Search

Content

Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
0 komentar

Tabiat Perjalanan adalah Pembelajaran



Hidup ini adalah sebuah perjalanan, memulainya dari awal dan kemudian akan ada akhirnya. Layaknya sebuah perjalanan, disana akan terus ada proses pembelajaran. Kita memulainya dengan terlahir ke dunia kemudian menangis, dan orang orang disekeliling kita akan tersenyum dan tertawa menyambut gembira kelahiran kita. Berharap nantinya saat kita meninggalkan dunia, akan banyak yang bersedih karena begitu bermanfaatnya kehadiran kita didunia.

Begitulah perjalanan, kita mengumpulkan serpihan-serpihan pengetahuan dan pengalaman. Proses dalam perjalanan inilah yang sesungguhnya sangat perlu kita menikmatinya, bukan sekedar fokus pada hasil akhirnya.

Saat kita berjalan digunung, tujuan utama kita adalah puncak. Namun akan sangat rugi ketika kita tidak menikmati proses perjalanannya. Menikmati indahnya pemandangan di perjalanan, menjumpai berbagai macam vegetasi, beradaptasi dengan suhu yang berbeda. Menikmati juga kelelahannya,  yang terobati dengan bercengkrama dengan teman seperjalanan.

Saat kita menggunakan motor untuk menuju suatu tempat, menikmati bagaimana saat motor melaju bertemu dengan jalan lurus, jalan berkelok, tanjakan, jalan berlubang, bahkan jalan yang masih bebatuan. Kadang bertemu dengan kendaraan lain yang lebih besar, asap knalpot yang mengepul hitam dan pengendara lain yang tidak sabaran dan mengeluarkan sumpah serapah. Begitulah tabiat perjalanan, kita tetap harus menikmatinya dengan sekedar berhenti minum teh di angkringan tepi jalan, atau berhenti sejenak menikmati udara berbagai kota yang dilewati.

Saat kita berada di kapal, nun jauh ditengah lautan yang jauh dari daratan, rasa bosan masih lebih baik dibandingkan saat harus menghadapi gelombang ombak yang menerjang, tak jarang kita menjadi semakin takut saat membayangkan cerita tentang kecelakaan kapal, apalagi ketika kapal terhempas gelombang. Namun kita terhibur saat melihat puluhan lumba lumba berenang disamping kapal, ataupun saat malam kita menengadah kelangit melihat taburan bintang diangkasa. 

Saat kita berada diatas pesawat, ketakutan teramat sangat ketika terkena turbulensi, seluruh badan pesawat bergoncang, dan keluar masker dari langit langit diatas tempat duduk. Bergetar hebat seluruh tubuh disertai ketakutan teramat sangat,karena di pesawat tidak ada opsi untuk berhenti atau melompat dari pesawat. Semua harus dihadapi, kita menjadi tenang kembali setelah mengingat, sebelum berangkat sudah bersedekah sebagai salah satu asuransi kita. Setelah turbulensi, kita bisa bernafas lega dan melihat iringan awan berarak di samping pesawat, sembari bersyukur tidak semua orang bisa naik pesawat, bukan karena hanya tidak mampu secara finansial, tapi bisa karena memang tidak punya keberanian. Namun ternyata kita punya nyali untuk berada diatas sini.

Begitulah tabiat perjalanan,kita perlu menentukan tujuan. Setelah itu kita perlu menikmati setiap proses dalam perjalanan kita,karena disana ada banyak pembelajaran

Jangan lupa, tetap tatap dan gandeng tangan pasangan yang menemani perjalanan kita, yakinkan bahwa apapun yang terjadi, kita akan tetap membersamai menuju tujuan yang telah disepakati dan diranang bersama.





Baca selengkapnya »
1 komentar

Ketegaran Qian Hong Yan "Gadis Bola Basket"

Qian Hong Yan , Sumber Foto : avaxnews.net

Namanya Qian Hong Yan, seorang gadis kecil yang mewakili semangat ketegaran. Qian mengalami kecelakaan pada tanggal 21 Oktober 2000, kakinya terlindas bus saat melintas saat sedang bermain dengan teman-temannya.. Dokter harus mengamputasi kedua kakinya untuk menyelamatkan nyawanya. Gadis kecil berambut sebahu ini lahir di tahun 1996, Ia tinggal di desa Zhuanxia, Provinsi Yunna, Tiongkok.

Orang tua Qian Hong Yan adalah keluarga petani, sama seperti warga kebanyakan di daerah desa Zhuangxia.  Tinggal di sebuah rumah dengan dinding bata tanpa plester. Ibu Qian yang buta huruf merawat Qian beserta dua orang adik laki-lakinya. Keluarga Qian mempunyai kebun murbei, yang dimanfaatkan daunnya untuk pakan ulat sutra, hasil panen ulat sutra berupa kepompong inilah yang kemudian dijual ke pabrik yang selanjutnya diolah menjadi benang sutra. Hasil penjualan ini masih belum mencukupi untuk menghidupi seluruh keluarga, sehingga ayah Qian masih harus bekerja serabutan di kota Guizhou yang jaraknya puluhan kilometer dari rumahnya.

Tetap Bersekolah

Beratnya kondisi ekonomi keluarga Qian, membuat Qian tidak mampu dibelikan sepasang kaki palsu oleh kedua orang tuanya, sebagai gantinya sebuah bola basket bekas digunakan untuk pengganti kaki palsu ini. Agar bisa bergerak, ayahmya memasangkan bola basket bekas yang dilubangi dan diberi tatakan kayu. Kemudian dua buah pegangan kayu mirip sikat digunakan untuk menyeret tubuh dengan tangan Qian sebagai ganti kaki. Dengan cara ini Qian bisa keluar rumah dan berangkat sekolah.


Qian bersekolah di sekolah normal bersama teman-teman lainnya, jika sedang belajar di letakkannya potongan bola basket penyangga tubuhnya di bawah meja dan duduk dengan menyandarkan bagian tubuhnya ke bangku. Kondisi keterbatasan fisik ini tidak membuat Qian patah semangat dan mengeluh, namun ada saja anak-anak lain yang mengejek Qian dengan julukan "Bocah Bola Basket".

Tidak mudah memang menjalani kehidupan yang keras ini bagi Qian, namun dukungan keluarga dan sang ayah benar-benar melekat dan menanamkan semangat pada dirinya. Tak segan ayahnya menggendong Qian ketika bepergian, dan adik-adik kecilnya juga senantiasa bermain bersama dirinya.




Kaki Baru
Pada tahun 2005, atau sekitar 5 tahun setelah kecelakaan ini terjadi Hong Yan sudah menggunakan 6 buah bola basket, biasanya masing-masing bola basket bertahan sekitar satu tahun sampai akhirnya rusak dan tak bisa di pakai lagi. Dan di tahun 2005 ini kisah Qian Hong Yan mulai banyak diberitakan di media massa Tiongkok, dan dengan pesatnya kemajuan tekhnologi berita ini dengan cepat menyebar. Hampir semua orang yang membaca kisahnya atau menyaksikan video Qian di internet terenyuh, kemudian ia dikenal luas sebagai " Basketball Girl", semua orang kagum dengan gadis kecil ini, kecelakaan itu telah merenggut kakinya tapi tidak semangatnya.




Tak lama setelah publikasi tentang Qian menyebar di seluruh dunia, beragam bantuan dan donasi pun mulai mengalir. Sebagian dana bantuan yang terkumpul lantas dibelikan sebuah kursi roda, kabar baik namun kursi roda masih membatasi mobilitas Qian yang aktif. Kabar gembira kemudian datang dari China Rehabilitation Research Centre, yang datang mengunjungi dan memeriksanya dan kemudian atas rekomendasi dan hasil pemeriksaan dokter dari lembaga tersebut Qian Hong Yan mendapat kaki palsu.

Menjadi Juara Renang

Pada bagian ini saya tidak menceritakan dan menuliskan detail bagaimana proses pelatihan Qian sampai akhirnya Ia menjadi Juara Renang untuk penyandang cacat pada tahun 2009. Qian Hong Yan meraih tiga medali emas sekaligus pada ajang ini. Dengan disiplin tinggi, keteguhan, ketekunan dan semangatnya yang kuat Qian bisa memperoleh semua ini. 



Bayangkan jika seandainya Qian memilih untuk meratapi nasib, dan hidup dengan kemarahan dan penyesalan. Tapi Qian memilih sebaliknya, tetap tersenyum dan terus melanjutkan kehidupannya dengan penuh semangat. Saat ini Qian sedang berjuang untuk mengikuti paralimpiade di Rio de Janeiro pada tahun 2016.

Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, cobalah sejenak tundukan mata dan lihat kedua kaki kita dari ujung jari sampai pinggul, sudahkah kita mensyukurinya ?

Sumber : 
Buku : Kisah Nyata dalam ketidak sempurnaan Qian Hong Yan , Penulis : Nazarurudin Thamrin, Penerbit : Puspa Swara
Foto :














Baca selengkapnya »
0 komentar

Dewasa dengan Kesulitan dan Rintangan




Sebagai seorang ayah, saya merasa harus terus menambah kapasitas saya sebagai orang tua, terus membaca dan mencari tahu bagaimana merawat dan menumbuh kembangkan anak-anak dengan baik. Kondisi saat ini yang mengharuskan saya bertemu setiap akhir pekan, membuat saya berfikir keras agar tanggung jawab ke ayahan bisa tetap baik.

Tangah malam ini saya terpaku dengan tulisan Rhenald Kasali, sesuatu yang selama ini sebenarnya sudah saya pikirkan, tapi dijabarkan dengan lebih detail dan terstruktur oleh beliau, kesalahan besar yang hampir pernah dilakukan oleh sebagian besar orang tua, alih-alih menyiapkan anak-anak yang tangguh seringkali justru menumbuhkan anak-anak yang rapuh. Saya Copy Paste Tulisannya di sini, sumbernya dari kompas.com (5 April 2014) , Tulisan Rhenald Kasali (@Rhenald Kasali) 

Mengapa Anak yang Pintar di Sekolah Bisa Alami Kesulitan Ekonomi?

Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas. Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya.

Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan dosen-dosennya. "Karena mereka tak sepintar aku," ujarnya.

Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit. 

Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.

Hadiah orangtua

Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan".

Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan "membuka pintu", jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.

Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.

Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.

Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.

Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: "Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?"

Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.

Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal". Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".

Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya. Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.

Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.

Panggung orang dewasa

Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif. Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.

Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui. Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.

Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya. Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka.  Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.

Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.

Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.

Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.

Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan. Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21: bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.

Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan. Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja: orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu. Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.
 
Baca selengkapnya »
1 komentar

Keluarga Media Terbaik untuk Terus Bertumbuh

 
 
Paradoks, salah satu tema yang saat ini menghiasi halaman demi halam media kita, selain tentunya berita politik negri ini yang semakin seru sekaligus lucu. Kasus demi kasus kekerasan, kasus demi kasus pelecehan  justru dilakukan oleh orang terdekat dalam institusi yang seharusnya didalamnya tempat rasa nyaman dan tempat paling aman, Keluarga.

Sudahlah, saya tidak mau memperpanjang hal ini dengan menceritakan kasus demi kasus kekerasan dalam keluarga yang juga secara langsung saya temui, kekerasan dalam bentuk fisik maupun psikologi. Dengan derasnya arus informasi, derasnya profokasi marketing yang terus berlomba menjajakan produknya, yang sampai membuat kebanyakan dari kita mulai kebingungan mana yang merupakan kebutuhan, mana yang merupakan keinginan. Hal ini membuat keterjebakan finansial, keterjebakan rasio alat ukur tentang sebuah kebahagiaan. 

Sudahlah, bagi saya sederhana memaknai sebuah kebahagiaan, bahagia itu terletak pada kesyukuran, terletak pada rasa sakinah, ketenangan. Ketika kita menemukan hal ini, maka kita akan terus bertumbuh. Bertumbuh membutuhkan media, dan bagi saya keluarga adalah media terbaik untuk bertumbuh.

Saat pertama kali  menikah, ketika mensyukurinya, maka kita akan belajar memahami pasangan hidup , dalam segala kondisi yang kemudian menjadi faktor leverage meningkatkan pertumbuhan kita. Ada banyak hal yang terus kita dapatkan dan pelajari bersama pasangan hidup \, belajar merencanakan dan menghadapi hidup bersama, ya sekarang kita mempunyai partner dalam  mengarungi kehidupan.

Kita selalu bertumbuh, karena memang itulah adanya, pasangan kita pun demikian, oleh karena itulah pertumbuhan itu perlu terus dirawat dan dijaga, disinilah cinta punya peranan besar membersamai pertumbuhan kita, merawat disaat ada hantaman besar, menaungi di saat goncang. 

Ketika satu demi satu anak-anak lahir, dengan membawa karakter yang berbeda pertumbuhan ini pun menjadi semakin berwarna dan indah. Melihat perkembangan itu sungguh sangat indah. Saya terbiasa mengumpulkan dokumentasi untuk mengenang hal ini, dalam sebuah folder yang terbagi dalam satuan waktu.

Bunga menjadi indah karena terus bertumbuh, mulai dari benih kemudian muncul daun dan butuh waktu untuk membuat bunga merekah. Butuh perlindungan dari berbagai macam gulma dan kerasnya cuaca, membutuhkan pupuk dan media yang subur. Jika semua usaha sudah dilakukan, kepada Allahlah semua dikembalikan. Yuk kita rawat taman bunga itu, teruslah berkembang hingga suatu saat nanti keindahannya membuat yang melihatnya pun merasa tenang dan mendapatkan manfaatnya.

Dan ini yang terpenting, keindahan keluarga kita akan membawa manfaat, memberi inspirasi dan membawa sakinah juga kepada keluarga-keluarga lain. Memberikan manfaat kebaikan bagi tetangga pada lingkup terkecil, dan kelak kita berharap dengan terus berkembang dan bertumbuhnya kita dan anak-anak akan membawa manfaat kebaikan yang lebih besar dalam radius jangkauan yang lebih besar pula...doakan kami ya ^_^






















Baca selengkapnya »
0 komentar

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (4)



Yang banyak orang tahu, padang pasir sulit ditumbuhi tanaman, Tapi disini, saya melihat tanaman sayur dan buah tumbuh subur. Yang mereka tanam semuanya berkualitas. Kami mengunjungi Menteri Pertanian Palestina, dia bilang, "Kalian tahu kapan tumbuhan disini tumbuh subur di bumi yang gersang ? sejak di blokade 2006. Karena tanah-tanah kami disirami darah-darah syuhada". Lalu menteri pertanian itu juga mencanangkan bahwa produk nasional sudah menjadi keputusan yang tidak bisa ditawar lagi. Sebelumnya, mereka bergantung pada Israel. Saat ini, mereka mampu swadaya dan tidak membutuhkan pasokan dari Israel.

Bayangkan, 98 persen mereka tidak bergantung lagi pada Israel. Ayam, tanaman buah, sayur mayur, lauk pauk, semua mereka adakan sendiri. Kami diminta mencabut tanaman paprika dan anggur yang tumbuh sangat subur. Dengan buah yang dihasilkan sangat berkualitas. Para petani pemilik tanaman itu berkata, "silahkan ambil. Karena bumi Palestina adalah rumah kalian". Tidak ada petani yang melarang kami petik tanamannya.

Menteri Pertanian Palestina adalah sosok menteri yang kami rasa layak menadi pemimpin di Gaza ini. Dia pernah dipenjara sela tiga tahun, dan selama itu dia menghafal 30 juz Al Qur'an. Dia mampu menghafal surat An Nisa selama 9 jam.

Di Gaza, buta huruf mendekati angka nol persen. Mulai dari yang buta, atau kaum difabel digratiskan sekolahnya. Saya juga diundang oleh 15 yayasan perempuan, seluruh perempuan yang ada di tempat itu bekerja seolah-olah mereka merdeka. Dalam kondisi diblokade, tertindas, mereka mampu memberdayakan perempuan, melakukan pelatihan ketrampilan, P3K, merehabilitasi mentalitas karena serangan-serangan. Dan untuk melakukan itu, mereka tidak membutuhkan ruangan yang besar, tapi ide-ide yang cemerlang.

Orang berlomba-lomba mendaftarkan diri sebagai penghafal Al Qur'an. Bahkan ada lembaga Tahfidz  perempuan yang sudah independen. Mereka tidak butuh guru laki-laki lagi. Mereka merasa bumi ini adalah bumi yang disucikan Allah, dan mereka harus mempertahankan bahkan merebut. Dan, banyak sekali tanah-ranah yang dirampas Israel, bisa mereka ambil kembali. Kata Ismail Haniya, "sejengkalpun kita tidak akan pernah membiarkan tanah Gaza dirampas dan harus kembali pada kami pemiliknya". Bersama itu, ada tanda-tanda tulisan " 85 kilometer lagi mendekati Al Quds". Mereka sangat yakin, bahwa kemenangan itu semakin dekat.

Kami dengar ceramah-ceramah mereka. Di situ mereka bilang, jika Israel bisa menghancurkan infrastruktur kami, tapi Israel tidak akan pernah bisa mengancurkan keinginan kami yang kokoh untuk mempertahankan Gaza ini. Mereka katakan, "kami tahu kami menderita, susah, tapi persoalan Al Aqsa adalah lebih utama dari persoalan penderitaan kami". Jujur, setelah melihat semua keajaiban itu, saya merasa sebenarnya bukan Gaza yang mendapatkan manfaat dari kedatangan kami, tapi kamilah yang mendapat banyak hal selama berada disini. Saya bisa simpulkan, bahwa apa yang saya ketahui tentang Gaza selama ini hanya 10 persen saja. Sisanya saya saksikan sendiri.

Yang dibutuhkan Gaza itu sebenarnya ada dua. Pertama adalah blokade itu harus dicabut. Kedua, pengakuan Internasional. Mereka merasa ada hak-hak mereka pada kita. Hak-hak ukhuwah. Mereka bilang,"Kewajiban kalianlah yang memberikan informasi ini kepada dunia Internasional agar blokade kami dilepas dan kami mendapat pengakuan Internasional".

Seringkali tercium aroma bunga yang sangat harum melintas. Ketika saya tanya salah satu syaikh, aroma apa ini ?, dia bilang kalau wangi ini adalah aroma kasturi. Dia bilang, ada peristiwa orang yang syahid.

Jika mereka benar-benar lepas dari blokade, Gaza akan melejit menjadi negara yang sangat kuat. Dari segi intelektual hingga penampilan. Mereka sepertinya sudah memahami pekerjaan dan kewajiban masing-masing,

Dulu, Almarhumah Yoyoh Yusroh, hanya enam jam berada di Gaza. Dan itu dalam kondisi pasca perang. Kesempatan kami kali ini jadi suatu anugerah. Yang namanya masuk Palestina harus diniatkan. Palestina harus ada dalam cinta kita. Bisa membuktikan cinta itu adalah anugerah yang sangat besar. Setidaknya itu yang saya rasakan setelah menyaksikan selaksa keajaiban di Gaza. selesai

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (1)

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (2)

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (3)

 

Sumber : 
Seperti dituturkan Nurjannah Hulwani kepada Purwanti dan Teni Supriyanti
Foto : knrp.or.id


Baca selengkapnya »
0 komentar

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (3)



Bertemu dengan Istri Syaikh Ahmad Yasin
Selama ini, saya hanya dengar kisah dan perjuangan Syaikh Ahmad Yassin. Disana saya bisa bertemu istrinya, saya bisa menggendong cucunya. Saya juga selama ini tahu Syaikh Ar Rantissi dari orang lain, disini saya bisa bertemu istrinya dan melihat makamnya. Dan rumah perdana mentri Palestina, Ismail Haniya, lokasinya tidak jauh dari rumah syaikh Ahmad Yassin dan Ar Rantissi.

Ketika kami datang ke keluarga Syaikh Ahmad Yassin, kami sudah diceritakan siapa syaikh Ahmad Yassin itu dari mulai profilnya, rumahnya dan perubahan luar biasa yang dilakukannya. Semula penduduk Gaza jauh dari agama, masjid-masjid kosong. Tapi semenjak dakwah yang dilakukan Syaikh Ahmad Yassin, masjid selalu luber, penuh. Kemudian pemuda-pemuda datang ke masjd untuk memenuhi masjid yang dulunya diimami orang yang buta dan tua, sekarang berganti dengan yang muda dan intelek. Sampai tidak ada bioskop di Gaza yang sebelumnya marak. Saat isteri Syaikh Ahmad Yassin menceritakan itu, rasanya tidak ada jarak diantara kami. Bagaimana gambaran masjid tempat Syaikh Ahmad Yassin melaksanakan shalat yang hancur diroket masih ada, selendangya, segala macam kenangan akan sang Syahid.

Berkunjung ke Makam Syuhada
Belum lagi ketika kita datang ke makam. Cerita-cerita hidup itu begitu menghantam ruhiyah kami. Dikatakan ada kuburan yang bertuliskan 'kullu nafsin dzaa ikotul maut' (setiap yang bernyawa pasti akan mati) ditujukan untuk orang yang meninggal biasa, seperti karena sakit atau karena tua. Tapi kalau yang meninggal itu syahid, ada tulisan yang artinya 'janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki' (Dikutip dari Al Qur'an surat Ali Imran Ayat 169-171)

Lalu saya tunjuk salah satu makam yang meninggal syahid. Ternyata itu adalah kuburan Syaikh Syiam. Dia adalah orang ketiga kelas kakap yang dibidik Israel. Satu makam ada tiga orang orang, satu anaknya dan keponakannya. Tubuh ketiganya hancur, kecuali kepalanya. Dan anaknya yang berusia 22 tahun hanya tinggal cicinnya. Bagaimana saya tidak merasa terpanggil,saya harus bertemu dengan ibu dari pemuda. Alhamdulillah, kami bertemu dengan ummu Mus'ab. Disitu kami diceritakan sebuah kisah luar biasa. Mereka mengorbankan seluruh harta yang dimiliki, suami yang mereka cintai, anak yang mereka kasihi dan sayangi demi kemuliaan bumi Gaza.

Setelah itu, pergilah kami ke kelompok-kelompok Tahfidz, dan kelompok cacat yang tengah di rehabilitasi. Selama ini biasanya kami melihat orang cacat karena kecelakaan. Mereka mengorbankan seluruh tubuh mereka untuk kemuliaan Al Aqsha. Di situ saya melihat mata yang tak lagi melihat, kaki yang tak lagi bisa berjalan. Tapi diwajah mereka tak saya lihat guratan kesedihan sedikitpun. Saya jadi bertanya, kontribusi apa yang sudah kita berikan demi kemuliaan Islam....bersambung

Tulisan Sebelumnya :

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (1)

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (2)

 

Sumber : 
Seperti dituturkan Nurjannah Hulwani kepada Purwanti dan Teni Supriyanti
Foto : knrp.or.id

Baca selengkapnya »
0 komentar

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (2)


 
"Cerita-cerita Hidup Mereka, Menghantam Kesadaran Kami" 


Kegelisahan Menanti Kepastian 
Beberapa hari di Mesir, kami melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai tempat. Mesir juga salah satu pusat peradaban. Kami mengunjungi museum, masjid, dan Piramid. Setelah itu, kami dapat kabar bahwa pada tanggal 13 Mei kami bisa berangkat menuju Rafah yang waktu tempuhnya hanya 6 jam. Kami dapat kabar bahwa pintu Rafah akan dibuka tanggal 20 Mei. Saya jadi teringat penundaan-penundaan yang terjadi pada aliansi internasional. Saya sampai bertanya-tanya, apa benar bisa dipastikan tanggal 20 Mei pintu Rafah dibuka? Tapi, sebelum berangkat, teman-teman dari Indonesia menyiapkan banyak alternatif. Pertama, kami berangkat atas nama ASPAC yang punya kekuatan lembaga. Kedua, kami sudah mengantongi surat ijin personal dan izin khusus.

Hati benar-benar gelisah menanti tanggal 20 Mei. Sampai rombongan inti membicarakan persiapan berangkat keesokan harinya. Mendengar hal itu, hati saya berbunga-bunga.  Pada saat perjalanan,sangat jauh berbeda ketika Hosni Mubarak masih berkuasa dengan kondisi sekarang. Meskipun saat itu yang masih berkuasa di Mesir adalah Militer. Kami sempat tidak nyaman juga karena jarak chek point di Al Arish cukup jauh, sekitar 6 jam perjalanan. Dan dari Al Arish masih 40 kilometer menuju Rafah. Dengan berbekal surat dan tim negoisasi yang handal, akhirnya kami berangkat di kawal panser-panser menuju Al Arish. Kami benar-benar merasa terhormat.

Setiba di Al Arish, kami diberitahu bahwa barang yang dibawa tidak boleh terlalu banyak. Di situ kami juga mendengar kabar bahwa di pintu Rafah ada semacam demo. Kami pun menunggu selama 3 jam dengan dikawal panser. Kita harus Berprasangka baik, karena memang niat kita baik. Allah takdirkan kami berangkat dengan niat yang sama, dan selama perjalanan kami banyak berdzikir. Alhamdulillah, perjalanan kami mulus hingga ke Rafah. 


Alhamdulillah Akhirnya Kami Menembus Gaza
Salah satu rombongan kami, belum memiliki visa. Dari awal, kami sudah  berikan gambaran bagi yang belum memiliki visa akan masuk ke Gaza melalui terowongan. Tapi sebelum itu, kami perjuangkan negoisasi agar semua bisa masuk melalui pintu Rafah. Setelah satu jam menunggu, akhirnya izin itu keluar. Ada salah satu anggota rombongan spontan menangis karena sudah lima kali ke Rafah tapi tidak bisa masuk. Sampai ada kata-kata"air mata kalian tidak pernah kamilupakan." Saking gembiranya, kami tidak tahu kalau Rafah itu bukan Gaza.


Setelah penerimaan yang pertama, kami dibawa dengan kendaraan yang cukup bagus menuju hotel di Gaza. Disitu saya mulai berpikir, apakah pengetahuan saya tentang Gaza sama seperti yang saya kira selama ini? Sampai saya bawa pakaian hanya tiga lembar di dalam ransel. Setibanya di Gaza, saya tidak bisa merasionalisasikan apa yang saya lihat. Benarkah ini Gaza ? di sana saya di sambut dengan sangat baik. Sambutan yang begitu tulus dari lubuk hati mereka yang paling dalam, terasa bukan basa-basi

Gaza berpenduduk 1,8 juta jiwa dengan luas wilayah yang mungkin hanya seluas kota Bogor, Jawa Barat. Sekitar 400 ribu penduduknya adalah orang mapan yang mengurusi 1,4 juta jiwa sisanya. Penduduk inilah yang hidup dalam kondisi yang sangat terbatas. Ada di antara mereka yang hidup di pengungsian, tanah mereka di rampas Yahudi, air kurang, listrik terbatas, tidak ada pekerjaan ternyata Allah siapkan 1,8 penduduknya untuk duduk di kementrian, parlemen, lembaga sosial dan lainnya. Mereka harus punya izzah (kemuliaan) dihadapan Yahudi dan Israel. Dari segi akademis hingga penampilan mereka layak berada di garis depan menghadang Israel. Jarang diantara mereka yang hanya sarjana S1, tapi S2 dan S3. Bayangkan, dalam kondisi tertindas mereka melakukan pekerjaan yang profesional. Nilai lebih lainnya, mereka rata-rata Hafal Al Qur'an.

Kami menjalani jadwal yang sangat padat disana. Jam 9 pagi kumpul dan pulang ke hotel bisa jam 4 sore. Dan ini sesuatu yang lama kami nantikan. Dalam jadwal itu, kami melakukan kunjungan-kunjungan ke tokoh-tokoh Palestina. Perjalanan kami ke Gaza kali ini, benar-benar menguras airmata. Ada banyak cerita penuh ibroh dan mengguncang ruhiyah. Kalau selama ini kami hanya mendengar dari banyak sumber, di sini kami benar-benar menyaksikannya.....bersambung

Lihat Tulisan sebelumnya :  

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (1)

Sumber : 
Seperti dituturkan Nurjannah Hulwani kepada Purwanti dan Teni Supriyanti
Foto : knrp.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (1)



" Perjalanan kami ke Gaza kali ini, benar-benar menguras air mata. Ada banyak cerita penuh ibroh dan mengguncang ruhiyah. Kalau selama ini kami hanya dengar dari banyak sumber, disini kami benar-benar menyaksikannya."

Dituturkan oleh Nurjannah Hulwani kepada Purwanti dan Teni Supriyani, dimuat dimajalah Tarbawi edisi 277 
Dari berbagai info, baik pembicaraan orang-orang atau pemberitaan media, yang ada dalam benak saya, Palestina itu negara yang sangat menderita. Dipenuhi oleh orang-orang yang ketakutan. Tanah yang kumuh dan tempat tinggal yang tanpa rasa aman dan nyaman. Intinya dalam bayangan saya, Palestina itu benar-benar dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.
 
Pada tanggal 8 Mei lalu, saya dan rombongan, Soeripto, Ali Amril dan DR Muqoddam Cholil dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), Eko Anugrah dari KNRP Nusa tenggara Barat, Suryana Majana Sastra dari PKPU, Heri Efendi dan Bachtiar Nasir dari ASPAC for Palestine, Maryam Rachmayani dari ADARA Relief Internasional, Wirianingsih dari Persaudaraan Muslimah (SALIMAH), dan Akhmad Sadeli Karim dari Mathla'ul Anwar, berkesempatan datang ke Palestina.

Ini adalah perjalanan kedua setelah akhir tahun 2009 lalu. Tujuan kami datang waktu itu adalah untuk memberikan empati kepada warga Gaza pasca perang Furqan yang berlangsung besar-besaran selama 22 hari pada tahun 2008. Diperkirakan pada saat itu, ada 43 negara yang melakukan Munasharah untuk membempati, namun gagal. Dikelompok lain ada 16 negara eropa yang sudah mabit  (menginap) selama 30 hari dengan membawa 1.500 kontainer bantuan. Mereka berangkat dengan kekuatan lembaga. Dalam perjalanan kali ini, kami membawa rombongan di bawah bendera ASPAC for Palestine.

Sebelum bergabung dengan rombongan ASPAC for Palestine, rencananya kami akan masuk kedalam rombongan Syaddul Rihal yang terdiri dari 150-200 orang dari 20 negara. Keberangkatan pun sempat mengalami penundaan. Awalnya kami akan berangkat pada tanggal 10-12 April, namun akhirnya ditunda hingga 2-9 Mei. Tapi ditunda lagi hingga final tanggal 8 Mei 2012 kami berangkat menuju Mesir. Saya sudah mengalami perjalanan ini sebelumnya, dan penundaan-penundaan ini adalah bagian dari proses untuk bisa mewujudkan mimpi bertemu saudara-saudara kami di Gaza.

Ketika tiba di Mesir, kami mendapat beberapa kabar bahwa ada rombongan pengusaha dari berbagai macam negara sudah sampai dipintu Rafah tapi tidak bisa masuk, padahal mereka sudah mengantongi izin. Ada juga sebagian kelompok Sahabat Al Aqsha yang harus lewat terowongan. Kabar-kabar itu membuat perasaan saya berkecamuk, seperti diaduk-aduk. Perasaan seperti ini ujian juga sebenarnya, tapi kita berdoa saja supaya Allah beri kemudahan. Rencananya kami berangkat menuju Gaza tanggal 13 Mei. bersambung....

Baca selengkapnya »
1 komentar

Semoga Allah Mewafatkan Dalam Kondisi Puncak Amal Shalih Kita

  
Jika Allah Menginginkan Kebaikan Untuk Seorang Hamba Maka Dia Akan Memakainya”, Beliau Ditanya: “Bagaimana Cara Allah  Memakainya, Wahai Rasul Allah ?”, Beliau Menjawab: “Allah Memberinya Kemudahan Untuk Menekuni amal Shalih Tertentu Sebelum Meninggal,setelah waktu yg cukup lama,baru kemudian Allah mencabut nyawanya,dan dia sedang menekuni amal tersebut”.   
        (Hr. Tirmidzi)
Hadits ini sempat membuat saya menangis, saat pertama kali di sampaikan dalam sebuah acara training talaqi, pesan sederhana yang saya tangkap. Pilihlah amal terbaik dan optimalkan. Jika kita jujur dengan pilihan kita, bahwa yang kita lakukan semata adalah tentang belajar ikhlas dalam kontribusi terbaik kita, semoga itu pertanda kebaikan dari Allah swt.
Saya lama merenungi hadits ini, kemudian saya sangat berharap, Allah termasuk yang memakai saya. Dalam aktivitas-aktivitas humanitarian dan comunity development yang saya lakukan dengan teman-teman dengan segala suka dukanya, semoga ini adalah kebaikan yang diberikan Allah kepada kami.
Saya melihat juga temn-teman yang nampak sangat tekun dengan amal shalihnya, bahkan seringkali menjadi pioneer. Saya melihat teman-teman di PKPU dan aktivis humanitarian, mas eko dengan mosque lifenya, uda akmal dengan konsennya untuk membendung Islam Liberal dan kemudian menulis buku Islam Liberal 101, Mas Rovi dan teman-teman yang menggawangi salah satu web inspiratif,   teman-teman yang menjadi guru, teman-teman aktivis kampus, ustadz yang berjibaku di dunia politik yang kejam, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya melihat konsentrasi penuh mereka dalam beramal.
Sekali lagi, saya berdoa semoga Allah memilih kami dalam kebaikan, dan mewafatkan dalam kondisi puncak amal shalih. Saya ingin seperti rasulullah, para sahabat, hasan al banna, syaikh ahmad yasin, abudullah azzam, ust rahmat abdullah,utdzh yoyoh yusroh, dan mereka yang jujur dalam perjuangannya serta wafat dalam kondisi puncak amal shalihnya. 
Amiin ya Allah.


Baca selengkapnya »
0 komentar

Syamsi Dhuha Foundation, Asa untuk terus Berbagi


Apa yang anda lakukan jika di fonis terkena penyakit Lupus? sakit yang seringkali dianggap sebagai musibah.
Tapi tidak bagi Komunitas Syamsi Dhuha yang sekarang bermetamorfosis menjadi Syamsi Dhuha Foundation. Syamsi Dhuha / Mentari pagi. Gabungan dua kata yang mengandung makna semangat, optimisme, dan harapan baru di setiap hari untuk memulai segalanya lebih baik.

Mentari pagi, adalah arti yang coba diterjemahkan Dian Syarief (43) Pendiri Komunitas Syamsi Dhuha, seorang penderita Lupus, dari kosa kata Arab : syamsi dhuha, yang disadur dari firman Allah swt : " Wasy syamsi wa dhuhaha" Demi matahari dan sinarnya di pagi hari. (QS As Syams : 1). 

Dalam situs resminya, http://www.syamsidhuhafoundation.org Keberadaan Syamsi Dhuha pada awalnya memang muncul dari kesadaran diatas. Niat awalnya, Syamsi Dhuha, melalui salah satu programnya "Care For Lupus" ingin membesarkan hati para sahabat ODAPUS (orang dengan Lupus) dan keluarga yang mendampinginya, melalui berbagai aktifitas yang bermanfaat bukan hanya bagi mereka sendiri tetapi juga bagi masyarakat secara luas.  Syamsi Dhuha memiliki cita-CITA  yang lebih besar. Sesuai misinya : "sebagai sarana ladang amal untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat", Syamsi Dhuha bercita-cita untuk memberikan kesempatan pada semua orang, bukan hanya bagiODAPUS, untuk mensyukuri segala karunia yang telah Allah berikan dengan melakukan berbagai aktifitas yang dapat bermanfaat bagi dirinya sebagai pribadi sekaligus juga bagi orang lain.




Sebuah Inspirasi Untuk tetap berbuat dan memberikan yang terbaik, mereka telah melampaui kelemahan yang seringkali dianggap orang sebagai sebuah penghalang. Justru Syamsi Dhuha terus berdaya dan menyebarkan optimisme untuk kehidupan yang lebih baik, bagi siapapun. Dengan program-program yang menarik dan edukatif bahkan Syamsi Dhuha juga sudah memberikan beasiswa bagi beberapa relawannya yang membutuhkan.

Komunitas Syamsi Dhuha sudah berbuat dan mengispirasi, ada dimanakah kita saat ini?

Baca selengkapnya »
0 komentar

Tugas Panjang Surjoni di Mentawai Tertunaikan


Saya bergetar ketika mendengar langsung kondisi di Mentawai dan para relawannya, saat mba Rahma bercerita. Kondisi medan yang sangat sulit di jangkau, karena berada di luar Pulau Utama. Hampir seperti daerah yang terlupakan, alat transportasi yang hanya berupa kapal itupun jadwalnya kadang tak tentu. Saya jadi mengenal apa itu ambu-ambu.

Kisah mas Joni, bagi saya sangat inspiratif. Betapapun ia tahu, dunianya sangat jauh dari tepuk tangan. Sosok mas Joni menggambarkan kinerja seharusnya yang dilakukan para relawan, mendampingi dan membersamai sampai tuntas. Hal ini di gambarkan sangat apik ditulisan mba Rahma. Semoga yang dilakukan mas Joni dan para Relawan lain terutama yang tergabung dalam Korps Relawan PKPU terus bergerak dan membersamai. Berikut Tulisan Mba Rahma :

Akhir dari Sebuah Awalan

Suharjoni, Staf Disaster Risk Management (DRM) PKPU mendarat di Bandara Minangkabau, Padang, hari Kamis (23/2/2012). Ia baru saja menyelesaikan tugas panjang di Mentawai. Bermula dari Tsunami yang mengguncang Mentawai 25 Oktober 2010, dari fase tanggap darurat hingga fase rekonstruksi dan rehabilitasi.

Dari evakuasi korban-korban meninggal hingga jauh ke hulu sungai Sabeugukgung, sebuah kampung yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Hingga mendistribusikan logistik hingga jauh ke pulau-pulau yang harus ditempuhi dengan ombak yang tinggi. Memetakan kejadian dan peristiwa lintas ruang, lintas agama dan kepercayaan. Atas nama kemanusiaan.

PKPU telah membangun kampung baru di balik sebuah bukit di Sabeugukgung yang menjadi sebuah tanah harapan baru. Membangun kembali perumahan di Boriai yang luluh lantak dari gempa besar tahun 2007. Mendampingi masyarakat, mendengar apa yang menjadi kebutuhan dan masuk di celah-celah yang terlupakan lembaga lain. Pulau-pulau yang nun jauh di Samudera Hindia, bagi PKPU tidaklah menjadi kendala untuk mendampinginya.

Periode terakhir dari awalan pendampingan ini berlangsung dari tanggal 7-22 Februari 2012.  PKPU menyelesaikan pembangunan rumah baca lengkap dengan buku dan rak-rak baca.  Peralatan audio visual. Perabotan yang menjadi pendukung kenyamanan rumah baca ini.  Berlokasi di halaman Kodim 0319/Mentawai.

Penyelesaikan mebeler berupa meja kursi lengkap dengan lemari untuk ruang guru di SD Tubeket dan SD Boriai. Hingga ke pembuatan 2 (dua) unit MCK masing-masing di Boriai atas dan Boriai bawah.

Seluruhnya tentu terbangun atas dukungan seluruh donatur yang telah mendampingi pemulihan Mentawai sejak beberapa saat gempa dan tsunami menyapu sebagian pantai di kepulauan Mentawai.  Sebagai akhir dari sebuah awalan, tentu perlu komunikasi intensif antara PKPU yang diwakili Suharjoni (DRM/PKPU Pusat) dengan pihak-pihak yang akan memelihara apa yang telah dibangun bersama-sama dengan masyarakat Mentawai. 

Dengan tokoh Masyarakat di Sikakap, di Tubeket, di Boriai, di Sabeugukgung.  Harapan bahwa apa yang telah diberikan dan dibangun di tanah Mentawai, dapat menjadi pencetus pemberdayaan dan kemandirian lebih lanjut. Mengkomunikasikan “self awareness” dalam bagian pendidikan Early Warning System di Kepulauan yang berada di atas lempeng aktif tersebut. 

Fase pengkomunikasian atas kelembagaan yang akan memberdayakan segala aset yang telah ada dan dibangun tersebut menjadi sebuah akhir dari sebuah awalan yang panjang. Mungkin tak sepenuhnya sebuah akhir. (pkpu.or.id)

Mungkin sama apa yang mas Joni dan saya rasakan, ketika kita berada di barak pengungsian ataupun di lokasi bencana, ada akhir yang tidak ingin kita lewatkan, "Binar Senyum Mereka yang Kembali Terkembang" 

Baca selengkapnya »
4 komentar

Fahma Waluya Rosmansyah, Programer Termuda Dunia



Fahma Waluya Rosmansyah berusia tiga belas (13) tahun, dia tidak berbeda dengan anak-anak usia sebayanya, bersekolah dan bermain. Sejak usia tiga tahun Fahma sudah menyukai aktivitas di depan komputer . Inilah mungkin yang membuatnya kemudian spesial di banding anak-anak seusianya. Pada usia sekarang ini Fahma mendapat penghargaan sebagai programmer termuda versi Ovi Nokia, selain beberapa penghargaan lain seperti Juara 1 the Asia Pasifik Information and Communications Technologi Awards (APICTA), Juara 1 Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA), bersama adiknya ia juga mendapat SCTV Award, Si Bolang Award, Habibie Award serta berbagai penghargaan lainnya.

Sejak belia fahma terus berkarya, karya pertamanya merupakan buah cinta terhadap adiknya yang saat itu berusia 3 tahun, saat ini Hania Pracika Rosmansyah adik Fahma, sudah berusia 7 tahun. Saat itu ia ditantang ayahnya untuk membuat aplikasi game edukatif agar adiknya dapat belajar sekaligus bermain, melihat sang adik suka sekali main ponsel ibunya. Kemudian ia dibelikan buku dan CD tutorial untuk membuat aplikasi oleh ayahnya. Jadilah sebuah aplikasi yang ia beri nama "My Mom's Mobile Phone as My Sister's Tutor"  (Ponsel Ibuku Untuk belajar adikku). Disini Hania dibuatkan aplikasi tentang mengenal warna, huruf dan angka, dalam proses pembuatannya hania dilibatkan sebagai pengisi suara..

Untuk bisa membuat sebuah aplikasi sederhana, fahma memerlukan waktu hanya kurang dari 5 menit, tapi untuk animasi yang cukup rumit bisa memakan waktu 2-3 hari dengan catatan dia fokus tanpa diganggu aktifitas lain, karena akan  memakan waktu tiga bulan jika ia melakukannya di sela aktivitas sekolah dan lainnya.

Sampai saat ini sudah lebih dari 45 aplikasi sudah Fahma buat, semuanya termasuk aplikasi ponsel, Ipad dan komputer, beberapa aplikasinya bahkan sudah bisa diunduh di OVI Store Nokia. Beberapa aplikasi yang dibuat Fahma :
  1. Enrich (English For Chidren), aplikasi yang memudahkan anak-anak mengenal kata-kata dalam bahasa inggris dasar. Untuk mencoba aplikasi ini silahkan anda bisa klik disini
  2. MANTAP (Math For Kids / Matematika Untuk Anak Pintar) , aplikasi ini menjadikan Fahma memperoleh penghargaan dari NOKIA, APICTA, INAICTA, dan dari MENKOMINFO Tifatul Sembiring. Untuk mencoba aplikasi ini silahkan anda bisa klik disini
  3. DUIT (Doa, Usaha, Ikhlas, Tawakal), sebuah game simulai menabung sederhana, silahkan klik disini untuk mencoba aplikasinya.
  4. Doa Anak Muslim, aplikasi ponsel yang memudahkan anak-anak belajar doa sehari-hari, untuk mencoba aplikasi silahkan klik disini
  5. Untuk melihat lengkap aplikasi,game,animasi comic,dll karya Fahma silahkan kunjungi http://akucintaindonesia.com/fahmahania/ 
Sosok Fahma tidak lepas dari dampingan orangtua, ini menjadi pembelajaran bagi kita pentingnya orang tua mengenalkan sesuatu yang baik pada anaknya, kemudian menstimulasinya. Jika saat ini anda mempunyai putra/putri dan nyaman ketika mereka menghabiskan waktu sengan menonton televisi atau bermain game, cobalah kurangi kebiasaan ini.  Kita bisa tiru usaha ayah fahma yang mengenalkan komputer pada fahma sejak dini. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan memotivasi kita sebagai orang tua untuk mendampingi tumbuh kembang anak-anak dengan situasi dan stimulan terbaik. 

Inspirasi dari Fahma dan Ayahnya : "Kami berharap agar anak-anak Indonesia tidak hanya menjadi penikmat atau pengguna saja, tapi juga berperan sebagai inventor atau pencipta"

sumber ; majalah tarbawi edisi 263, Blog Ibunya Fahma perkembangananak.com
 
Baca selengkapnya »
0 komentar

Demi Sebuah Pendidikan Mereka Menantang Maut


Bisa dibayangkan, betapa tingginya harapan mereka terhadap pendidikan dinegri ini. Apakah mereka sedang outbond training ? bukan ini adalah jembatan yang tinggal menyisakan kabel-kabel kecil untuk bergelantungan dan meniti, berani-sangat berani sekali mereka. Tidak nampak ada iming -iming hadiah untuk keberanian mereka ini seperti layaknya dalam kuis keberanian, tapi nyawa menjadi taruhan.

Ironi dalam sebuah negri, keberanian dan kejujuran anak-anak ini seolah ingin menampar para petinggi negri ini yang masih disibukkan untuk mengamankan posisi politik, sudah ada yang jadi tersangka saja nda ada sanksi bahkan pemecatan dari partai yang katanya anti korupsi. Bahkan presiden pun bingung, ngurusin rakyat apa ngurusin partainya. Bisa jadi kematian yang disebabkan kelalaian pemerintah ini jauh lebih banyak dibandingkan oleh ledakan bom teroris. Bayangkan saja tiap hari ada saja korban kecelakaan karena jalan berlobang, jembatan ambruk, pesawat jatuh dan banyak lagi. Belum lagi mereka yang kelaparan ataupun sakit yang tidak tertangani.

Mau sampai kapan anak-anak ini dikorbankan ? menjadi tumbal kerakusan pihak dan oknum yang lupa tanggung jawabnya. Saya membayangkan, jika anak-anak ini datang ke Lurah mereka atau ke Camat Mereka atau Bupati Mereka atau Gubernur mereka atau Presiden mereka, "sederhana saja pertanyaanya..apakah bapak atau ibu yang terhormat masih mampu memimpin kami, rakyat Indonesia ?"

Apakah mereka sendirian meniti jembatan ? apakah cuma ada di daerah mereka, maaf  teman-teman kecilku, ada banyak temanmu di belahan negri ini yang bernasib serupa denganmu

Bagi kita apa yang bisa kita lakukan ? jika kita menjumpai kondisi ini dan kita berada di daerah terdekat, lakukanlah langkah nyata, hubungi pemerintah setempat jika belum bergeming tulislah dan undanglah wartawan , kemudian buat alur donasi dan sumbangan dari kawan-kawan kita, suarakan di jejaring sosial.  Hubungi NGO yang konsern dengan hal-hal ini terutama lembaga-lembaga amil zakat. 

Lakukan yang terbaik yang kita mampu, yakinkan pada anak-anak ini dan anak-anak lain yang senasib, bahwa pendidikan sangat penting bagi mereka dan kita bersama-sama akan terus membersamai dengan usaha terbaik kita.

Keterangan Gambar : 

Murid SD Negeri Cicaringin 3, Kecamatan Gunung Kencana, Lebak, Banten meniti kawat baja menyeberang Sungai Ciliman saat berangkat ke sekolah, Rabu (18/5/2011). Lambannya pemerintah membangun infrastruktur membuat mereka harus rela berjalan kaki sejauh enam kilometer pergi pulang untuk mencapai sekolah dan berisiko terjatuh ke sungai. (http://lab-ane.fisip-untirta.ac.id/2011/05/potret-pendidikan-di-banten/)
Baca selengkapnya »

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog