Sebenarnya bukan kesengajaan saat memilih novel Tere Liye yang berjudul "Rindu" ini, hanya ingin membeli novel karya Tere Liye saja. Ternyata saya suka sekali dengan novel ini, pantas saja saat membaca novel ini sudah cetakan yang ke 44 di bulan Maret 2017. Novel ini diterbitkan oleh Republika, dan di tahun 2015 novel 'Rindu" ini mendapat penghargaan sebagai Buku Islam Terbaik Islamic Book Award 2015.
Novel ini sangat sederhana, hanya menceritakan tentang perjalanan Haji dengan latar tahun 1938 saat Indonesia belum merdeka dan masih menggunakan nama Hindia Belanda. Namun dari kesederhanaan inilah rangkaian cerita demi cerita sangat epik dan seru untuk dinikmati, karena tanpa sadar kita seperti dibawa dalam mesin waktu. Menyelami suasana heroiknya berangkat haji menggunakan kapal dan menikmati suasana kota - kota di Indonesia ditahun tersebut. Sepertinya Tere Liye serius untuk melakukan riset dalam menulis novel ini.
Latar suasana di Makassar dan tokoh tokoh yang terlibat didalamnya membuat saya sangat tertarik untuk mempelajari dan berkunjung ke Makassar. Gelar Andi untuk saudagar bugis, Daeng , Karaeng, yang menjadi panggilan khas dan kehormatan Makassar dll. Kentalnya suasana ke Islaman menjadi kan Sulawesi Selatan salah satu daerah dengan cukup banyak warganya pergi ke Tanah Suci, ini berlangsung sampai saat ini dimana antrian untuk Haji di SULSEL sudah sampai lebih dari 30 tahun.
Cerita menjadi semakin seru, antara perjalanan berminggu - minggu menuju tanah suci, melewati kota kota pelabuhan di Indonesia, bertemu dengan suasanan perlawanan melawan penjajah Belanda, dan yang menarik dalam novel ini diceritakan bahwa sesungguhnya tidak semua penduduk Belanda setuju dengan penjajahan Belanda di Indonesia.
Novel ini sangat layak untuk dibaca dan juga dibacakan untuk anak-anak kita. Dan karena novel ini pula yang membuat kami tertarik untuk ke Makassar, dan ternyata saat ini kami sekeluarga sudah berada di Makassar.
0 komentar:
Posting Komentar