Search

Content

Tampilkan postingan dengan label Aid For Somalia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aid For Somalia. Tampilkan semua postingan
0 komentar

From Relief to Recovery, Bantuan Darurat Menuju Bantuan Rehabilitasi


PKPU Ikuti Konferensi Humanitarian Forum Internasional Tentang Somalia

Bersyukur, delegasi PKPU yang berangkat dari Indonesia, untuk mengikuti konfrensi Humanitarian Forum Internasional mengenai Somalia tiba di Nairobi, Ibukota Kenya pada Minggu (25/9/2011). Delegasi PKPU tersebut antara lain Ketua Yayasan PKPU Suryama M Sastra dan Direktur Utama PKPU Agung Notowiguno.

PKPU diundang sebagai bagian dari anggota Humanitarian Forum Indonesia di bawah kordinasi Humanitarian Forum International yang berkantor pusat di London, Inggris. Konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Humanitarian Forum Internasional mengenai Somalia, dimaksudkan untuk mencari frame program yang tepat bagi upaya pemberian bantuan kemanusiaan masyarakat Somalia yang ditimpa musibah kelaparan serta konflik berkepanjangan.

Konfrensi tersebut dihadiri oleh puluhan NGO dari beberapa negara yang mewakili beberapa kawasan, antara lain kawasan Afrika, Eropa, Asia,dan Timur Tengah yang memiliki kepedulian pada masalah Somalia secara khusus serta masalah Afrika secara umum. Acara konfrensi ini dilaksanakan dari Senin-Selasa (26-27/9/2011) dan dipimpin langsung oleh DR Hani Al Bana selaku Presiden Humanitarian Forum International.

Bahasan utama konferensi ini adalah bagaimana membuat perencanaan program yang tepat untuk jangka pendek maupun panjang bagi program livelihood, livestock, serta pengelolaan bantuan, dengan berbagai upaya perbandingan atas pola yang telah dilakukan oleh United Nation (PBB), OIC ( OKI) serta para NGO International dan lokal yang telah bekerja untuk Somalia.

Konfrensi ini merupakan lanjutan dari konfrensi pertama yang telah dilakukan sebelumnya di Nairobi, Kenya oleh Humanitarian Forum International mengenai Somalia, karena mendesaknya upaya yang efektif melibatkan seluruh pihak bagi bantuan kemanusiaan untuk Somalia. 

From Relief to Recovery
From Relief to Recovery, menjadi frame utama dalam pembahasan konferensi Internasional yang membahas program kemanusiaan bagi masyarakat Somalia. Konfrensi hari pertama, Senin (26/9/2011) tersebut dihadiri ratusan orang delegasi dari puluhan NGOs, wakil dari pemerintah, United Nation (PBB), delegasi organisasi konfrensi Islam (OKI), Bank Pembangunan Islam (IDB) serta para pakar kemanusiaan.

Pada sesi pertama, konfrensi berisi opening session dari DR Hany Al Banna, selaku Chairman Humanitarian International, Atta Al Manane dari OKI, serta DR Ahmad Mohamed selaku Chairman Red Crescent Somalia.

Beberapa agenda pembahasan lainnya adalah upaya membangun kordinasi efektif antar seluruh pihak yang bekerja untuk somalia, menampilkan pengalaman koordinasi yang telah dilakukan oleh UN OCHA, Organisasi Konfrensi Islam (OKI), serta Red Cross and Red Crescent.

Selanjutnya pembahasan mengenai beberapa isu penting dalam frame program relief to recovery (bantuan darurat menuju bantuan Rehabilitasi) antara lain isu mengenai water and sanitation, livestock and livelihoods, serta food and agriculture, yang dibahas melalui diskusi kelompok.

Dalam kesempatan itu, delegasi PKPU yang diwakili Suryama M Sastra masuk dalam kelompok diskusi mengenai livestock and livelihoods (program ekonomi berkelanjutan), sedangkan Agung Notowiguno masuk dalam kelompok diskusi water and sanitation (penyediaan air dan sanitasinya).

Adapun hasil dari konferensi hari pertama mengenai program bagi Somalia dengan dikeluarkannya beberapa hasil yang dimungkinkan bagi langkah konkrit program recovery dari 3 kluster utama, yaitu penyediaan air bagi masyarakat, penyediaan ekonomi berkelanjutan, serta upaya penyediaan makanan dan pembangunan kembali pertanian di somalia.

Konferensi hari pertama yang dimulai sejak pukul 09.00 baru dapat diselesaikan hingga pukul 18.00 waktu Nairobi. Hal itu karena panjangnya pembahasan masalah-masalah yang diangkat dalam forum tersebut.

Pada kesempatan tersebut, terlihat begitu antusianya para delegasi dalam membahas langkah-langkah bagi Somalia, walaupun sebagian besar mereka bukan berasal dari somalia. Bahkan dengan latar belakang negara dan budaya berbeda, namun mereka tetap menyatu dalam semangat kemanusiaan universal yang tiada mengenal batas apapun.


:: Laporan Agung Notowiguno langsung dari Nairobi, Kenya
:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Penggalangan Dana Untuk Somalia




Purwokerto, Kondisi saudara-saudara muslim Somalia yang memprihatinkan nampak luput dari perhatian media, hal ini juga berpengaruh terhadap bantuan Internasional yang masuk kesana. Setelah tim PKPU pusat datang sendiri ke Somalia, selain mengantarkan bantuan (lihat catatan perjalanannya di Aid Fir Somalia ) yang terpenting adalah informasi yang pasti tentang kondisi disana.

Hal ini akan mempengaruhi kebijakan aksi selanjutnya di pkpu baik di pusat maupun cabang dan kantor cabang pembantunya di berbagai daerah. Di daerah penggalangan dana pun mulai dilakukan, tak terkecuali di Purwokerto. Pada bulan September ini (09/12) tim PKPU Purwokerto termasuk saya mulai berkeliling untuk menyampaikan kondisi Somalia sekaligus melakukan penggalangan dana. Mulai dari acara Festival Nasyid,  acara Tabligh Akbar, Seminar Nasional, dsb. Tekhnisnya saya minta waktu untuk menceritakan kondisi Somalia kemudian pemutaran Film.

Alhamdulillah dapat terkumpul beberapa juta rupiah di bulan ini, dan kami akan terus melakukan penggalangan dana . Berlanjut di Moment Qurban, dimana PKPU akan menyalurkan hewan Qurban dari Indonesia ke Somalia. Semoga hati-hati ini, hati kaum muslimin akan terus bertaut, yang tak akan membiarkan saudaranya dibelahan bumi manapun menderita, support baik bantuan fisik dan doa kaum muslimin Indonesia sungguh membuat saya terharu, walaupun belum pernah bertatapan muka, namun kami merasakan Indahnya ukhuwah/ persaudaraan ini.



Baca selengkapnya »
0 komentar

Tim Kemanusiaan PKPU Selamat Kembali ke Tanah Air




Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (20)

PKPU Berkomitmen Memiliki Program 1 Tahun Untuk Somalia
Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU untuk sementara waktu telah menyelesaikan misi kemanusiaannya membantu rakyat Somalia yang ditimpa bencana kelaparan. Misi kemanusiaan yang dilaksanakan selama dua pekan tersebut telah berjalan dengan baik. Empat orang personil PKPU yang ditugaskan menjalankan amanah ini telah tiba kembali ke Indonesia dengan selamat, Selasa sore (20/9/2011).

Misi kemanusiaan ini merupakan wujud kepedulian terhadap penderitaan panjang yang dialami rakyat Somalia ditimpa bencana kelaparan dan kekeringan berkepanjangan. Bencana ini telah mengakibatkan jutaan rakyat Somalia dipaksa harus mengungsi, meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mendapatkan bantuan makanan dan air. Melalui bantuan yang disalurkan PKPU, setidaknya dapat “mengganjal” rasa lapar mereka untuk sementara waktu. PKPU berkomitmen memiliki program yang akan dijalankan selama 1 tahun untuk Somalia.

Kepulangan Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU yang dipimpin Direktur Pendayagunaan PKPU Tomy Hendrajati ini disambut langsung oleh Direktur Utama PKPU Agung Notowiguno dan jajaran pimpinan lainnya, yaitu Wildhan Dewayana, Sri Adi Bramasetia, Nana Sudiana, Suharyanto dan lainnya di Bandara Soekarno Hatta, Banten. 

Rasa lelah setelah menempuh perjalanan udara selama 12 jam dari Nairobi, Dubai, Jakarta serta kerinduan terhadap keluarga dan tanah air Indonesia terobati dengan sambutan hangat tersebut. Apalagi persoalan selera selama berada di Somalia dan Nairobi tidak dapat diajak berdamai dengan masakan setempat. Bakso adalah makanan pertama begitu tim ini tiba di Jakarta.

Agung Notowiguno menyampaikan rasa syukurnya atas keberhasilan misi tim ini dan semua personil kembali dengan selamat ke Indonesia. Iringan doa dan motivasi selalu diberikan selama tim ini berada dalam misinya mengingat medan dihadapi cukup mendebarkan bagi relawan kemanusiaan karena rawan faktor keamanan. Terutama di Somalia yang tengah dilanda kecamuk perang saudara berlarut-larut.

“Alhamdulillah anggota tim telah kembali ke tanah air. Semoga misi ini memberikan manfaat kepada masyarakat Somalia dan ini bukan misi terakhir untuk Somalia,” kata Agung menyalami anggota tim satu persatu.

Qurban For Somalia
Aksi berikutnya tengah disiapkan oleh PKPU, terutama menyangkut program kurban yang akan segera tiba dalam sebulan ke depan dengan kampanye ajakan bertajuk “QURBAN FOR SOMALIA”. Momen ini akan dijadikan momentum menyentuh kepedulian bersama untuk berkorban bagi rakyat Somalia dengan menyalurkan kurban bagi pengungsi Somalia. Dengan kurban kita semua diajak berbagi dan peduli sekaligus membuktikan tingkat pengorbanan kita dalam memaknai Idul Adha tahun ini.

Tim Kemanusiaan PKPU beranggotakan Tomy Hendrajati, Subur Rojinawi, Sukismo dan Elfiyon dalam misi itu turut meretas komunikasi dengan pihak-pihak terkait di Somalia untuk tindak lanjut program ini nantinya, terutama dalam penyediaan hewan qurban. Kini, saatnya kita membuktikan sejauh mana tingkat pengorbanan kita, salah satunya dengan berkurban untuk rakyat Somalia. (PKPU/Elfiyon/Jabodetabek)
Baca selengkapnya »
0 komentar

KBRI Nairobi Lepas Kepulangan Tim Kemanusiaan Indonesia-PKPU



Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (19)

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Nairobi Kenya melepas kepulangan Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU untuk kembali ke tanah air. Pihak kedutaan berharap ke depan akan ada lagi koordinasi dan kerjasama yang baik dalam membantu masyarakat Somalia sebagai peran nyata Indonesia di kancah internasional.
          
Pejabat Ad Interim Duta Besar Indonesia di Nairobi, T Wishnu Mahendra Kusuma mengaku sangat senang dan bangga, masih ada lembaga-lembaga kemanusiaan Indonesia dapat memainkan peran besar di Somalia. Memberikan bantuan terhadap rakyat Somalia yang berada di pengungsian yang ditimpa bencana kelaparan dan kekeringan berkepanjangan. Pihak kedutaan merasa sangat senang jika nantinya ada lagi misi-misi kemanusiaan berikutnya.
        
Hal senada juga diungkapkan oleh sejumlah diplomat dan staf di KBRI Nairobi seperti Winanto Adi, Taufik Fadilah dan lainnya yang merasa sangat senang dapat ikut membantu memfasilitasi tim kemanusiaan ini selama berada di Nairobi dan Somalia. Karena keberadaan Kedutaan adalah rumah bagi masyarakat Indonesia di luar negeri, kata Wishnu Mahendra, yang dengan ramah menyambut kedatangan tim ini sejak awal.         

Bantuan dari Kedutaan di Nairobi ini memang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan misi kemanusiaan PKPU di Somalia. Support informasi dan fasilitas bagi tim memudahkan tim melaksanakan tugasnya. Sangat terasa hubungan antara personil kemanusiaan ini dengan kedutaan seperti anak dengan bapaknya. Pihak kedutaan sangat selektif dan detail mengetahui perjalanan tim ke lokasi pengungsian. Semua itu dilakukan untuk memastikan keselamatan anggota tim mengingat situasi dan kondisi medan perjalanan yang rawan kekerasan bersenjata.

Tetapi setelah mengetahui bahwa tim memiliki jaringan internasional dan lokal di Somalia,  pihak kedutaan bernafas lega dan bahkan sempat akan ikut datang  ke pengungsian Dadaab guna terlibat dalam aksi kemanusiaan ini. Jaraknya selama 9 jam dari Nairobi melalui jalur darat. Namun karena faktor keamanan  masa aksi kemanusiaan di Dadaab di perpendek dari waktu lima hari direncanakan. 
           
Tim Kemanusiaan PKPU juga mendapatkan sejumlah masukan seperti dari Winanto Adi agar misi kemanusiaan ini sekaligus dapat menjadi data base kondisi di Somalia dalam pelaksanaan aksi dari tim lainya sehingga lebih mudah melaksanakan aksi kemanusiaan. 

Pihak KBRI memuji langkah dilakukan tim kemanusiaan PKPU yang terus menjaga komunikasi baik sebelum kedatangan dan kepulangan sehingga secara tidak langsung memudahkan tugas kedutaan dalam membantu warga negara Indonesia di luar negeri. Sebagai kenang-kenangan, PKPU selain menyerahkan plakat, buku rekam jejak kemanusiaan dan atribut turut menghadiahkan satu rompi anti peluru untuk Kedubes Nairobi.

:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU
:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Antara Dubai, Nairobi dan Somalia



Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (18)

Gemerlapnya Dubai
Seperti membandingkan antara siang dan malam. Itulah perumpamaan sederhana untuk menggambarkan antara Dubai, Nairobi dan Somalia. Saling berdekatan tetapi menanggung nasib tidak sama.

Lima jam transit di Bandara Internasional Jebel Ali, Dubai sudah cukup untuk mencari gambaran betapa megah dan gemerlap Dubai. Gedung pencakar langit tinggi menjulang angkasa. Kesan moder sangat terasa. Dubai yang dulu tanah tandus berubah begitu mempesona. Semua yang dibutuhkan tersedia dan tertata dengan rapi.

Apapun yang diinginkan akan gampang didapatkan. Makanan dan minuman selalu tersedia kapan saja bagi mereka yang lapar serta dahaga. Begitu dipesan tidak lama kemudian makanan sudah ada di meja. Orangnya bersih-bersih dan wangi. Keamanan terjaga selama 24 jam non stop sehingga tak ada perasaan was-was di sana.

Hawa Sejuk Kenya
Bergeser sedikit ke Nairobi Kenya, hawa sejuk masih terasa. Jarang ada ibukota di dunia di Afrika berhawa dingin seperti di Nairobi. Pagi hari suhu bisa 12 derajat celsius. Kota Nairobi yang merupakan ibukota Kenya tengah gencar-gencar membangun. Di banding Jakarta memang masih jauh tertinggal tetapi dalam beberapa puluh tahun ke depan kota ini akan jauh lebih maju.

Cina memegang peranan besar menguasai pembangunan infrastruktur Kenya. Hal ini terlihat dari hampir sebagian besar pembangunan fisik Kenya dikerjakan oleh kontraktor Cina, mulai bandara, gedung-gedung pencakar dan jalan.

Kepedihan di Somalia
Suasana kontradiktif terlihat di Somalia. Negara kaya dengan sumber daya alam ini luluh lantak  dan jauh dari rasa aman. Rumah-rumah dihiasi dengan lobang bekas tembakan senjata. Jutaan rakyatnya hidup di pengungsian karena bencana kelaparan berkepanjangan. Musim kering membuat panen pertanian gagal. 

Rakyat-rakyat di pedesaan berdesakan menuju ibukota membangun tenda pengungsian guna mendapatkan bantuan makanan. Sebagian besar lainnya bertahan di alam terbuka safana Afrika antara perbatasan Kenya dengan Somalia di kawasan Wajir, Mandera, Dadaab dan lainnya.

Di pengungsian Somalia, disini orang menahan perut karena kelaparan, dan memang tidak ada yang dapat di makan. Untuk mendapatkan air harus berjalan puluhan kilometer. Bantuan kemanusiaan merupakan satu-satunya harapan besar ditunggu setiap waktu. Nyaris tidak ada rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan kecuali relawan-relawan kemanusiaan yang memberanikan diri untuk membantu sesama.

Negara-negara Barat, Eropa termasuk Afrika berjanji memberikan bantuannya kemanusiaan mengatasi bencana kelaparan di tanduk afrika ini, khususnya  di Somalia, termasuk lembaga dunia PBB. Tetapi mengapa begitu banyak lembaga turun dan begitu besarnya dana kemanusiaan yang dikumpulan seakan tidak merubah keadaan di Somalia terutama kondisi para pengungsi yang tetap dilanda kelaparan? Apa sebenarnya yang terjadi di balik bencana ini? Mungkin inilah di antara pertanyaan besar harus dijawab untuk membantu Somalia keluar dari krisis. 






:: Laporan Elfiyon Julinit dan Sukismo, Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU dari Nairobi, Kenya
:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Sampaikan Salam dan Terima Kasih Kami Kepada Rakyat Indonesia



Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (17)

Belum Seberapa yang Kami Berikan
Bantuan kemanusiaan dari masyarakat Indonesia melalui Tim Kemanusiaan Aid For Somalia PKPU, ibarat pelepas dahaga bagi pengungsi Somalia. Meski jumlah bantuan itu belum seberapa dibandingkan dengan kebutuhan seluruh pengungsian yang mencapai raturan ribu orang di Daadab, tetapi menunjukan kepedulian terhadap sesama.

Ungkapan terima kasihpun mengalir untuk Indonesia dan PKPU dari para pejuang kemanusiaan lokal yang direpresentasikan oleh Zamzam Foundation. Mereka sangat bersyukur dan berterima kasih sekali dengan kehadiran tim kemanusiaan PKPU membawa bantuan guna membantu pengungsi yang kekurangan makanan. Harapan mereka bahwa kepedulian itu akan terus mengalir karena sebagian besar pengungsi sangat dan sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk mempertahankan hidupnya.

Said Hassan Barre mengungkapkan keharuannya begitu mengetahui bantuan itu dari Indonesia. Begitu banyak bantuan yang datang tetapi tetap belum mencukupi. Semua harus dibagi rata untuk pengungsi sehingga hanya mendapatkan sedikit saja untuk beberapa hari. Dapat dibayangkan, jatah 3 kilogram tepung diperuntukan untuk 15 hari ke depan.

Terimakasih untuk Saudara di Indonesia
Said Hassan Baree berpesan sampaikan salam dan terima kasihnya kepada saudara-saudara mereka di Indonesia yang telah memberikan kepedulian begitu besar terhadap rakyat Somalia yang kini ditimpa bencana kelaparan dan kekeringan panjang. Entah sampai kapan bencana ini akan berakhir. Tetapi yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara mengatasinya dan tidak peduli soal waktu yang dibutuhkan.

Kepada masyarakat tim kemanusiaan Indonesia dan media dia juga meminta agar jangan penderitaan mereka saja yang dibesarkan dan diperlihatkan kepada masyarakat internasional, tetapi juga rasa terima kasih mereka. Sebuah ungkapan penuh makna bahwa mereka sangat menghormati siapapun yang datang dan mensyukuri apa yang mereka terima.

“Lihatlah. Lihatlah dan sampaikan kepada masyarakat Indonesia beginilah kondisi kami di pengungsian. Sampaikan terima kasih kami yang besar atas bantuannya,” katanya dalam arti bahasa Indonesia.

Ungkapan terima kasih lainnya secara langsung disampaikan kepada tim kemanusiaan PKPU juga disampaikan Mohammed Thohir yang ikut mengelola kamp pengungsian di Dahgaley Daadab. Mereka berharap akan dapat bertemu lagi di kesempatan berikutnya.

:: Laporan Elfiyon Julinit dan Sukismo, Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU dari Nairobi, Kenya
:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Buruknya Tingkat Kesehatan Anak dan Ibu di Somalia



Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (16)
Maut Menari di Atas Tanah Pengungsian
Bencana kelaparan hampir sama mengkhawatirkannya dengan ancaman kesehatan yang kini menjadi momok mematikan bagi pengungsi Somalia. Ratusan ribu pengungsi Somalia yang bertahan hidup di kamp pengungsian mulai terserang diare, malaria dan kolera. Ketiga jenis penyakit ini mendominasi kondisi kesehatan pengungsi yang sudah berbulan-bulan bahkan ada yang bertahun-tahun berada dilokasi pengungsian dengan kondisi kumuh.

Rendahnya tingkat kesehatan ini diperparah oleh minimnya sarana sanitasi MCK di pengungsian. Meskipun terlihat ada sejumlah MCK dibangun di sejumlah titik tetapi sangat tidak memadai. MCK itu berdinding seng ukuran besar 1 meter. Tetapi keberadaannya tetap tidak merubah keadaan karena tidak adanya air yang cukup untuk mencuci tangan dan cebok. Dibanding mencuci tangan, air yang ada lebih dipilih untuk persediaan minum yang sangat pelik di dapat.

Mohamed, salah seorang pengungsi di kawasan Daadab Somalia menceritakan, untuk mendapatkan air tidak jarang mereka harus berjalan berpuluh kilometer menuju tempat penampungan air yang disediakan. Umumnya mereka yang mencari air adalah kalangan perempuan, baik berjalan kaki ataupun membawa keledai dengan jerigen digantungkan di hewan  tersebut.  Hal ini dibuktikan sendiri oleh tim selama melintasi safana Afrika itu dengan menemui sejumlah wanita berjalan kaki sangat jauh untuk mendapatkan air untuk keperluan minum.

Persoalan rentannya kesehatan para pengungsi ini tercermin dalam aksi kesehatan yang dilakukan relawan PKPU bersama lembaga lainnya di Kamp Dahgaley Daadab yang hampir rata-rata pengungsi menderita malaria, diare dan kolera. Lebih mengkhawatirkan lagi untuk kalangan anak-anak yang kurang mendapatkan perawatan kesehatan dan asupan gizi cukup. Keseharian mereka bermain di alam bebas dengan tangan dan kaki kotor berdebu.

Dokter Syukri asal Somalia yang terlibat aksi kesehatan bersama tim kemanusiaan PKPU  mengatakan, sedikitnya persediaan obat-obatan dan tenaga medis yang datang ke pengungsian membuat pelayanan hanya dapat dilakukan untuk ratusan orang seharinya. Pelayanan dihentikan saat obat-obatan menipis.

Sangat memiriskan memang jika melihat langsung dengan mata kepala sendiri balita-balita berada dalam gendongan ibunya dengan mata sayu, redup, perut membuncit dan tangan kaki mengecil di luar tingkat pertumbuhan normal anak-anak lainnya. Sang ibu hanya bisa melindungi anaknya dengan apa adanya. Menyembunyikan sang buah hati di balik cadar besar digunakan yang setidaknya mengurangi sengatan matahari langsung sehingga terhindar dari dehidrasi lebih parah. Setiap hari selalu ada balita meninggal dunia. Deretan kuburan berpasir diperlihatkan kepada kami.

Bahkan dalam beberapa kasus ada balita yang berat badanya hanya 2-3 kilogram atau sama dengan berat badan bayi lahir meski sudah berumur 3-4 tahun. Sang ibu terlihat mencoba menyembunyikan kesedihannya di balik raut muka tegarnya menghadapi semua kenyataan ini. Tidak perlu lagi kita tanya apa perasaan mereka, karena semua sudah tergambar dari apa yang terlihat meski tanpa kata-kata.

Persoalan gizi dan kesehatan Balita dan Ibu merupakan salah satu fokus utama yang diemban dalam misi kemanusiaan PKPU ke Somalia. Setidaknya secara bersama dapat menyelamatkan generasi baru Somalia dari lost generation, karena diperkirakan bencana ini akan berkepanjangan. Di tambah dengan dampak konflik perang saudara yang kerap mengganggu jalur logistik dan relawan memberikan bantuan. Tak ada yang dapat menjawab, sampai kapan derita mereka akan berakhir.

:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Nairobi, Kenya
:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Lewati Pemeriksaan 3 Jam, Tim PKPU Selamat Keluar dari Mogadishu




Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (15)

Tiba di Nairobi Kenya
Setelah melewati pintu pemeriksaan selama tiga jam di Bandara Wajir, akhirnya Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU yang datang dari Mogadishu Somalia diizinkan masuk ke Nairobi, Kenya. Tim Kemanusiaan PKPU ini sukses menyalurkan bantuan untuk korban kelaparan di Mogadishu Somalia.

Dua peronil relawan PKPU yang berada di Mogadishu selama dua hari tersebut yaitu Ketua Tim Tomy Hendrajati dan Sukismo, telah keluar dengan selamat dari Mogadishu dan tiba di Nairobi Kenya pada Rabu malam (14/9/2011) pukul 07.40 waktu kenya atau 23.40 waktu Indonesia. Wajir merupakan daerah Kenya yang berbatasan langsung dengan Kenya. 

Jalur keluar dan masuk ke Mogadishu dari Kenya sangat berbeda. Untuk masuk ke Mogadishu dapat dilakukan melalui penerbangan dari Bandara Internasional Kenya dan mendarat di Bandara Mogadishu. Sebaliknya untuk kembali ke Nairobi tidak dapat dilakukan langsung, tetapi harus transit di Bandara Wajir .

Bandara Wajir hanyalah bandara kecil ukurannya seperti Bandara di Manokwari Papua. Bandara  ini sepertinya sengaja dijadikan bumper oleh Pemerintahan Kenya dalam menyaring siapapun orang yang masuk dari Somalia ke Kenya. Saringan cukup ketat juga diberlakukan Kenya di jalur darat dengan membuat hampir 23 check point atau pintu pemeriksaan terhadap kendaraan yang melintasi perbatasan. 

Kendaraan yang nekad melintas melabrak check point, siap siap saja ban kendaraannya robek, karena dipasang ranjau paku sebesar telunjuk orang dewasa yang dipasang membentangi jalan. Tapi anehnya, dari belasan titik pemeriksaan itu, tak satupun petugas keamanan dibekali senjata kecuali hanya pentungan.

"Hukum Rimba" di Bandara Mogadishu
Pengalaman tim kemanusiaan PKPU begitu mendarat di Bandara Mogadishu, Aden Abdulle menyebutkan, baru saja akan mendarat sudah terlihat jelas konsentrasi pengungsian yang tidak jauh dari pinggir lapangan pacu penerbangan. Tenda-tenda pengungsian berdiri dengan bebas. Pesawat rusak dibiarkan begitu saja di pinggir lapangan terbang. Uniknya lagi, kadang ada cerita  Jerapah melintasi lapangan pacu sehingga harus menunggu menjauh dari jalur akan digunakan pesawat terbang.

Kondisi lapangan terbang Mogadishu sangat semraut, tidak terawat. Jangan bayangkan anda akan melihat bandara internasional sekelas Soekarno Hatta, Polonia Medan ataupun BIM Minangkabau yang modern. Bandaranya Internasionalnya mungkin masih kalah di banding bandara kecil yang ada di Indonesia. 

Begitu naik pesawat,  berlakulah “hukum rimba”. Siapa yang duduk lebih awal maka dialah yang berhak duduk disitu. Siapa yang cepet akan dapat. Pramugari pesawat harus ekstra sabar, karena penumpang banyak yang bandel. Meski akan take off masih sibuk menelpon dan mondar mandir di dalam pesawat. Kedatangan tim kemanusiaan PKPU dari Mogadishu ini disambut gembira pihak KBRI di Nairobi yang ikut mengkhawatirkan kondisi keselamatan tim selama di Mogadishu.

:: Laporan Elfiyon Julinit dan Sukismo, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Nairobi Kenya.
Baca selengkapnya »
0 komentar

Don’t Take Picture Soldiers and Woman!




Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (14)

Don’t take picture! Teriak Jefferson mengingatkan saya. Jefferson, pria asli Uganda tinggal di Kenya, sopir yang  membawa kami dua hari bolak balik dari Garissa ke Daadab lokasi pengungsian Somalia di perbatasan dengan Kenya yang melintasi Safana yang luas. Buru-buru saya urungkan niat mengambil beberapa petik gambar pengungsi kebetulan melintasi kendaraan sesaat tiba di Daadab.

Benar saja. Beberapa saat setelah kami tiba di Daadab, puluhan anak-anak pengungsian berlarian dengan kaki telanjang mendekati kendaraan kami. Ada beberapa pria dewasa bersarung dan sorban haji biasa dikenakan orang Indonesia. Beberapa wanita turut mendekat. Kembali saya beranikan diri mengeluarkan kamera dan reaksi mereka segera menghindar menjauh dari objek kamera.

Mengambil gambar atau foto, terutama wanita dan tentara merupakan pantangan tersendiri di pengungsian Somalia. Sebenarnya mengambil gambar selain itu juga akan dilarang dan pengungsi Somalia agak alergi dengan kamera. Mungkin mereka tidak ingin dijadikan objek menambah penderitaan mereka di masyarakat internasional sehingga memilih menolak untuk di foto.

Kabar menakutkan juga beredar jika tentara sipil bersenjata Al Shabab sangat melarang siapapun mengambil foto, termasuk memajang foto karena dianggap haram. Siapa yang berani menentang kebijakan itu akan ditembak mati.

Kejadian ini pula berkemungkinan besar menjadi sebab dua orang warga negara Malaysia, salah satunya jurnalis yang ditembak mati di Mogadishu beberapa pekan lalu karena mengambil gambar tentara milisi Somalia. Informasi itu diceritakan oleh mitra kerja PKPU dari IHH Turki saat hendak keluar dari Mogadishu.

Meskipun warga Malaysia itu  sudah mendapatkan pengawalan dari tentara bersenjata sebanyak 5 orang, tetapi jumlah milisi bersenjata lainnya jauh lebih banyak dan mereka tidak mampu berbuat apa-apa saat penembakan itu terjadi.

Berbagai cara harus dilakukan untuk mendapatkan gambar yang bagus untuk dokumentasi kegiatan, termasuk yang menceritakan suasana tengah terjadi di Somalia tersebut. Angin segar datang saat kami dari Tim Kemanusiaan PKPU bekerjasama dengan Zamzam Foundation di Daadab di bawah komando Said Barre Hasan. 

Dia mengerti benar keinginan kami untuk dokumentasi dan saat melintasi kamp pengungsian menghentikan kendaraannya untuk mengambil foto sepuasnya.  “Ambilah foto sebanyaknya agar  rakyat di Indonesia tahu keadaan kami di sini,” katanya dalam arti Indonesia. Tetapi jangan mengambil gambar yang ada orangnya, terutama wanita, pintanya.

Benar saja, seorang anak melempari mobil kami dengan botol minuman saat mengeluarkan kamera. Sejak kedatangan ke Somalia melalui Bandara Kenya, petugas imigrasi dan keamanan setempat sudah mengingatkan untuk tidak sembarangan memfoto, bahkan di bandara sekalipun.

Pantangan lainnya yang perlu diwaspadai bagi relawan dan siapapun yang datang ke Mogadishu dan lokasi pengungsian Somalia di bawah kendali pengawasan milisi bersenjata adalah menjauhi semua bentuk atribut berbau barat Amerika dan United Nations (PBB). Sebab simbol-simbol ini dianggap musuh. Termasuk juga atribut militer.












:: Laporan Elfiyon Julinit dan Sukismo, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid for Somalia PKPU dari Nairobi.
:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Distribusi Bantuan Di bawah Ancaman Peluru




Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (13)

Tim Kemanusiaan PKPU di Kawal 5 Tentara Bersenjata Siap Tembak
Sangat tidak mudah untuk mendistribusikan bantuan di Mogadishu. Kondisi keamanan yang tidak pasti membuat tim kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU harus ektra hati-hati dan menggandeng mitra kerja yang tepat. Sewaktu-waktu bisa saja terjadi serangan atau adanya peluru nyasar yang ditembakan oleh pihak-pihak bertikai di ibukota Somalia ini.

Untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan bagi korban kelaparan di Somalia, Tim Kemanusiaan PKPU menggandeng Zamzam Foundation, organisasi kemanusiaan lokal yang cukup profesional dalam penanganan bencana di Somalia maupun Kenya. Selain itu turut disyaratkan adanya pengamanan dari tentara bersenjata selama tim berada di Mogadishu. Ada lima tentara dengan senjata siap tembak selalu mengiringi tim kemanusiaan melakukan aksi-aksi kemanusiaan dari satu kamp ke kamp pengungsian lainnya.

Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU, Tomy Hendrajati mengungkapkan, kelaparan di Mogadishu tidak jauh lebih parahnya dibanding kelaparan di lokasi pengungsian lainnya di perbatasan Kenya-Somalia. Meskipun mereka mengungsi ke Ibukota, pusat pemerintahan, tetapi tetap saja persediaan makanan tidak mencukupi untuk mereka bertahan dalam beberapa bulan ke depan.

Informasi didapat PKPU, sebenarnya bantuan banyak masuk ke Mogadishu, akan tetapi bantuan tersebut susah untuk didistribusikan karena adanya konflik kepentingan antara faksi-faksi bertikai. Bantuan itu akan kian sulit diberikan kepada pengungsi karena berasal dari negara-negara Barat lengkap dengan atributnya yang sangat tidak diinginkan keberadaannya oleh sipil bersenjata yang menguasai sebagian besar kota Mogadishu.

Tim Kemanusiaan PKPU Menyiapkan Bantuan untuk 420 jiwa Penerima Manfaat
Di Mogadishu, Tim Kemanusiaan PKPU membagikan bantuan makanan berupa beras, kurma, minyak goreng dan tepung untuk 420 jiwa penerima manfaat. Setiap penerima mendapatkan satu karung beras yang merupakan makanan mahal di Somalia karena umumnya makanan utama rakyat di sini adalah tepung. Bantuan awal ini cukup untuk persediaan selama tiga bulan ke depan.

“Banyaknya lembaga kemanusiaan yang masuk ke Mogadishu ternyata belum menjamin bantuan kemanusiaan sampai ke pengungsi, butuh jaringan yang kuat dan strategi yang tepat sehingga bisa masuk ke kamp pengungsian,” ungkap Tomy Hendrajati dari Mogadishu.

Di kamp pengungsian kedatangan tim kemanusiaan PKPU disambut dengan keluhan ibu-ibu pengungsian yang berebut saling menceritakan kondisi kesehatan anak-anak mereka yang sakit. Mereka membutuhkan makanan dan obat-obatan yang cukup. Hal ini sangat terkait dengan kondisi pengungsian yang kumuh, padat dan rentan penyakit. Di tambah parah dengan minimnya sarana sanitasi air bersih, MCK.

Kondisi Mogadishu tidak ubahnya “penjara kota” di mana mereka yang ada di dalamnya hanya bebas bergerak dalam radius 5 Km di dalam kota. Meski begitu, tidak ada kata aman meski di ibukota, pertikaian antar faksi kerap terjadi tiba-tiba dan berakhir dengan perang senjata.




:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Nairobi
:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Menuju Mogadishu, Tim Kemanusiaan PKPU Kunjungi Tiga Lokasi Pengungsian




Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (12)

Tim Kemanusiaan PKPU Terbang Menembus Mogadishu

Sekembali dari kamp pengungsian di Dadaab, Senin malam (12/9/2011) Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU langsung melanjutkan aksi kemanusiaan ke Mogadishu, Somalia. Perjalanan darat selama 8 jam cukup menguras tenaga dari Dadaab, Garissa dan Nairobi, Ibukota Kenya tidak menjadikan perjalanan misi kemanusiaan berhenti.
           
Sebelum azan subuh, Selasa (13/9/2011) sekitar pukul 04.30 waktu Kenya atau sekitar pukul 09.00 waktu Indonesia, tim kemanusiaan PKPU yaitu Tomy Hendrajati dan Sukismo bersama satu orang lainnya sudah bergerak ke Bandara Internasional Kenya dengan menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari kedutaan besar Indonesia di Upperhill Kenya tempat tim menumpang bermalam. Udara dingin saat pagi di Kenya terasa menusuk ke tulang. Dapat dibayangkan betapa dinginnya, sampai pukul 11.00 siang pun masih terasa dingin.
           
Kedua personil tim kemanusiaan PKPU ini terbang menggunakan pesawat African Airlines dan menempuh perjalanan sekitar 30 menit untuk sampai ke Ibukota Somalia, Mogadishu. Untuk sampai ke sana, tim kemanusiaan sejak awal sudah berkali-kali diingatkan dan diberikan masukan pertimbangan mengurungkan kepergian ke Mogadishu. Sebab kondisi di Ibukota Somalia tersebut yang selama ini dikuasai oleh pejuang bersenjata Al Shabab.

Radius tingkat keamanan juga dikabarkan antara satu sampai lima kilometer dari bandara setempat. Beberapa kejadian sebelumnya, dua orang jurnalis televisi swasta asal Indonesia sempat nekad menuju Mogadishu, tetapi sebelum sempat telapak kaki menginjak landasan bandara, tentara-tentara berseragam dan bersenjata memaksa mereka untuk kembali ke pesawat dan kembali ke tempat mereka semula.
          
Kondisi kota Mogadishu dari informasi diperoleh tim kemanusiaan PKPU memang serba tidak menentu dan pasti. Tidak ada informasi yang akurat mengenai apa dan bagaiamana kondisi sebenarnya di kota terbesar Somalia. Isu terus berubah-ubah dan kondisi keamanan susah ditebak. Apalagi sekarang Mogadishu sudah menjadi daerah pengungsian rakyat Somalia dari berbagai penjuru daerah guna mendapatkan bantuan akibat bencana kelaparan dan kekeringan.
          
Untuk menembus Mogadishu, Tim Kemanusiaan PKPU telah melakukan sharing informasi dan meminta bantuan untuk dibantu masuk ke ibukota seperti dari IHH Turki, Islamic Relief Kenya dan Somalia. Selama di Mogadishu, tim kemanusiaan PKPU akan dikawal oleh Zamzam Foundation yang memiliki areal kerja hingga ke Somalia.
          
Tim di bagi 2, Rompi anti Peluru tidak boleh dibawa
Atas dasar pertimbangan keamanan ini pula, semula 4 personil tim kemanusiaan PKPU akan diberangkatkan ke Mogadishu akhirnya dipecah menjadi dua kelompok. Dua personal lainnya yaitu Elfiyon Julinit dan Subur Rojinawi diminta tetap bertahan di Nairobi. Tim yang berangkat berusaha untuk datang dengan tidak menarik perhatian dari pihak manapun seperti dengan menanggalkan semua pakaian yang dapat menjurus pada satu kelompok, termasuk sepatu padang pasir diganti dengan sandal dan berpakaian batik, ciri khas Indonesia.

Termasuk tidak membawa rompi  anti peluru yang dibawa dari Indonesia. Sebab atribut-atribut tertentu terutama berbau Amerika dan United Nations seperti pernah disampaikan oleh Mr Hasan, Direktur Zamzam Foundation di Kenya adalah hal sangat sensitif dan menjadi sasaran penyerangan oleh kelompok bersenjata Al Shabab yang mengusai sebagian pusat ibukota.


Delapan jam lebih setelah keberangkatan ke Mogadishu, sampai sekarang pukul 20.01 waktu Kenya, tim di Nairobi belum berhasil melakukan kontak dengan tim ke Mogadishu baik dengan telepon lokal Safaricom maupun telepon satelit. Mohon doanya untuk keselamatan tim. (Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia, PKPU dari Nairobi)

Perjalanan yang cukup singkat dari Nairobi, Kenya menggunakan pesawat African Airlines selama 1 jam mengantarkan Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU tiba di bandara Internasional Aden Abdulle Mogadishu, Selasa pagi (13/9/2011).

 Tiba di Mogadishu, Pasport sempat di Tolak
Waktu masih menunjukkan pukul 09.10 waktu setempat, namun cuaca terasa panas. Pasport tim kemanusiaan PKPU sempat ditolak oleh imigrasi setempat karena tidak menuliskan alamat yang dituju di Mogadishu.

Untuk beberapa menit, Tim kemanusiaan PKPU yang terdiri Tomy Hendrajati dan Sukismo tidak bisa berbuat apa-apa karena kontak person dari NGO local Zamzam Foundation tidak dapat dihubungi. Dalam kondisi demikian, Tim kemanusiaan PKPU akhirnya memohon bantuan pihak berwajib di bandara. Syekh Abdul namanya, ditemui tim kemanusiaan PKPU memberikan bantuan alat komunikasinya untuk mengontak pihak Zamzam Foundation.

Bertemu Brother Arafat
Tak lama kemudian setelah berhasil dihubungi, brother Arafat tiba di lokasi hingga akhirnya tim kemanusiaan PKPU dapat melewati jalur imigrasi VIP. Diruang tunggu, tim sempat berbincang-bincang dengan brotfer Arafat mengenai situasii dan kondisi.

Selanjutnya brother Arafat mengantarkan tim kemanusiaan PKPU untuk naik ke mobil menuju kantor Pusat Zamzam Foudation di kota Mogadishu yang tidak jauh dari bandara Aden Abdulle. Setiba di kantor Zamzam Foundation, tim kemanusiaan PKPU bertemu dengan Brother Suaib yang pernah ke Indonesia dan bertemu dengan Ketua Yayasan PKPU Suryama M Sastra. 

Setelah Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU tiba di bandara Internasional Aden Abdulle Mogadishu, Selasa pagi (13/9/2011) dilanjutkan menuju kantor pusat Zamzam Foudation di kota Mogadishu.

Beberapa menit kemudian tim kemanusiaan PKPU tiba di kantor pusat Zamzam Foundation dan diterima Brother Shuaib Abdullatif Sheikh, Direktor General. Selanjutnya tim kemanusiaan PKPU diperkenalkan kepada Direktur Program Zamzam Foundation, Brother Omar

Tim Kemanusiaan PKPU Kunjungi 3 Titik Lokasi Pengungsian
Koordinasi dan komunikasi mengenai kegiatan aksi yang akan dilakukan untuk hari ini dan besok dilakukan tim kemanusiaan PKPU bersama Zamzam Foundation. Langkah pertama yang dilakukan, tim kemanusiaan PKPU bersama NGO dari Turki di ajak berkeliling melihat aktifitas serta program yang dilakukan oleh Zamzam Foundation.

Lokasi pertama yang di tinjau yaitu pembuatan pompa air dan pemukiman pengungsi di dekat pasar dengan pengawalan ketat dari tentara pemerintah berjumlah 5 orang. Para penggiat Kemanusiaan dari Indonesia dan Turki berkumpul, bertukar pikiran serta mendiskusikan program pengentasan kelaparan dan penyakit yang melanda pemukiman pengungsi di Somalia
Setelah mengunjungi lokasi pembuatan pompa air dan pemukiman pengungsi di Hamar Adebi, tim kemanusiaan PKPU diajak menuju lokasi kedua yaitu kamp pengungsi yang terletak dibawah kantor kepresidenan Somalia yang dibatasi oleh tembok setinggi 10 meter.

Di lokasi kedua ini, tim kemanusiaan PKPU diperlihatkan pembuatan WC umum yang dibangun Zamzam Foundation. Tim kemanusiaan PKPU berkesempatan untuk berdiskusi dan berkomunikasi dengan masyarakat yang tinggal di pengungsian, dilanjutkan dengan tanya jawab, serta menampung aspirasi pengungsi.

Tempat ketiga yang dikunjungi tim kemanusiaan PKPU adalah Hamar Jajab Feeding Center, yaitu dapur umum Zamzam Foundation. Sat berkunjung, di lokasi tersebut sedang diadakan pendistribusian makan siang kepada para pengungsi.

Bersama Zamzam Foundation, tim kemanusiaan PKPU ikut membantu mendistribusikan jatah makan siang tersebut kepada para pengungsi. Kondisi pengungsi yang serba kekurangan membuat Tomy Hendrajati, ketua tim kemanusiaan PKPU ikut terharu saat mendistribusikan bantuan makan tersebut.

Selanjutnya, tim kemanusiaan PKPU diajak berkeliling, ditemani brother Yusuf dari Zamzam Foundation yang terlihat masih muda, namun fasih dalam berbahasa Inggris. Pendistribusian makanan sudah dilakukan, selanjutnya tim kemanusiaan PKPU bersama Zamzam Foundation mengunjungi para pengungsi di rumah mereka masing-masing.

Pemandangan Menyedihkan
Saat berkunjung ke rumah para pengungsi, tim kemanusiaan PKPU juga diperlihatkan Zamzam Foundation seorang anak yang menderita gizi buruk, terserang penyakit malaria, DBD, TBC dan penyakit kulit. “Trenyuh rasanya hati ini melihat penderitaan mereka akibat perang saudara berkepanjangan dan tak kunjung datangnya perdamaian,” kata Tomy Hendrajati.

Seorang anak bernama Hasan dengan keadaan gizi buruk, baru beberapa hari lalu kakaknya meninggal dunia karena terserang malaria. Tim kemanusiaan PKPU pun bergegas mengambil gambar mereka dengan tujuan agar masyarakat terbuka mata hatinya bahwa ada negeri belahan tanduk Afrika yang kelaparan.
Ini Mogadishu Bung! Begitulah kata-kata yang pantas untuk mengingatkan siapapun yang ingin menerobos Mogadishu, Ibukota Somalia. Tanpa jaminan keamanan seperti  pengawalan tentara bersenjata dan pendamping yang paham kondisi setempat jangan mencoba nekad untuk tetap masuk ke Mogadishu. 

Meskipun anda sudah sampai ke bandara Mogadishu tetapi tidak memiliki dua modal ini, jangan berharap dapat turun dari pesawat menginjakan kaki karena akan diperintahkan kembali ke negara berangkat semula.

Bukan hanya masuk saja yang ketat tetapi untuk keluarpun harus melalui pemeriksaan ketat. Karena setiap orang yang keluar dari Mogadishu, menurut informasi Ahmad Bashori, staf lokal Kedubes RI di Kenya yang pernah menjemput tamu dari Mogadishu, bisa berada di bandara 3 jam untuk diperiksa. Satu persatu bawaan dan yang melekat dibadan akan dipreteli.

Rentetan senjata, lobang bekas peluru dan mortir merupakan pemandangan lumrah di Ibukota Somalia yang tengah bergejolak dilanda perang saudara. Di tambah dengan perang kelaparan dengan hadirnya jutaan pengungsi Somalia yang menderita kelaparan akibat bencana kelaparan dan kekeringan melanda negara ini sejak beberapa tahun terakhir.

Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU yang mencoba menerobos masuk ke Mogadishu, pada Selasa (13/9/2011) lalu hampir mengalami nasib sama. Ditahan di bandara Internasional Aden Abdulle. Meski sudah menyebutkan nama penjamin keamanan selama di Mogadishu, pihak keamanan tetap tidak mengizinkan keluar Bandara sampai wujud fisik orang menjamin itu muncul dari Zamzam Foundation, Lembaga Kemanusiaan lokal yang menjadi partner PKPU di Somalia. (www.pkpu.or.id)




Baca selengkapnya »
0 komentar

Pengungsi Bertahan Hidup dengan Jatah Tepung 6 kg Sebulan



Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (11)

1.200 Orang Pengungsi Baru Berdatangan ke Dadaab
Untuk bertahan hidup, ribuan pengungsi Somalia di Dadaab, di perbatasan Kenya-Somalia sangat mengandalkan bantuan yang datang. Jatah bahan makanan yang mereka terima hanya 3 kilogram tepung untuk persediaan 15 hari ke depan. Jumlah ini sangat jauh dari cukup. Itupun harus dimakan bersama anak-anak dan anggota keluarga lainnya yang butuh makanan setiap harinya.
           
Sementara itu setiap harinya sekitar 1.200 orang pengungsi baru terus berdatangan ke Dadaab. Tujuan mereka adalah sama untuk mendapatkan jatah makanan dari lembaga-lembaga kemanusiaan yang berkonsentrasi mengurusi pengungsian, termasuk di antaranya Zamzam Foundation, IHH Turki yang menjadi mitra kerja PKPU di Somalia.
           
Kedatangan bantuan bahan makanan dari Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU melalui aksi kemanusiaan Aid For Somalia sedikit memberikan darah segar kepada ratusan pengungsi di kamp Dagahley. Setidaknya mereka memiliki persediaan makanan untuk beberapa pekan ke depan. 

Porsi Bantuan PKPU lebih Banyak dari yang diberikan PBB
PKPU mendistribusikan bantuan 550 paket bahan makanan berupa tepung, beras, gula, minyak goreng dan susu bubuk. Jumlah per paketnya lebih banyak dari porsi bantuan yang diberikan UN. Bantuan diserahkan dengan berkoordinasi dengan Zamzam Foundation yang sudah sangat paham cara mengelola pengungsian di kawasan Dadaab tersebut.
           
Saat bantuan datang yang diangkut dengan menggunakan tiga truk, para pengungsi langsung berkumpul mengelilingi posko distribusi yang dikelilingi pagar kawat. Dua orang tentara bersenjata juga tampak berjaga-jaga untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Sebab kondisi terburuk dapat terjadi ditengah kepanikan emosional pengungsi yang sama-sama butuh bantuan makanan. Perang mulut dari pengungsi terdengar beberapa kali dan dengan cepat ditenangkan oleh Said Barre Hasan.
           
Saat pembagian bantuan dilakukan dengan sistem bergantian diawali perempuan dan kemudian laki-laki, badai safana tiba-tiba sempat terjadi sehingga menerbangkan debu tebal membuat relawan berlarian berlindung di balik pohon ataupun pondok. Untung hal ini hanya berlangsung beberapa detik.
           
Said Barre Hasan mengungkapkan rasa terima kasihnya dan menitipkan salam untuk rakyat Indonesia yang telah membantu. Pihaknya meminta jangan hanya penderitaan rakyat Somalia yang diekspos dan dipublikasikan, tetapi sampaikan juga rasa terima kasih kami kepada masyarakat Indonesia.
           
Distribusi bantuan tersebut berlangsung aman dan lancar dan kemudian tim kemanusiaan PKPU kembali bertolak ke Nairobi untuk meneruskan misi kemanusiaan ke Mogadishu guna menemui pengungsian di sana.






:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia dari Daadab, Kenya-Somalia. 
Baca selengkapnya »
0 komentar

Aksi Kemanusiaan PKPU di Kamp Pengungsi Daadab




Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (10)

Perjalanan Melintasi Daerah Rawan Bandit dan Binatang Buas
Setelah terguncang-guncang dalam perjalanan melintasi Safana kering dan tandus selama 3 jam, akhirnya Tim Kemanusiaan PKPU beranggotakan 4 personil tiba di kamp pengungsian terbesar rakyat Somalia yang letaknya di perbatasan Somalia dengan Kenya.

Untuk mencapai lokasi pengungsian di kawasan Daadab ini bukanlah perkara mudah, karena selain medan yang cukup berat, termasuk jalur tidak aman yang menjadi habitat beragam  binatang buas. Tidak jarang para bandit turut menggunakan jalur ini untuk merampok kendaraan yang melintas. Sebagaimana yang terjadi Minggu tersebut, terjadi penembakan terhadap bus penumpang.

Keterangan dari Said Barre Hasan, orang nomor dua di Zamzam Foundation yang setiap hari mengurusi pengungsian di daerah ini mengungkapkan bahwa Daadab merupakan salah satu kawasan pengungsian terbesar warga Somalia. Terdapat sejumlah kamp pengungsian padat.

Kamp Pengungsian Dagahley
Adapun kamp pengungsian pertama yang di datangi Tim Kemanusiaan PKPU adalah kamp pengungsian Dagahley. Sekitar 120 ribuan orang tinggal di lokasi pengungsian ini dengan kondisi memprihatinkan. Pada jarak 20 kilometer di dekatnya terdapat kamp pengungsian IFO dan Hagadera juga terdapat sekitar 130 ribuan warga Somalia yang mencoba tetap bertahap hidup di tengah bencana kekeringan dan kelaparan melanda.

Pemandangan memprihatinkan, menyedihkan dan akan membuat kita menitikan air mata jika melihat langsung lokasi pengungsian ini. Betapa tidak, ribuan manusia hidup dari hari ke hari dan bahkan bertahun-tahun di tempat ini. Tidak ada rumah permanen, semi permanen ataupun sekelas rumah sederhana di Indonesia.

Mereka hidup di bawah tenda-tenda pengungsian ukuran dua kali dua meter yang sebagian besar mereka buat sendiri. Bentuknya hampir mirip dengan rumah para eskimo di kutub utara atau rumah tinggal manusia zaman purba berbentuk setengah lingkaran.

Dindingnya terbuat dari kumpulan ranting-ranting tanaman mengering disusun rapat. Bagian atas ditutup dengan terpal, kain  atau  apa saja lembaran yang dapat mereka gunakan seperti potongan plat kotak makanan, kerta kardus untuk menahan masuknya udara malam ke tenda. Dinding ranting ini kadangkala diolesi anah liat basah dengan menggunakan kotoran sapi sebagai pengganti semen. Tetapi juga cukup banyak pengungsian yang hidup di alam terbuka.

Said Barre Hasan, pria ramah asal Somalia yang menyambut kedatangan Tim Kemanusiaan PKPU setiba di lokasi pengungsian ini. Tim di ajak berkeliling melihat kondiri riil kondisi pengungsi. Di lokasi pengungsian mayoritas Muslim ini, Zamzam Foundation, NGO lokal banyak memainkan peran penting membantu mengurus pengungsi di Daadab. 

Sarung Buatan Indonesia
Saat tim kemanusiaan PKPU datang, anak anak dan remaja meneriaki kami “Arab, Arab, Arab”. Setelah disebutkan bahwa tim datang dari Indonesia mereka menjadi tahu. Apalagi setelah disebutkan bahwa sarung yang sedang mereka kenakan adalah buatan Indonesia.

Dilokasi pengungsian ini Tim Kemanusiaan PKPU melakukan aksi kesehatan bersama dengan lembaga lainnya. Melayani pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat-obatan. Kebanyakan pengungsi mengalami malaria dan anak-anak kekurangan gizi, nutrisi di samping kekurangan makanan.







:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia dari Daadab, Kenya-Somalia.  
:: www.pkpu.or.id           
Baca selengkapnya »
0 komentar

Keceriaan Ditengah Debu Safana


 
Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (9)

Trauma Healing PKPU untuk Anak-anak Somalia

Di tengah penderitaan panjang seakan tanpa ujung, anak-anak di kamp pengungsian Somalia melupakan sejenak beban berat dengan tersenyum dan tertawa gembira bersama Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid for Somalia PKPU.

Sejumlah bentuk permainan yang diberikan oleh tim kemanusiaan PKPU dengan melibatkan langsung  anak-anak  mampu membuat anak-anak  harapan Benua Hitam itu senang dan tertawa lepas.  Belum ada lembaga bantuan sebelumnya yang mengajak mereka bermain seperti itu.

Di tengah terik matahari Afrika, meski dengan muka, tangan, kaki bahkan hampir sekujur badan penuh debu Safana, ternyata tidak mengurangi keceriaan anak-anak bermain dan melepaskan sejenak beban penderitaan selama di pengungsian yang tidak seharusnya ditanggung anak seusia mereka sebagaimana anak lainya di negara lain dapat mencicipi kebahagiaan. Tetapi tatapan harapan masa depan masih terpancar di bola mata mereka.

Bermain dengan anak pengungsi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangkaian aksi kemanusiaan PKPU di lokasi pengungsian Dagahley, Daadab, terletak di perbatasan Kenya- Somalia. Di lokasi pengungsian ini terdapat 120 ribuan orang pengungsi dari warga Somalia dan di antaranya ribuan anak-anak.

Melalui permainan sederhana, seperti bermain mencari kelompok dan permainan melompat berkelompok dengan yel-yel yang memotivasi semangat dengan dipandu koordinator Rescue PKPU, Subur Rojinawi, anak-anak terlihat antusias. Mereka sangat cepat memahami instruksi yang diberikan meski pada awalnya membutuhkan pemahaman karena keterbatasan pemahaman bahasa.

Permen dari Indonesia untuk Anak-anak Somalia
Ketua Tim Kemanusiaan PKPU, Tomy Hendrajati dan anggota tim lainnya turut ambil peran dengan memberikan hadiah kecil berupa permen yang sengaja dibawa dari Indonesia. Betapa senangnya hati mereka karena ini adalah permen manis pertama yang mereka rasakan selama di pengungsian.

Meski demikian, dibalik suasana gembira ini, setiap hari selalu ada berita kematian dari kalangan balita dan anak-anak dari lokasi pengungsian Somalia ini. Menurut Said Barre Hasan, dari Zamzam Foundation yang mengelola kamp ini, satu anak meninggal dunia setiap harinya di lokasi ini saja. Sementara ribuan anak mengalami kekurangan gizi dan makanan sehingga mempengaruhi pertumbuhan badan dan ketahanannya.





: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Kamp Pengungsi Dadaab, Kenya-Somalia 
: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
1 komentar

Road to Dadaab Somalia




Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (8)

Bergerak dari Upperhill Menggunakan Toyota Prado
Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU bergerak menuju kamp pengungsian Dadaab yang merupakan kawasan pengungsi Somalia di perbatasan kenya pada pukul 14.00 waktu Kenya atau pukul 18.00 waktu di Indonesia.

Tim Aid For Somalia berangkat dari kedutaan besar Indonesia di kawasan Upperhill menggunakan kendaraan Toyota Prado. Selain dari PKPU turut serta satu iringan dari Dompet Dhuafa serta 2 orang jurnalis dari TVOne. Perjalanan menuju Dadaab tempat mengungsinya sekitar 600 ribuan warga Somalia itu ditempuh dengan perjalanan darat selama 7 jam.

Azan Isya Sambut Kedatangan Tim Kemanusiaan PKPU di Gharissa

Kumandang azan Isya menyambut kedatangan kami dari Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid for Somalia PKPU di Kota Gharissa, Kenya, setelah menempuh perjalanan darat cukup panjang dan melelahkan selama 6 jam tanpa henti dari Nairobi, Ibukota Kenya.

Tim Kemanusiaan PKPU beranggotakan 4 personil yang telah berada di Kenya sejak Kamis (8/9/2011) lalu bertolak dari Kantor Besar Indonesia di Kenya di Nairobi Sabtu (10/9/2011) sekitar pukul 13.15 WIB dan sampai di Gharissa sekitar pukul 20.05 waktu Kenya atau pukul 00.05 waktu Indonesia.

Jefferson, sopir warga negara Kenya yang membawa kami sepertinya tidak ingin berlama-lama di jalan. Karena suasana malam hari susah ditebak kondisinya. Kakinya terus menginjak gas mobil tidak jauh dari kecepatan 110 -120 KM per jam.

Perjalanan menembus Daadab, lokasi pengungsian Somalia terletak di perbatasan Kenya ini sangat menantang. Selepas meninggalkan ibukota Kenya dengan dilepas dengan doa bersama Bapak Wisnu, Mahendra, Kuasa Usaha Ad Interim atau Pejabat Duta Besar di Kenya, jalanan yang dilalui hanyalah hamparan tanah luas, kering gersang dengan rumput semak menguning kering. Udara panas menyengat di atas kepala dengan tiupan udara kering. Udara kering ini membuat mimisan, darah mengucur dari hidung dua dari 8 anggota rombongan.

Nyaris jalanan ratusan kilometer dengan kondisi jalan bergelombang dan berlobang itu sepi dari penduduk. Sesekali ditemui kelompok pemukiman penduduk dalam bentuk rumah sangat tradisional dengan dinding kayu dicampur olesan tanah liat yang tingginya sekitar berdiri orang dewasa.

Tidak jarang Jefferson melambatkan laju kendaraan karena tiba-tiba ada rombongan sapi dan kambing melintasi hamparan kawasan nyaris tanpa tuan itu. Keledai dan onta sudah menjadi pemandangan lazim kerap ditemukan di pinggiran jalan termasuk hewan buas lainnya seperti Singa. Untung kami tidak menemuinya.

Ada ¬belasan check point atau titik pemeriksaan dipasang Polisi Kenya harus dilewati. Di tiap Check point tersebut kendaraan tidak bisa lewat tanpa izin dari polisi karena di tengah jalan dihamparkan jebakan paku besi yang dapat merobek ban kendaraan. Pihak kedubes sendiri telah mengantisipasi dengan memberikan surat izin resmi agar kami diizinkan melintas ke Daadab.

Bersyukur, kendaraan dipersilahkan lewat tanpa adanya pemeriksaan surat dan pasport. Menurut informasi, pemeriksaan itu dilakukan kepolisian Kenya untuk mengantipasi masuknya kelompok bersenjata di Somalia ke Kenya.

Dalam perjalanan ke Garissa ini, turut serta NGO Lokal, Zamzam Foundation Bapak Malik yang akan membantu memfasilitasi kegiatan di Daadab nanti. Perjalanan akan diteruskan Minggu pagi ke Daadab mengingat sudah malam dan rawan keamanan. Bapak Wisnu sendiri dari Kedubes memberikan perhatian sangat baik dan sempat mengecek proses perjalanan untuk memastikan tim dari Indonesia sampai dengan selamat di Garissa.


:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Perbatasan Kenya-Somalia

:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Titik Pengungsian Terus Bertambah di Somalia dan Kenya



Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (7)

Bertemu Islamic Relief Kenya dan Somalia  
Somalia, negara yang “buta”. Buta informasi dan apa sebenarnya tengah terjadi di negara tanduk Afrika ini. Termasuk mengenai dimana dan seberapa banyak sebenarnya jumlah pengungsian, korban kelaparan dan kondisi situasi keamanan yang tidak menentu. Banyak kabar kekerasan yang sampai ke telinga kami dari Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU. 

Mulai dari kabar penembakan di lokasi pengungsian baik terhadap rakyat yang kelaparan, termasuk terhadap relawan kemanusiaan dan jurnalis. Tembak menembak antara tentara dan sipil bersenjata bukan hal asing lagi di negara nyaris tidak bertuan ini, karena kekuasaan sebagian di bawah pengaruh non pemerintah.

Selama ini informasi yang berkembang, titik pengungsian terbesar berada di pengungsian Dadaab yang terletak paling ujung Somalia berbatasan dengan Kenya. Jalan masuk paling dekat baik melalui Kenya atau melintasi melewati pintu Ethiopia. Di sini ada sekitar 600 ribuan pengungsi dan kelaparan. Lokasi terbesar kedua ada di Mogadishu, ibukota Somalia yang “diserbu” oleh rakyat Somalia yang ingin mendapatkan bantuan makanan. 

Keduanya mendapatkan bantuan suplay makanan dari banyak organisasi kemanusiaan termasuk UNHCR, lembaga PBB yang mengurus pengungsian. Meski begitu juga sangat banyak bantuan tidak dapat disalurkan, terutama yang berasal dari lembaga Eropa dan Barat karena sensitif berada di kawasan dikuasai oleh pasukan sipil bersenjata.

Namun sebenarnya masih banyak lokasi pengungsian lainnya yang luput dari perhatian dunia. Seperti terungkap dalam komunikasi antara Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU dengan Organisasi Internasional Islamic Relief Kenya dan Somalia, Jumat (9/9/2011).

Stenley dari Islam Relief Kenya dalam penjelasannya mengungkapkan, sudah banyak pemain bantuan yang masuk ke Mogadishu dan Dadaab. Untuk itu mereka kini mengalihkan perhatian ke lokasi pengungsian lainnya yaitu di wilayah setingkat provinsi yaitu Mandera dan Wajir. Letaknya diujung Somalia yang berbatasan dengan Ethiopia dan di apit dengan negara baru Somaliland. Di Mandera, kawasan tandus kini dihuni sekitar 300 ribuan pengungsi dari Somalia, jumlah itu belum termasuk di Wajir.

Tidak boleh ada label UN di bantuan, Sangat berbahaya
Persoalan utama di kawasan ini yaitu kekurangan bahan makanan, nutrisi dan gizi untuk anak-anak, ibu hamil dan menyusui. Kawasan ini di luar kendali dan pengawasan UNCHR dan kondisinya tidak jauh lebih parah dibandingkan pengungsian lainnya. Organisasi ini dapat masuk ke lokasi pengungsian yang berada di bawah kendali gerakan kelompok Islam garis keras Al Shabaab yang juga mengendalikan hampir separuh ibukota Mogadishu karena tidak atas nama UN dan lembaga Barat.

“Tidak boleh ada label UN di bantuan, Sangat berbahaya,” ungkap Stenley menjelaskan program-program yang mereka tangani di lokasi pengungsian tersebut kepada tim PKPU di markasnya di Kenya. Dalam pertemuan dengan Islamic Relief Kenya ini, Tim Kemanusiaan PKPU turut diterima oleh Country Director, Nasr Muflahi.

Sementara itu, dalam pertemuan dengan Islamic Relief Somalia diterima oleh Country Director Dr Iffthikar Mohamed yang banyak menjelaskan tentang keamanan untuk masuk ke Somalia. Kekuasaan Al Shaabab sangat kuat dan selalu mengawasi setiap bantuan yang masuk. Pihaknya juga merekomendasikan agar menggunakan lembaga lokal untuk bisa masuk ke wilayah-wilayah pengungsian tersebut.

Direncanakan, tim kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU, Sabtu siang (10/9/2011) pukul 12.00 waktu Kenya atau pukul 16.00 WIB akan bergerak ke Gadizha untuk mencapai Dadaab. Diperkirakan perjalanan darat akan memakan waktu selama 6 jam.

 

:: Laporan Elfiyon Julinit Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Nairobi. Kenya
:: www.pkpu.or.id
 
 
Baca selengkapnya »
1 komentar

Mematangkan Persiapan Aksi Kemanusiaan, Tim PKPU Sharing dengan Zamzam Foundation



Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (6)

Zamzam Foundation NGO Lokal yang memiliki reputasi dan kinerja sangat baik di Somalia
Mematangkan persiapan aksi kemanusiaan untuk membantu korban kelaparan di Somalia, Tim Kemanusiaan Indonesia “Aid For Somalia” PKPU melakukan sejumlah koordinasi dan sharing informasi dengan sejumlah NGO lokal dan internasional yang sudah masuk ke Somalia. 

Seperti dengan NGO Zamzam Foundation yang merupakan NGO Lokal tetapi memiliki reputasi dan kinerja sangat baik di Somalia. Keberadaan mereka juga sangat diterima masyarakat baik oleh pemerintah maupun oleh pihak sipil bersenjata yang kini berperang melawan tentara pemerintahannya.

Pembicaraan intensif dalam suasana persaudaraan tercipta dalam komunikasi langsung antara tim PKPU yang dipimpin oleh Direktur Pendayagunaan Tomy Hendrajati dengan pimpinan Zamzam yang berpusat di Nairobi Kenya, Hasan.  Banyak informasi diberikan oleh Hasan kepada PKPU baik mengenai situasi terakhir di Ibukota Somalia Mogadishu, termasuk di Dadaab, kamp pengungsian yang akan menjadi tujuan Tim Kemanusiaan PKPU yang terletak di perbatasan Somalia dengan Kenya.

Kerjasama dengan NGO lokal ini sangat diperlukan karena situasi dan kondisi di Somalia saat ini, terutama masalah keamanan sangat penting diperhitungkan karena kekerasan sangat rentan terjadi. Hal ini tidak lepas dari rentetan konflik perang saudara dan ditambah lagi dengan kondisi psikologis masyarakat Somalia yang dihimpit masalah kelaparan membuat suasana semula tenang bisa berubah menjadi kekacauan.

Hasan, pria mudah senyum ini sangat akomodatif dan senang dengan kedatangan tim PKPU  dengan tujuan mulia membantu saudara-saudara mereka di Somalia. Berbagai informasi yang diperlukan diberikan kepada PKPU, termasuk mengenai jalur aman menuju kamp pengungsian Dadaab dan Mogadishu, tempat pembelian logistik bantuan yang terjamin dan cara-cara membawa bantuan masuk ke areal pengungsian. 

Menurutnya, saat ini rakyat Somalia selain membutuhkan penanganan kesehatan melalui tim medis yang minim, membutuhkan sejumlah barang kebutuhan pokok seperti gula, tepung, minyak dan beras. Beras merupakan makanan pilihan kedua di Somalia setelah Jagung karenaharganya terbilang selangit bagi orang Somalia.

Dalam perbincangannya dengan Zamzam Foundation, Tomy Hendrajati mengungkapkan dengan adanya informasi itu diharapkan bantuan akan lebih tepat sasaran dan terdistribusi dengan baik. “Sebab di tengah suasana keamanan yang tidak dapat diprediksi ini, lembaga lokal sangat berperan. Keberadaan mereka sekaligus menjadi solusi pintu masuk ke wilayah bencana yang diselingi konflik bersenjata yang tidak mengenal kawan dan lawan,” kata Tomy.

:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia "Aid For Somalia" PKPU dari Nairobi, Kenya
:: www.pkpu.or.id
Baca selengkapnya »

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog