Search

Content

Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan
0 komentar

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (4)



Yang banyak orang tahu, padang pasir sulit ditumbuhi tanaman, Tapi disini, saya melihat tanaman sayur dan buah tumbuh subur. Yang mereka tanam semuanya berkualitas. Kami mengunjungi Menteri Pertanian Palestina, dia bilang, "Kalian tahu kapan tumbuhan disini tumbuh subur di bumi yang gersang ? sejak di blokade 2006. Karena tanah-tanah kami disirami darah-darah syuhada". Lalu menteri pertanian itu juga mencanangkan bahwa produk nasional sudah menjadi keputusan yang tidak bisa ditawar lagi. Sebelumnya, mereka bergantung pada Israel. Saat ini, mereka mampu swadaya dan tidak membutuhkan pasokan dari Israel.

Bayangkan, 98 persen mereka tidak bergantung lagi pada Israel. Ayam, tanaman buah, sayur mayur, lauk pauk, semua mereka adakan sendiri. Kami diminta mencabut tanaman paprika dan anggur yang tumbuh sangat subur. Dengan buah yang dihasilkan sangat berkualitas. Para petani pemilik tanaman itu berkata, "silahkan ambil. Karena bumi Palestina adalah rumah kalian". Tidak ada petani yang melarang kami petik tanamannya.

Menteri Pertanian Palestina adalah sosok menteri yang kami rasa layak menadi pemimpin di Gaza ini. Dia pernah dipenjara sela tiga tahun, dan selama itu dia menghafal 30 juz Al Qur'an. Dia mampu menghafal surat An Nisa selama 9 jam.

Di Gaza, buta huruf mendekati angka nol persen. Mulai dari yang buta, atau kaum difabel digratiskan sekolahnya. Saya juga diundang oleh 15 yayasan perempuan, seluruh perempuan yang ada di tempat itu bekerja seolah-olah mereka merdeka. Dalam kondisi diblokade, tertindas, mereka mampu memberdayakan perempuan, melakukan pelatihan ketrampilan, P3K, merehabilitasi mentalitas karena serangan-serangan. Dan untuk melakukan itu, mereka tidak membutuhkan ruangan yang besar, tapi ide-ide yang cemerlang.

Orang berlomba-lomba mendaftarkan diri sebagai penghafal Al Qur'an. Bahkan ada lembaga Tahfidz  perempuan yang sudah independen. Mereka tidak butuh guru laki-laki lagi. Mereka merasa bumi ini adalah bumi yang disucikan Allah, dan mereka harus mempertahankan bahkan merebut. Dan, banyak sekali tanah-ranah yang dirampas Israel, bisa mereka ambil kembali. Kata Ismail Haniya, "sejengkalpun kita tidak akan pernah membiarkan tanah Gaza dirampas dan harus kembali pada kami pemiliknya". Bersama itu, ada tanda-tanda tulisan " 85 kilometer lagi mendekati Al Quds". Mereka sangat yakin, bahwa kemenangan itu semakin dekat.

Kami dengar ceramah-ceramah mereka. Di situ mereka bilang, jika Israel bisa menghancurkan infrastruktur kami, tapi Israel tidak akan pernah bisa mengancurkan keinginan kami yang kokoh untuk mempertahankan Gaza ini. Mereka katakan, "kami tahu kami menderita, susah, tapi persoalan Al Aqsa adalah lebih utama dari persoalan penderitaan kami". Jujur, setelah melihat semua keajaiban itu, saya merasa sebenarnya bukan Gaza yang mendapatkan manfaat dari kedatangan kami, tapi kamilah yang mendapat banyak hal selama berada disini. Saya bisa simpulkan, bahwa apa yang saya ketahui tentang Gaza selama ini hanya 10 persen saja. Sisanya saya saksikan sendiri.

Yang dibutuhkan Gaza itu sebenarnya ada dua. Pertama adalah blokade itu harus dicabut. Kedua, pengakuan Internasional. Mereka merasa ada hak-hak mereka pada kita. Hak-hak ukhuwah. Mereka bilang,"Kewajiban kalianlah yang memberikan informasi ini kepada dunia Internasional agar blokade kami dilepas dan kami mendapat pengakuan Internasional".

Seringkali tercium aroma bunga yang sangat harum melintas. Ketika saya tanya salah satu syaikh, aroma apa ini ?, dia bilang kalau wangi ini adalah aroma kasturi. Dia bilang, ada peristiwa orang yang syahid.

Jika mereka benar-benar lepas dari blokade, Gaza akan melejit menjadi negara yang sangat kuat. Dari segi intelektual hingga penampilan. Mereka sepertinya sudah memahami pekerjaan dan kewajiban masing-masing,

Dulu, Almarhumah Yoyoh Yusroh, hanya enam jam berada di Gaza. Dan itu dalam kondisi pasca perang. Kesempatan kami kali ini jadi suatu anugerah. Yang namanya masuk Palestina harus diniatkan. Palestina harus ada dalam cinta kita. Bisa membuktikan cinta itu adalah anugerah yang sangat besar. Setidaknya itu yang saya rasakan setelah menyaksikan selaksa keajaiban di Gaza. selesai

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (1)

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (2)

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (3)

 

Sumber : 
Seperti dituturkan Nurjannah Hulwani kepada Purwanti dan Teni Supriyanti
Foto : knrp.or.id


Baca selengkapnya »
0 komentar

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (3)



Bertemu dengan Istri Syaikh Ahmad Yasin
Selama ini, saya hanya dengar kisah dan perjuangan Syaikh Ahmad Yassin. Disana saya bisa bertemu istrinya, saya bisa menggendong cucunya. Saya juga selama ini tahu Syaikh Ar Rantissi dari orang lain, disini saya bisa bertemu istrinya dan melihat makamnya. Dan rumah perdana mentri Palestina, Ismail Haniya, lokasinya tidak jauh dari rumah syaikh Ahmad Yassin dan Ar Rantissi.

Ketika kami datang ke keluarga Syaikh Ahmad Yassin, kami sudah diceritakan siapa syaikh Ahmad Yassin itu dari mulai profilnya, rumahnya dan perubahan luar biasa yang dilakukannya. Semula penduduk Gaza jauh dari agama, masjid-masjid kosong. Tapi semenjak dakwah yang dilakukan Syaikh Ahmad Yassin, masjid selalu luber, penuh. Kemudian pemuda-pemuda datang ke masjd untuk memenuhi masjid yang dulunya diimami orang yang buta dan tua, sekarang berganti dengan yang muda dan intelek. Sampai tidak ada bioskop di Gaza yang sebelumnya marak. Saat isteri Syaikh Ahmad Yassin menceritakan itu, rasanya tidak ada jarak diantara kami. Bagaimana gambaran masjid tempat Syaikh Ahmad Yassin melaksanakan shalat yang hancur diroket masih ada, selendangya, segala macam kenangan akan sang Syahid.

Berkunjung ke Makam Syuhada
Belum lagi ketika kita datang ke makam. Cerita-cerita hidup itu begitu menghantam ruhiyah kami. Dikatakan ada kuburan yang bertuliskan 'kullu nafsin dzaa ikotul maut' (setiap yang bernyawa pasti akan mati) ditujukan untuk orang yang meninggal biasa, seperti karena sakit atau karena tua. Tapi kalau yang meninggal itu syahid, ada tulisan yang artinya 'janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki' (Dikutip dari Al Qur'an surat Ali Imran Ayat 169-171)

Lalu saya tunjuk salah satu makam yang meninggal syahid. Ternyata itu adalah kuburan Syaikh Syiam. Dia adalah orang ketiga kelas kakap yang dibidik Israel. Satu makam ada tiga orang orang, satu anaknya dan keponakannya. Tubuh ketiganya hancur, kecuali kepalanya. Dan anaknya yang berusia 22 tahun hanya tinggal cicinnya. Bagaimana saya tidak merasa terpanggil,saya harus bertemu dengan ibu dari pemuda. Alhamdulillah, kami bertemu dengan ummu Mus'ab. Disitu kami diceritakan sebuah kisah luar biasa. Mereka mengorbankan seluruh harta yang dimiliki, suami yang mereka cintai, anak yang mereka kasihi dan sayangi demi kemuliaan bumi Gaza.

Setelah itu, pergilah kami ke kelompok-kelompok Tahfidz, dan kelompok cacat yang tengah di rehabilitasi. Selama ini biasanya kami melihat orang cacat karena kecelakaan. Mereka mengorbankan seluruh tubuh mereka untuk kemuliaan Al Aqsha. Di situ saya melihat mata yang tak lagi melihat, kaki yang tak lagi bisa berjalan. Tapi diwajah mereka tak saya lihat guratan kesedihan sedikitpun. Saya jadi bertanya, kontribusi apa yang sudah kita berikan demi kemuliaan Islam....bersambung

Tulisan Sebelumnya :

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (1)

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (2)

 

Sumber : 
Seperti dituturkan Nurjannah Hulwani kepada Purwanti dan Teni Supriyanti
Foto : knrp.or.id

Baca selengkapnya »
0 komentar

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (2)


 
"Cerita-cerita Hidup Mereka, Menghantam Kesadaran Kami" 


Kegelisahan Menanti Kepastian 
Beberapa hari di Mesir, kami melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai tempat. Mesir juga salah satu pusat peradaban. Kami mengunjungi museum, masjid, dan Piramid. Setelah itu, kami dapat kabar bahwa pada tanggal 13 Mei kami bisa berangkat menuju Rafah yang waktu tempuhnya hanya 6 jam. Kami dapat kabar bahwa pintu Rafah akan dibuka tanggal 20 Mei. Saya jadi teringat penundaan-penundaan yang terjadi pada aliansi internasional. Saya sampai bertanya-tanya, apa benar bisa dipastikan tanggal 20 Mei pintu Rafah dibuka? Tapi, sebelum berangkat, teman-teman dari Indonesia menyiapkan banyak alternatif. Pertama, kami berangkat atas nama ASPAC yang punya kekuatan lembaga. Kedua, kami sudah mengantongi surat ijin personal dan izin khusus.

Hati benar-benar gelisah menanti tanggal 20 Mei. Sampai rombongan inti membicarakan persiapan berangkat keesokan harinya. Mendengar hal itu, hati saya berbunga-bunga.  Pada saat perjalanan,sangat jauh berbeda ketika Hosni Mubarak masih berkuasa dengan kondisi sekarang. Meskipun saat itu yang masih berkuasa di Mesir adalah Militer. Kami sempat tidak nyaman juga karena jarak chek point di Al Arish cukup jauh, sekitar 6 jam perjalanan. Dan dari Al Arish masih 40 kilometer menuju Rafah. Dengan berbekal surat dan tim negoisasi yang handal, akhirnya kami berangkat di kawal panser-panser menuju Al Arish. Kami benar-benar merasa terhormat.

Setiba di Al Arish, kami diberitahu bahwa barang yang dibawa tidak boleh terlalu banyak. Di situ kami juga mendengar kabar bahwa di pintu Rafah ada semacam demo. Kami pun menunggu selama 3 jam dengan dikawal panser. Kita harus Berprasangka baik, karena memang niat kita baik. Allah takdirkan kami berangkat dengan niat yang sama, dan selama perjalanan kami banyak berdzikir. Alhamdulillah, perjalanan kami mulus hingga ke Rafah. 


Alhamdulillah Akhirnya Kami Menembus Gaza
Salah satu rombongan kami, belum memiliki visa. Dari awal, kami sudah  berikan gambaran bagi yang belum memiliki visa akan masuk ke Gaza melalui terowongan. Tapi sebelum itu, kami perjuangkan negoisasi agar semua bisa masuk melalui pintu Rafah. Setelah satu jam menunggu, akhirnya izin itu keluar. Ada salah satu anggota rombongan spontan menangis karena sudah lima kali ke Rafah tapi tidak bisa masuk. Sampai ada kata-kata"air mata kalian tidak pernah kamilupakan." Saking gembiranya, kami tidak tahu kalau Rafah itu bukan Gaza.


Setelah penerimaan yang pertama, kami dibawa dengan kendaraan yang cukup bagus menuju hotel di Gaza. Disitu saya mulai berpikir, apakah pengetahuan saya tentang Gaza sama seperti yang saya kira selama ini? Sampai saya bawa pakaian hanya tiga lembar di dalam ransel. Setibanya di Gaza, saya tidak bisa merasionalisasikan apa yang saya lihat. Benarkah ini Gaza ? di sana saya di sambut dengan sangat baik. Sambutan yang begitu tulus dari lubuk hati mereka yang paling dalam, terasa bukan basa-basi

Gaza berpenduduk 1,8 juta jiwa dengan luas wilayah yang mungkin hanya seluas kota Bogor, Jawa Barat. Sekitar 400 ribu penduduknya adalah orang mapan yang mengurusi 1,4 juta jiwa sisanya. Penduduk inilah yang hidup dalam kondisi yang sangat terbatas. Ada di antara mereka yang hidup di pengungsian, tanah mereka di rampas Yahudi, air kurang, listrik terbatas, tidak ada pekerjaan ternyata Allah siapkan 1,8 penduduknya untuk duduk di kementrian, parlemen, lembaga sosial dan lainnya. Mereka harus punya izzah (kemuliaan) dihadapan Yahudi dan Israel. Dari segi akademis hingga penampilan mereka layak berada di garis depan menghadang Israel. Jarang diantara mereka yang hanya sarjana S1, tapi S2 dan S3. Bayangkan, dalam kondisi tertindas mereka melakukan pekerjaan yang profesional. Nilai lebih lainnya, mereka rata-rata Hafal Al Qur'an.

Kami menjalani jadwal yang sangat padat disana. Jam 9 pagi kumpul dan pulang ke hotel bisa jam 4 sore. Dan ini sesuatu yang lama kami nantikan. Dalam jadwal itu, kami melakukan kunjungan-kunjungan ke tokoh-tokoh Palestina. Perjalanan kami ke Gaza kali ini, benar-benar menguras airmata. Ada banyak cerita penuh ibroh dan mengguncang ruhiyah. Kalau selama ini kami hanya mendengar dari banyak sumber, di sini kami benar-benar menyaksikannya.....bersambung

Lihat Tulisan sebelumnya :  

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (1)

Sumber : 
Seperti dituturkan Nurjannah Hulwani kepada Purwanti dan Teni Supriyanti
Foto : knrp.or.id
Baca selengkapnya »
0 komentar

Kisah Penuh Inspirasi Hj. Nurjannah Hulwani Menembus Gaza (1)



" Perjalanan kami ke Gaza kali ini, benar-benar menguras air mata. Ada banyak cerita penuh ibroh dan mengguncang ruhiyah. Kalau selama ini kami hanya dengar dari banyak sumber, disini kami benar-benar menyaksikannya."

Dituturkan oleh Nurjannah Hulwani kepada Purwanti dan Teni Supriyani, dimuat dimajalah Tarbawi edisi 277 
Dari berbagai info, baik pembicaraan orang-orang atau pemberitaan media, yang ada dalam benak saya, Palestina itu negara yang sangat menderita. Dipenuhi oleh orang-orang yang ketakutan. Tanah yang kumuh dan tempat tinggal yang tanpa rasa aman dan nyaman. Intinya dalam bayangan saya, Palestina itu benar-benar dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.
 
Pada tanggal 8 Mei lalu, saya dan rombongan, Soeripto, Ali Amril dan DR Muqoddam Cholil dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), Eko Anugrah dari KNRP Nusa tenggara Barat, Suryana Majana Sastra dari PKPU, Heri Efendi dan Bachtiar Nasir dari ASPAC for Palestine, Maryam Rachmayani dari ADARA Relief Internasional, Wirianingsih dari Persaudaraan Muslimah (SALIMAH), dan Akhmad Sadeli Karim dari Mathla'ul Anwar, berkesempatan datang ke Palestina.

Ini adalah perjalanan kedua setelah akhir tahun 2009 lalu. Tujuan kami datang waktu itu adalah untuk memberikan empati kepada warga Gaza pasca perang Furqan yang berlangsung besar-besaran selama 22 hari pada tahun 2008. Diperkirakan pada saat itu, ada 43 negara yang melakukan Munasharah untuk membempati, namun gagal. Dikelompok lain ada 16 negara eropa yang sudah mabit  (menginap) selama 30 hari dengan membawa 1.500 kontainer bantuan. Mereka berangkat dengan kekuatan lembaga. Dalam perjalanan kali ini, kami membawa rombongan di bawah bendera ASPAC for Palestine.

Sebelum bergabung dengan rombongan ASPAC for Palestine, rencananya kami akan masuk kedalam rombongan Syaddul Rihal yang terdiri dari 150-200 orang dari 20 negara. Keberangkatan pun sempat mengalami penundaan. Awalnya kami akan berangkat pada tanggal 10-12 April, namun akhirnya ditunda hingga 2-9 Mei. Tapi ditunda lagi hingga final tanggal 8 Mei 2012 kami berangkat menuju Mesir. Saya sudah mengalami perjalanan ini sebelumnya, dan penundaan-penundaan ini adalah bagian dari proses untuk bisa mewujudkan mimpi bertemu saudara-saudara kami di Gaza.

Ketika tiba di Mesir, kami mendapat beberapa kabar bahwa ada rombongan pengusaha dari berbagai macam negara sudah sampai dipintu Rafah tapi tidak bisa masuk, padahal mereka sudah mengantongi izin. Ada juga sebagian kelompok Sahabat Al Aqsha yang harus lewat terowongan. Kabar-kabar itu membuat perasaan saya berkecamuk, seperti diaduk-aduk. Perasaan seperti ini ujian juga sebenarnya, tapi kita berdoa saja supaya Allah beri kemudahan. Rencananya kami berangkat menuju Gaza tanggal 13 Mei. bersambung....

Baca selengkapnya »

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog