Dari Tsunami di Jepang kita bisa mengambil banyak pelajaran disana, beberapa hal yang menurut pendapat saya bisa menjadi acuan untuk penanganan bencana di Indonesia
1.bantuan ke Jepang.
Membanggakan ada wacana bagaimana membantu Jepang. Dalam kondisi tanggap darurat sungguh memilukan memang. Dalam ukuran kurang dari 30 menit semua berubah. Hilang lenyap semua kemegahan dan kehebatan teknologi. Untuk bantuan tanggap darurat baru USA, Korea, UK, China dan Jerman beroperasi dengan peralatan lengkap disertai dengan anjing pelacak. Melihat situasinya, tim tamu harus mandiri mulai dari BBM, transportasi dan logistic. Suhu di kawasan utama bencana kurang dari 10derajat.
Dengan meledaknya PLTN, pasokan listrik berkurang drastis. Sekarang pemadaman bergilir, berhentinya layanan kereta api dan bus, lift dan toko2 ditutup, kemudian kurangnya pasokan makanan (beras, roti, sayuran, susu dan kebutuhan primer lain). Untuk membelinya harus antri puluhan meter, mulai pagi, jam12 ludes habis dan toko tutup. BBM juga terhambat pasokannya, antri ratusan meter. Yang unggul posisi adalah angkatan laut (Amerika, Jepang) yang bisa beroperasi dari laut
2. Siaran TV
Saya sependapat bahwa siarann tv masih seperti radio bergambar. Coba saja liat komentator olahraga, menceritakan detil arah bola, pergerakan pemain dll.
Nah dalam menyampaikan reportase bencana, kita bisa belajar banyak. 3 hari pertama bencana, semua siaran tv tidak berbayar hanya focus satu hal meliput bencan tsunami, tidak ada iklan, tidak ada acara lawak, nyanyi dll, tidak ada pameran dan rebutan ucapan belasungkawa dari “bla bla”. Siaran yang ada tanpa mengaharu biru dengan tangisan, juga tidak diperlihatkan jenazah!!!, tidak ada Tanya jawab dengan korban sambil ditanya bagaimana perasaannya.
Nah berlindung dibalik UU kebebasan siaran, hak mendapatkan informasi bagi semua, rupanya bablas menjadi siaran seperti maunya TV tanpa mengindahkan etika. Rupanya masyarakat harus bisa memberikan SOCIAL PUNISHMENT, tidak harus lewat pengadilan, tapi gerakan tutup liat siaran. Harapan kita semua, bukan hanya cara belajar dalam penanggulangan bencana tapi juga reportase bencana yang beretika.
Dalam pengamatan, tidak ada caci maki terhadap pemerintah atau pelaku PB. Semua kompak bagaimana menyelamatkan saudaranya yang terkena bencana, tidak mencari dan menyalahkan. Kemudian, yang tampil di TV adalah para pofesional dalam bidangnya bukan hanya memberikan komentar. Itu juga suatu pelajaran sehingga tidak membangun opini yang salah. Mulai hari ke-3, sudah ada analisa mulai dari mekanisme gempa dan pola aliran tsunami yang ujungnya adalah bagaimana penanggulangan bencana ke depan.
3. EWS
Tidak ada suatu alatpun yang dapat diandalkan untuk warning tsunami kecuali gempa itu sendiri. Untuk orang jepang, alat EWS tsunami adalah gempa kuat itu sendiri. Otomatis sirene di kawasan pantai berbunyi dan warga pantai evakuasi ke daerah tinggi. Ini diperlihatkan pada saat gempa pada tanggal 9maret2011 (kekuatan 6.3). Nah, gempa kekuatan 9 dengan tinggi gelombang tsunami antara 4-7meter serta rendamannya sampai 5km diluar perhitungan. Bisa dilihat dari TV, masyarakat merasa sudah ada di ketinggian ternyata bisa dikejar oleh lidah tsunami. Dari pengamatan, tinggi gelombang pecah dipantai akan tetapi energy dan volume air yang mendesak dan merangsak jauh ke daratan. Beberapa rekan jepang disini mengatakan tidak percaya kejadian tsunami di Aceh, tetapi setelah mereka saksikan, tsunami Sendai kembaran tsunami Aceh. Baru mereka percaya.
Untuk informasi, Jepang tidak memang alat untuk warning system tsunami. Kalaupun ada masih dalam tahap eksperimen dan untuk deteksi sumber tsunami jauh misal dari Chili, California dll. Untuk sumber tsunami dekat ya warningnya gempa itu sendiri.
Hal lain, masyarakat Jepang sangat percaya dengan segala benteng di kawasan pantai mampu melindungi mereka dari tsunami. Minimal ada satu atau dua tanggul di depan pelabuhan dengan tinggi sesuai dengan rekaman tinggi tsunami sebelumnnya. Kemudian, semua jalan yang terbuka ke pantai dilengkapi oleh dinding pintu baja setebal 50cm dengan tinggi 3m yang akan menutup secara otomatis bila sirine peringatan berbunyi, dengan maksud untuk menghambat aliran air(gempa lagi jam 11.09) Fakta tsunami yang datang ternyata lebih tinggi dari yang pernah tercatat dalam sejarah.
Salah satu kawasan terkenal di Mie Perfecture (dekat Nagoya, pernah dikunjungi pada 2007 dan 2009) dilengkapi dengan 3 lapis barier di laut dan pintu baja yang akan otomatis menutup bilamana sirene berbunyi. Untuk daerah yang dilingkari pantai dan sungai, didirikan menara dengan ketinggian 10m karena catatan sejarah tsunami 1954 tinggi air mencapai ketinggian 6m. nah, warga Jepang pada umumnya dilatih untuk bertahan selama 4 hari sebelum datang bantuan pemerintah. Mereka diajarkan bertahan hidup sampai bantuan datang. Di daerah ini, penguasa utama bencana adalah pak Camatnya yang secara otonom membangun system PB tsunami, dilengkapi dengan seismogram yang dijaga selama 24jam. Untuk info, semua pemerintah local disini melengkapi diri dengan seismogram, juga perguruan tinggi. Ketika gempa dirasakan, bisa dilihat infonya di layar. Info tersebut sebagai alat keputusan evakuasi atau tidak.
Dalam kasus Sendai, bantuan penyelamatan yang datang pada hari ke-2 sudah luar biasa. Bayangkan bahwa luasan bencana luar biasa, dan sulit didatangi, akan tetapi bisa kita bandingkan prosentase korban manusia dengan kerusakan fisik yang terjadi seperti di bawah ini
Casualties by the Eartquake and tsunami
As of 14:00Z 14 March 2011 by the Japanese Fire and Disaster Managemet (JFDM)
1.Dead: 1,154 persons
2.Missing: 1,956 persons
3.Injured: 2,650 persons
4.completely collapsed houses: 4,716
5.half and partially damaged houses: 68,229
6. Fires: 224 events (142 fires were already extinguished)
Untuk Indonesia memasang dan memelihara alat deteksi tsunami selain mahal dan yang diuntungkan adalah India, Srilangka dan Australia. Kenapa? Sumber gempa kita sangat dekat dengan daratan sehingga alat kita kalaupun berfungsi terlambat memberikan informasi. Untuk Negara lain, ada waktu untuk menyiapkan diri sebelum gelombang tsunami datang. Oleh karena itu, dalam waktu dekat, cara murah untuk EWS tsunami ya evakuasi dulu ketika dirasakan gempa cukup kuat. Menyebalkan, bt dan capek bila tsunami gak datang? Jangaaann, bersyukur pada Mahakuasa yang bisa kita Lakukan.
Source : Milis Bencana ( tulisan Haryadi Permana)
0 komentar:
Posting Komentar