Kala itu Takezo adalah seorang pria yang putus asa dan mau meninggalkan semuanya: baik pekerjaan maupun hubungan (persaudaraan/pertemanan). Ia mau berhenti hidup.
Lalu, ia pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan seorang Zen bernama Takuan. Katanya, "Apakah Takuan bisa memberiku satu alasan yang baik agar jangan berhenti hidup dan menyerah?"
Jawaban Takuan sangat mengejutkan, "Coba lihat sekitarmu, Takezo. Apakah kamu lihat pohon pakis dan bambu itu?"
"Ya," jawab Takezo. "Aku melihatnya."
"Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, alam merawat keduanya dengan sangat baik. Alam memberi keduanya cahaya dan air. Pakis tumbuh sangat cepat di bumi, daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan.
Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apa pun, tapi katanya, 'Aku tidak menyerah.'
Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin segar dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi katanya, 'Aku tidak menyerah!'
Pada tahun ketiga, bambu belum juga memunculkan sesuatu, tapi katanya, 'Aku tidak menyerah!'
Di tahun keempat, masih belum ada apapun dari benih bambu. Ia berkata, 'Aku tidak menyerah!'" demikian cerita Takuan.
Pada tahun ke-5, muncul tunas yang lebih kecil dari tunas pakis. Yah, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.
Tapi 6 bulan kemudian, bambu tumbuh menjulang sampai 100 kaki (sekitar 30 meter). Rupanya, untuk menumbuhkan akar secara maksimal, perlu waktu 5 tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan bisa memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.
"Sang Pencipta tak kan memberi kita cobaan yang tak sanggup diatasi oleh ciptaan-Nya," kata Takuan kepada Takezo. "Tahukah kamu, Takezo. Saat menghadapi kesulitan dan perjuangan berat seperti ini, kau sebenarnya sedang menumbuhkan 'akar-akar' yang kuat? Alam tidak meninggalkan bambu itu. Sang Pencipta juga tidak meninggalkan kamu."
"Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain," kata Takuan. "Bambu punya tujuan yang berbeda, dibandingkan dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah. Waktu untuk Anda akan datang. Anda akan menanjak dan menjulang tinggi, asalkan tetap mengandalkan Sang Pencipta dalam setiap rencana dan jalan hidup Anda."
Demikian sepenggal percakapan Shinmen Takezo, sebelum menjadi Miyamoto Musashi (seorang samurai dan ronin yang sangat terkenal di Jepang pada Abad Pertengahan).
Oleh: Andrie Wongso
Lalu, ia pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan seorang Zen bernama Takuan. Katanya, "Apakah Takuan bisa memberiku satu alasan yang baik agar jangan berhenti hidup dan menyerah?"
Jawaban Takuan sangat mengejutkan, "Coba lihat sekitarmu, Takezo. Apakah kamu lihat pohon pakis dan bambu itu?"
"Ya," jawab Takezo. "Aku melihatnya."
"Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, alam merawat keduanya dengan sangat baik. Alam memberi keduanya cahaya dan air. Pakis tumbuh sangat cepat di bumi, daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan.
Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apa pun, tapi katanya, 'Aku tidak menyerah.'
Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin segar dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi katanya, 'Aku tidak menyerah!'
Pada tahun ketiga, bambu belum juga memunculkan sesuatu, tapi katanya, 'Aku tidak menyerah!'
Di tahun keempat, masih belum ada apapun dari benih bambu. Ia berkata, 'Aku tidak menyerah!'" demikian cerita Takuan.
Pada tahun ke-5, muncul tunas yang lebih kecil dari tunas pakis. Yah, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.
Tapi 6 bulan kemudian, bambu tumbuh menjulang sampai 100 kaki (sekitar 30 meter). Rupanya, untuk menumbuhkan akar secara maksimal, perlu waktu 5 tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan bisa memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.
"Sang Pencipta tak kan memberi kita cobaan yang tak sanggup diatasi oleh ciptaan-Nya," kata Takuan kepada Takezo. "Tahukah kamu, Takezo. Saat menghadapi kesulitan dan perjuangan berat seperti ini, kau sebenarnya sedang menumbuhkan 'akar-akar' yang kuat? Alam tidak meninggalkan bambu itu. Sang Pencipta juga tidak meninggalkan kamu."
"Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain," kata Takuan. "Bambu punya tujuan yang berbeda, dibandingkan dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah. Waktu untuk Anda akan datang. Anda akan menanjak dan menjulang tinggi, asalkan tetap mengandalkan Sang Pencipta dalam setiap rencana dan jalan hidup Anda."
Demikian sepenggal percakapan Shinmen Takezo, sebelum menjadi Miyamoto Musashi (seorang samurai dan ronin yang sangat terkenal di Jepang pada Abad Pertengahan).
Oleh: Andrie Wongso
0 komentar:
Posting Komentar