Search

Content

Selasa, 15 Juni 2021

Menjalani Hidup Minimalis




Ngeri saat membaca kasus korupsi di Jiwa Sraya , Bansos dll, bisa jadi salah satu penyebab perilaku korup adalah ketamakan, keinginan untuk memiliki terus dan terus
Beberapa tahun yang lalu Saya membaca buku ini, Good Bye Things . Buku tulisan Fumio Sasaki ini bercerita tentang gaya hidup minimalism di Jepang. Menjadi semacam antitesa tentang berusaha mengejar dan terus memiliki barang barang yang menyebabkan keterjebakan pada ketamakan.
Dari membaca buku ini kemudian membuat saya jadi merenung ,memiliki barang tidak terlalu banyak ternyata asik juga, dan memang tidak semua harus dimiliki. Apalagi dikeluarga nomaden seperti keluarga Saya, yang hidupnya masih berburu dan meramu ha ha karena memang selalu berpindah tugas antar kota dan pulau.

Mungkin rasanya seperti backpacker yang membawa barang sekedar dibutuhkan didalam ransel, akan lebih lincah ketika Travelling, keluar masuk bus atau kereta dibanding membawa koper koper berat.
Minimalism juga menjauhkan kita dari pola hidup hedonic treadmil, pacuan yang sebenarnya tidak membawa kita kemana mana. Penghasilan yang seperti terus membesar tapi seolah pengeluaran juga jadi terus membesar, seperti orang yang lari di treadmil.
Minimalism juga mendorong kita untuk lebih banyak waktu bercengkrama dengan keluarga dibanding ngurusin barang, lebih banyak dana yang bisa disisihkan untuk sedekah ,menabung dan berinvestasi, dan bisa lebih fokus pada pekerjaan maupun aktifitas yang menjadi tanggung jawab utamanya.
Kalau ditanya apakah Saya sudah bener bener menjalankan gaya hidup minimalis, ngga juga sih masih belum ideal karena masih suka kalap buat belanja buku, jadi kalau moving antar kota kardus bukunya masih banyak.

Paling tidak karena keinginan untuk minimalis Sy jadi terjauhkan dari keinginan untuk hutang.

Menurut temen temen, gimana nih melihat tentang gaya hidup minimalis? atau malah sudah menjalaninya?

0 komentar:

Posting Komentar

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog