Search

Content

Rabu, 11 Januari 2012

Kembali Membersamai dan Mendekap Mereka di Barak Pengungsian


 
Tahun baru 2012, kelu karena tahun 2011 diakhiri dengan beberapa bencana, dan tahun 2012 diawali pula dengan beberapa bencana. Saat itu Ahad  (Minggu) 18/12 terjadi tanah longsor di desa Tieng Kejajar Kabupaten Wonosobo, desa yang terletak di bawah obyek wisata Dieng, hanya berjarak sekitar 10 menit perjalanan.

Sebuah kawasan desa di atas awan, deretan pegunungan menjulang namun sayang sebagian sudah berupa ladang-ladang yang kehilangan pohon besar yang menjadi penyangga. Kabut tebal sering menutup wilayah di ketinggian lebih dari  2000 mdpl. Penduduknya yang taat beribadah nampak memenuhi saf-saf shalat subuh. 

Minggu, sekitar pukul 14.30 saat itu hujan deras sejak pagi hari, tiba-tiba bumm..bumm bukit gunung pakuwojo, gunung diatas dusun ngesong desa tieng longsor dan menghantam rumah warga, beberapa rumah langsung hancur berantakan, kemudian meluapkan air sungai serayu yang berada di desa tersebut yang menyebabkan banjir bndang.Salah satu yang menjadi korban adalah salah seorang ibu yang sedang hamil 8 bulan ikut hanyut terbawa arus dan akhirnya ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa lagi.

"Untung kejadiannya siang mas, seandainya malam hari kemungkinan korban jiwa pasti akan sangat banyak", kata salah seorang warga. Penduduk bukannya tidak tahu akan resiko ini, jawaban sederhana dari lisan salah satu warga, " mas kita tahu cepat atau lambat bencana ini pasti tiba, kalau mau ditunda, ya perbanyak ibadah dan istighfar, kalau mau dipercepat, ya maksiatnya yang banyak. Sebuah jawaban sederhana tapi sarat makna.


Saya menjadi bagian dari tim pkpu yang diterjunkan ke lokasi, mulai malam senin dan kemudian senin pagi langsung menuju lokasi, melakukan assesment, dan tindakan cepat membuat posko dapur air, posko yang menyediakan minuman hangat teh, susu, kopi untuk pengungsi, mengusir hawa dingin. 


Pengungsi yang berada di balai desa Tieng berjumlah 658 orang, dengan kondisi yang masih seadanya, bercambur dan yang lebih memprihatinkan, mereka tidur dengan sebagian besar hanya beralas karpet tipis. Saya beringsut, setelah usai melayani di dapur air, saya berbaur dengan mereka, mendekap anak-anak dan bersama fifit, salah satu relawan pkpu mencoba sedikit memecah ketegangan dan trauma mereka, megajak bermain sederhana untuk berkenalan dan selanjutnya melakukan aksi trauma healing yang terprogram. (lihat artikel : Bunga dan Senyum Terkembang di Barak Pengungsian)




Selanjutnya pkpu mendirikan serambi nyaman, barak pengungsian yang di set khusus untuk ibu menyusui, bayi dan balita. tadinya masih darurat tapi kemudian benar-benar menjadi serambi nyaman setelah pkpu pusat langsung datang ke lokasi (lihat serambi nyaman)

 Serambi Nyaman

Ada spirit sendiri bila membersamai para pengungsi, melihat ketegaran dan upaya untuk semakin dekat dengan Tuhan, karena Ialah pemilik segalanya. Seperti sorot mata yang saya lihat dari seorang ibu, anak menantunya yang sedang hamil delapan bulan ikut menjadi korban, atau celotehan salah seorang anak yang orang tuanya ikut menjadi korban. Semua ada hikmahnya, bertautnya hati mereka yang membantu dengan mereka yang menjadi korban. Saya melihatnya kemudian tak terasa air mata ini menetes, Bangsa ini adalah bangsa besar, ketegaran bertemu dengan kedermawanan..ada banyak relawan independen, lembaga-lembaga donor, LSM maupun LAZ Nasional lain, PMI, BPBD, Lembaga Pemerintah yang lain yang menyalurkan bantuan dari para dermawan, semuanya bahu membahu membantu mereka yang terkena musibah ini, tangan-tangan bangsa ini harus terus bergandengan tangan, memperkuat satu dengan lainnya. Saya mencintai bangsa ini, Indonesia Raya.


*Terima kasih untuk para Relawan yang sudah ikut terlibat bersama PKPU, fifit, Widi, mas Ryan, Fuad, Yusuf, Gebyar, P Taufik, Nissa dan temen2 PSIK UNDIP, semoga Allah swt membalas dengan pahala dan kebaikan yang berlipat.

Release dapat dilihat di : blog pkpu purwokerto


0 komentar:

Posting Komentar

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog