya mandi dan bersikat gigi di kali (sungai) Jagir, padahal kali jagir sangatlah kotor dan banyak sampahnya. Tetapi koq mereka terlihat aktif dan sehat ya Yang??"penjelasanku panjang.
            "Tetapi kenapa ya Yang! aku kena sakit infeksi usus buntu yang menyebabkan terbaring lemah di rumah sakit?? Kita harus husnudzon pada Allah Azza wa Jalla, bahwa semua ini adalah ujian yang dimana kita berdua harus yakin dibalas dengan kebaikan oleh Allah untuk kita." lanjutku
            "Jadi! perkataan Yayang, bahwa agar aku makan teratur dan hieginis sehingga tidak sakit adalah hal yang relatif, karena dalam kehidupan ini semua tidak ada yang tahu tentang kedepannya karena adanya Rizqi dan ujian Allah yang mendadak, dan tugas kita adalah berusaha bertaqwa, bersabar, bersyukur pada Allah. Ok, Beybe.....!!!!"penjelasanku lagi sambil berusaha tersenyum agal lebar pada Istriku.
            "Ok, Yang.....!!!! he....he...."jawab Istriku sembari tertawa kecil.
            "Yayang juga jangan berhenti kerja, teruslah bekerja dan berkarya untuk Ummat, karena Yayang adalah pejuang Ummat."sambungku lagi.
            "lho! pejuang Ummat Yang?? iya ta Yang?"Istriku bertanya.
            "Iya,karena menurutku semua pekerjaan adalah berpotensi sebagai perjuangan Ummat, ummat terkecil adalah keluarga. Yayang adalah karyawan Direktorat Jenderal Pajak yang dimana ditarget mengumpulkan Pajak, nantinya pajak tersebut untuk pembangunan rumah sakit, jalan raya, jembatan, sekolah negeri, dan lainnya. coba kalo Yayang ga' berusaha untuk mencari dana Pajak, Ummat ga' akan lancar dalam merasakan rumah sakit, sekolah, dan lainnya. untuk masalah penyaluran jika ada korupsi atau penyimpangan dana pajak itu adalah tanggung jawab mereka yang mengawasi dan Aparat hukum. tugas Yayang adalah berjuang untuk mengumpulkan dana Pajak untuk pembangunan dengan syarat harus Ikhlas agar mulia, karena sia-sia perjuangan Yayang jika tidak Ikhlas. dan termasuk diriku yang bekerja di Lembaga Zakat adalah untuk ummat merasakan klinik, rescue, pemberdayaan, dan lainnya. juga untuk pekerjaan-pekerjaan yang lain berpotensi untuk perjuangan Ummat dan mulia dengan syarat Ikhlas." penjelasanku pada Istri cukup panjang sepanjang Jembatan Suramadu, he....he...!!!.
            "gitu ya Yang! Alhamdulillah masih bisa mnen-taujih diriku meskipun sakit" jawab Istriku yang wajahnya terlukis puas dengan omonganku.
            Aku hanya menjawab dengan senyuman manis pada Istriku, dan tanpa terasa bincang-bincang dengan Istriku waktu sudah menunjukkah hampir dhuhr, sebentar lagi sholat dhuhr. Alhamdulillah, dengan bincang bersama Istriku menjadikan diriku lebih semangat untuk berusaha sehat dan melatih otakku yang sudah lama tidak berfikir.


14 Feb 2010,
            kulihat pepohonan dan rerumputan disini dan disana begitu hijau dan terang, di sebelah kanan bawahku terdapat Air sungainya seputih susu dan mengalir dengan deras ditambah sinar kemilau karena air yang bergemiricik menjadikan tambah indahnya sungai ini.
            Oh, Indahnya pemandangan ini, sepertinya Aku  pernah melihat Pemandangan ini di wallpaper Internet, tapi jauh lebih indah daripada itu bahkan mungkin tiada di dunia ini. kulihat lagi arah barat daya terlihat sebuah bangunan indah layaknya Istana, tembok berkilau keemasan, dan terdapat untaian permata-permata di gerbangnya.
            Aku berjalan ke arah bangunan itu, sekitar 100-an meter dari tempatku berdiri. aku terus berjalan sambil merasakan keindahan pepohonan serta wewangian bunga, mungkin baru sekitar 50-an meter Aku berjalan Aku melihat seorang Perempuan cantik dan putih di samping gerbang  melambaikan tangan ke arahku, menyapaku dengan senyumannya yang Indah.
            Aku merasakan wanginya semerbak, mungkinkah ini wangi dari parfum perempuan cantik itu, bahkan wanginya jauh lebih wangi daripada segala parfum yang selama ini kukenal.
            "Yang!"
            Aku menoleh kebelakang, tapi tidak ada seorangpun yang ada.
            "Yang!!"
            Aku menoleh lagi kebelakang dan samping kanan dan kiriku, tapi tidak ada seorangpun yang ada. dan pundakku terasa bergerak sendiri, dan terus bergerak sendiri.
            Tiba-tiba kulihat dihadapanku Istri dan Abiku, tangan Istriku pada posisi memegang pundakku, aku memegang sebuah kain yang ternyata adalah selimut, dan aku masih tergolek di tempat tidur pasien. kulihat di sebelah kiri meja tempat tidurku juga ada Ibu mertuaku serta Adikku.
            "Yayang ketiduran sambil tersenyum sendiri, mimpi apa Yang?"tanya Istriku sembari menjadikan syaraf kesadaranku tambah bekerja.
            "pemandangan yang indah Yang..!!!" kujawab singkat sambil tersenyum.
            Semua hal tadi adalah mimpi semata, ataukah memang itu gambaran Surganya Allah?? ah! aku tidak tahu karena kata Rasulullah SAW : "Surga adalah segala kenikmatan yang tidak pernah kita bayangkan dan kita rasakan".
            Aku cuman ingat sore tadi saat Perawat mencopot selang yang terhubung ke hidung hingga lambungku, aku tidak merasakan sakit karena disuruh menahan napas sebelumnya oleh sang Perawat. setelah itu beberapa menit kemudian aku diinjeksi cairan obat melalui selang infus yang terhubung ke nadi tanganku. setelah itu aku mungkin tertidur karena tidak ingat lagi selain itu.
            Jam di dinding seolah mencubit mataku agar melihatnya, ternyata sudah menunjukkan jam 6 lebih 20 menit. waktunya untukku sholat Maghrib dan Isya', dan aku merasa agak enakkan setelah lepas selang yang menusuk hidungku ini. jalan tenggorokanku menjadi sangat lancar baik untuk nafas, jalan makan tapi sayangnya masih belum boleh makan, dan untuk bersuara semuanya lancar, selancar jalan tol Surabaya - Malang.

*****

            Sesudah shalat Maghrib yang kugabung dengan Isya', aku kembali mengingat peristiwa yang terjadi dalam bunga tidurku tadi, adalah hal yang indah yang tidak pernah ada dalam mimpiku. ataukah aku dibawa oleh Allah dalam gambaran Surga, karena memang Aku tidak pernah membayangkan dan merasakan hal tersebut. ataukah karena aku sempat mengingat lagi bahwa resiko kematianku saat Operasi adalah 25%, dan angka tersebut kata Dokter cukup besar sehingga Aku dibawa dalam kematian sebentar lalu Allah membawaku dalam dunia fana lagi, atau Aku diingatkan Allah bahwa haruslah banyak berevaluasi diri serta bertaqwa karena itu adalah bekal kematian.
            Dan memang bunga tidur tadi adalah sebuah hal yang sangat Indah, sebuah Istana dengan tembok yang berkilau keemasan, ada untaian permata-permata pada gerbangnya.
            Seorang Perempuan cantik dan putih dengan senyumannya yang Indah, Wanginya semerbak tercium sebelum menghampirinya. mungkinkah dia Bidadari Surga??seperti gambaran dalam hadist-hadist Rasulullah. ah! kenapa aku memikirkan hal itu!! Aku kan udah punya seorang perempuan yang berusaha untuk menjadi Bidadariku, yaitu Istriku tercinta.
            Sekarang aja Istriku bersedia menemaniku, merawatku, dan menjagaku hingga menginjak 3 mingguan aku di rumah sakit. bahkan tidak hanya menemani dan memijatku agar aku tidak merasa bosan dan lelah selama opname di rumah sakit, saat BAB-pun dia menemaniku di kamar mandi tanpa mengindahkan rasa Jijiknya.
            Aku ingat saat usia pernikahan kami menginjak 2 minggu, saat itu Aku dan Istri nge-kost di Nginden Jangkungan. meskipun kost-kostan kami hanya seukuran 2 m X 4 m tetapi cukup untuk kami berdua makan bersama, mengaji bersama, dan saling membantu mengerjakan tugas kantor. sungguh kenangan yang cukup indah.


15 Feb 2010,
            Jam dinding terukir 04:35, menyapaku untuk menyadarkan shalat Subuh, sehabis shalat Subuh aku membuka HP untuk mendengarkan Murottal. sampai pada pertengahan Surah, perawat datang ke ruanganku, seperti biasanya bertugas untuk mengambil air seniku di kantong yang menggantung di samping bawah tempat tidurku.
            Sambil terus mendengarkan Murottal Syeikh As-Syudais, ga' terasa jam menunjukkan angka 05:15 berarti sudah menuju jam 6 pagi. Abiku membuka gorden jendela dan pintu, kurasakan hawa sejuk udara pagi hari. terasa sekali alam bertasbih menyambut pagi, nyanyian burung untuk berjuang mencari sejumput biji-bijian terdengar indah. tetapi dalam riwayatnya syair dan suara Nabi Daud jauh lebih merdu ketimbang nyanyian dan kicau burung, dan sayangnya diri ini tidak seperti Nabi Sulaiman AS yang mengerti bahasa hewan.
            Tirai sinar mentari pagi menembus ruanganku dengan kemilaunya, Alhamdulillah bisa memberikan kehangatan untuk tubuh ini. kulihat Abi dan Ibunda tersenyum ke arahku, meski Pandangan ini sedikit terganggu dengan silau mentari.
            Oh, Ibunda! Orang yang paling berjasa dalam kehidupanku, yang melahirkanku dengan taruhan nyawa, yang menyusuiku dengan ASI yang mengandung Imun dan kecerdasan hingga Aku mengenal Allah Azza wa Jalla Rabb jagad raya ini, yang mendidikku mengenai kehidupan, yang berusaha menjaga saat masih Bayi, yang......masih banyak lagi deh! kebaikan Ibunda yang ga' akan bisa kita balas meskipun kita punya segunung Rubi, jamrud, berlian, sapphire, intan, dan permata jenis lainnya kecuali menaati dan menghormati beliau.
            Abiku, adalah seorang yang menjadi Murabbi pertamaku, saat aku masih menginjak kelas 1 SLTP beliau sudah memberikanku pengajaran tentang Fiqh dan Quran, lalu menginjak kelas 3 SLTP Aku diajarkan tentang Bible dan hal yang berkaitan dengan kontroversinya, pernah pula Aku diajak berdialog dengan pendeta dari bekasi namanya Edi Sapto dan Alhamdulillah kami menang dalam Artian dia tidak bisa menjawab pertanyaan Abi mengenai kontroversi Bible, dan setelah menginjak masa SLTA hingga sekarang Aku dibiarkan aktif ikut kajian dimanapun tanpa ada rasa cemas atau bingung dalam hati Abiku dalam menerima pemahaman, karena sudah mantap pembelajaran yang diberikan Abiku. selain itu dengan aktif ikut kajian dimanapun  seperti halnya Imam Ahmad yang mempunyai 100 guru, kita akan mendapat banyak network Ukhuwah, tidak merasa Ashobiyah, banyak mendapatkan Ilmu, dan banyak hal. meskipun seandainya terjadi perbedaan pendapat dalam hal fiqh, hal tersebut bukanlah menjadi masalah. asalkan bukan terjadi perbedaan dalam hal Prinsip (Aqidah). salah satu guru Imam Ahmad adalah Imam Syafi'i, yang dimana terjadi perbedaan dalam hal Fiqh, tetapi bukan berarti hal tersebut menjadikan Ukhuwah dan Aktif mengaji dengan Imam Syafi'i pudar.
            Wah sepertinya terlalu panjang ya! tentang Abiku ini, karena memang itulah Abiku yang memberikanku HomeSchooling dan Quantum Learning, HomeSchooling karena Pendidikan, keilmuan, dan Pengalaman Abi yang diberikan padaku, meskipun aku merasa masih banyak Keilmuan Abi yang harus kuambil. Quantum Learning karena akselerasi Pembelajaran cepat yang diberikan Abi padaku, meskipun kata orang belum waktunya.

            Sesudah shalat Dhuhur, le' Ayi datang menjengukku. karena memang kerjanya le' Ayi di bagian keuangan Rumah sakit ini, jadi sewaktu-waktu menjengukku adalah tanpa kendala transport dan kesibukan pekerjaan. selang durasi 20 Menit-an le' Ayi datang, dokter Bambang datang ke ruanganku.
            Dokter Bambang menyuruh semua orang keluar kecuali Istriku, Aku sendiri juga ga' tahu kenapa. biasanya ga' pa-pa meskipun ada orang.
            "gimana rasanya sampai hari ini?"Dokter Bambang membuka pembicaraan, sambil memeriksa seluruh bagian perutku dengan stetoskopnya.
            "Alhamdulillah! udah agak enakan Dok! cuman agak nyeri dikit bagian yang dijahit."jawabku
            "Ooh, itu ga' pa-pa, wajar karena terjadi penyambungan antar pembuluh, otot, dan syaraf dan kebanyak 3 bulan sempurnanya"jelas Dokter Bambang
            "3 bulan Dok..!!"Aku agak terkejut
            "iya 3 Bulan"ulang Dokter Bambang
            Kupikir wajar saja, karena memang semuanya berproses dalam penyambungan itu, jadi Aku berusaha untuk meredam keterkejutan itu. Kurasakan tangan Dokter Bambang yang berlapis Handscoe menekan-nekan Sedikit jahitan perutku, lalu dia mengambil sebuah cairan yang dioleskan ke pinggiran kasa dan perban yang menutupi jahitan di perutku. kurasakan dingin sekali, mungkin cairan ini alkohol agar memudahkan melepasnya tanpa menyakiti kulitku.
            Dibantu oleh perawat laki-laki Dokter Bambang mengganti kasa dan perban yang sudah menempel di Jahitanku sejak Pasca Operasi agar steril, Aku agak kaget melihat jahitan bedah di perutku yang memanjang, Istriku menghitung ada 16 Jahitan yang memanjang Horizontal.
            "Subhanallah, sebegitu banyakkah jahitannya??"dalam hatiku bertanya.
            Dokter Bambang membuka sarungku, kurasakan lagi cairan dingin lalu dilepas plester-plester yang mengikat selang yang masuk ke alat Vitalku.
            "tahan napas Ya!!"Dokter Bambang mem-Warning mendadak.
            "Auw....!!!Allahu Akbar!!"Aku agak merasa sakit, karena disuruh menahan napas oleh dokter Bambang mendadak, ga' seperti saat perawat melepas selang yang mengarah antara hidung ke lambungku. tapi ga' pa-pa koq, cuman sakit sedikit.
            Kulihat  pula Dokter Bambang membuka bagian perut kananku yaitu yang terdapat  selang yang menempel di perut sekelilingnya tertempel kasa dengan lapisan pleter putih, kurasakan cairan dingin lagi merasuk ke dalam pori-pori kulitku saat Dokter membuka kasa tersebut, 
            “Subhanallah…!!!”dalam hatiku terkejut lagi saat melihat ternyata perut kananku terdapat lubang, diameternya sekitar 2 centimeter.
                                “lubang apa ini Dok?”tanyaku polos
                        “Oooo…ini untuk mengeluarkan darah sisa operasi agar tidak mengotori luka jahitan dalam” jelasnya singkat
Aku hanya mengangguk tanda mengerti dan berusaha mengerti, aku hanya kaget saja karena tiada pernah aku punya lubang di tubuh ini. Aku merasa yakin kesembuhan dan kesehatan dari Allah akan cepat menghampiriku, aku ingin secepatnya beraktifitas kembali untuk berjuang di jalan Allah, untuk bersilaturrahim ke para donatur PKPU, untuk memberdayakan ummat melalui Lembaga Zakat yang kuberkarir di dalamnya.


17 feb 2010,
Kicau burung-burung pagi menyapaku di belakang rumah kontrakanku pagesangan asri IV/19, seolah mereka benar-benar ingin melepas rasa kangennya padaku setelah kurang lebih 2 pekan aku sakit.
Aku merasa baikan meski kadang ada rasa perih karena penyambungan otot-otot dan syaraf di perut yang dibedah, aku akan terus berusaha semangat untuk sembuh. Istriku tercinta sedang bersiap untuk berangkat kerja, berjuang mengumpulkan dana untuk membangun sekolah negeri, rumah sakit negeri, jalan, jembatan, infrastuktur, dan lain sebagainya. Dalam hatiku mendoakannya semoga dia selalu ikhlas dalam berjuang untuk ummat.
Sebenarnya istriku ingin menjagaku hingga sepenuhnya diri ini pulih betul, tetapi kumelarang karena cukuplah dijaga oleh khadimat dan ibu mertua yang memang ingin menjagaku, sedangkan aku fikir dia punya tugas untuk ummat yang membutuhkan sarana dan prasarana, apalagi aku hanya tinggal pemulihan saja.
Aku benar-benar terharu, bahagia, sedih, senang, bersyukur, pokoknya semua perasaan jadi satu ketika mengingat sebelum, saat sakit, saat operasi, dan pulang ke rumah untuk pemulihan. Semoga setelah ini aku lebih bisa memaknai perjalanan ini hingga istirahat bersama anak-istriku di Jannah-nya.
 
Tulisan di atas berdasarkan kisah nyata yang kualami, dan kutulis selama masa pemulihan sesuai dengan yang kuingat saat sakit dan operasi. Setelah itu berhenti (dan mungkin lupa kali ya..!!) trus kulihat-lihat ingin kuposting sebagai wujud pembelajaran bagi orang lain sekaligus terimakasihku pada semua yang memberikanku dukungan dan doa satu tahun lalu saat aku sakit.
Nama rumah sakit diatas bukan berarti aku dapat sponsor lho..!!, tapi aku hanya ingin menceritakan sesuai yang kualami.
Aku berterima kasih banyak kepada Allah Azza wa Jalla yang masih memberikanku kesempatan hidup, berkarya, dan berjuang lagi untuk ummat.
Terima kasih kepada Orangtuaku dan mertuaku yang mendoakan dan menjagaku selama sakit, terima kasih pada Istriku tercinta yang meskipun sedang dalam keadaan berat (hamil 8 bulan-ana) tetapi tetap menjaga, mendoakan, memotivasi, menyemangati, dan banyak hal pokoknya.
Terima kasih untuk seluruh keluarga besarku dan keluarga besar istriku yang mendoakanku selalu disaat aku sakit.
Terima kasih kepada rekan-rekan kerjaku PKPU Cabang Surabaya: mbak Lutfi, P.Tio, P.Malik, Ika, Ria, Fitria, mbak Sri, P.Fehri, dan lainnya. Tetap semangat dalam berjuang untuk ummat di lembaga kemanusiaan yaaa…!!
Terima kasih kepada teman-teman PKS, Hizbut tahrir, Salafy, remas Muhammadiyah, Al-Kahfi, NU, dsb. Aku sangat bersyukur sekali meskipun berbeda metodhe da'wah dan wadah organisasi tetapi Allah tetap menjaga Ukhuwah Islamiyah kita, semoga kita nantinya ketemu dalam reuni Surga-Nya.
Terima kasih untuk semua yang tiada sempat aku sebut tetapi juga mempunyai peran dalam mendukung dan mendoakanku hingga sekarang bisa beraktifitas, berkarya, dan berjuang lagi. (seperti kaya’ menerima award gitu ya..?? banyak terima kasihnya. Tapi kan sebagai wujud terima kasihku. Lho..!!! terima kasih lagi, he..he..!!)

Oleh Rahmat Zainudin  

e-mail : rahmatzainudin@gmail.com
Baca selengkapnya »

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog