Search

Content

Sabtu, 07 Mei 2011

Bahagianya Sederhana, Sederhananya untuk bahagia

Sudah beberapa bulan ini saya selalu mengamati teman saya satu ini. Usianya tak lagi muda, kepribadiannya gak banyak bicara lebih banyak senyumnya, tapi jangan dikira dia rendah diri, dia penuh senyum dan pe de selalu walau motor bebek tunggangannya bener bener sangat sederhana, kayaknya gak bakalan ada di indonesia.

Semua orang geleng geleng dengannya, kok ya maunya memutuskan hidup seperti itu padahal kalo mau, sepertinya dia bisa saja membeli mobil yang cukup murah di kota Phnom Penh ini dibanding harga mobil di tanah air. Tapi itu tidak dilakukannya, dia cukup bahagia dengan apa yang dipunyainya.

Kata orang sih “kalo mau sukses, bertemanlah dengan orang yang telah sukses!”, rasanya rugi besar kalo tidak bertanya kepada teman ini rahasia suksesnya hidup sederhana dan bahagia.

Ternyata teman kita ini dulunya pernah bekerja di Jakarta selama beberapa tahun, dia bercerita kehidupan yang begitu ketat dan pergaulan yang konsumtif membawanya pada kebiasaan kebiasaan hidup gaya metropolitan. Kartu kredit punya 4 (emapat), gadget HP terbaru, lewat 6 bulan kudu ganti lagi dan hang out setiap minggunya. Mobil bekas nyicil begitu pula motor untuk anaknya yang beranjak SMA itu. Tiap bulan jantung jedag jedug karena debt collector menyambangi pintu entrance kantornya. Asal ada pria hitam berperawakan sangar berdiri, dia udah trauma duluan.

Akhirnya hidup sudah tidak terasa nyaman lagi, di luar orang lain mengira dia baik baik saja, padahal baginya besok pagi adalah neraka. Istrinya menyarankan mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi lagi dan akhirnya terdamparlah dia di Kamboja ini, 5 tahun lebih dulu dibanding saya.

Dengan bekal trauma itu, dia belajar merubah gaya hidup terlebih teman teman lokal yang dipilih untuk berinteraksi adalah teman teman lokal golongan biasa biasa saja sehingga mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan membeli motor bebek, belajar makan makanan tradisional mereka, gaya hidup, dsb.

Dengan gaji expat, pengeluaran lokal, membuat hidupnya makin baik yang akhirnya dapat memboyong anak dan istrinya untuk hidup di sini. Aset aset yang ada dijual dan seluruh hutang dilunasi. Anak anaknya yang beranjak ABG pertama tama protes, karena nggak bisa gaul di sini, boro boro sekelas DUFAN lha bisokop sekelas 21 aja nggak ada di sini, tapi lambat laun semuanya terbiasa malah lebih senang katanya.

“Kenapa?” tanya saya suatu hari. Anak anak itu berbicara tentang pergaulannya yang internasional karena sekolah di internasional school dengan teman teman dari berbeda negara, yang biaya sekolahnya bisa jauh lebih murah dibanding sekolah lokal ngetop di Jakarta, bebas macet, lingkungan yang sederhana, gak malu kalo pake baju gak bermerk, la wong merk aja orang orang sini gak paham paham banget kok.

Dengan hidup sederhana itu, dia otomatis cuman nabung saja dan setelah beberapa tahun menabung, akhirnya tercipta 6 rumah kos kosan tanpa kredit dari bank yang sekarang dikelola oleh ibundanya yang tinggal seorang diri di kampung.

“Melihat tabungan kita tambah besar dan besar setiap bulannya, membuat hidup saya tambah pe de mas boy” ujarnya suatu hari. “Di sini enak, orang gak perduli kita pake apa, demikian juga orang indonya sendiri disini, mereka maklum kalo kita hidup di rantauan, jadi gak perlu ada gengsi gengsian lah” tambahnya.

Dari pengalamannya ini membuat saya berpikir dan menarik kesimpulan bahwa faktor lingkungan memang sangat membawa andil dalam sikap dan prilaku kita ternyata. Informasi dan rayuan rayuan dalam bentuk iklan di TV tidak banyak pengaruhnya dibanding pengaruh dasyat dari pergaulan, pergaulan dimana orang gak perduli anda pake HP merk apa, baju merk apa dan mobil jenis apa adalah suatu keadaan yang mungkin sangat jarang di temui di kota kota besar di Indonesia.

sumber: http://boyindra.com/2011/02/21/bahagianya-sederhana-sederhananya-untuk-bahagia/#comments

1 komentar:

Anonim
at: 19 April 2012 pukul 19.20 mengatakan...

saya sekarang juga berusaha utk hidup sederhana dgn keluarga. memang susah sih. tapi kami bisa tidur dgn tenang, tdk seperti dulu, emosi sendiri setiap kali melihat slip gaji yg terpotong. Prinsip hidup : jauhi hutang/cicilan yg mudah dari pikiran kita!!!

Posting Komentar

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog