Search

Content

Sabtu, 13 Agustus 2011

Menjadi Yatim Bukan Sebuah Pilihan, Muliakanlah “Mereka”




Catatan Menjelang  Pemecahan Rekor MURI Belanja Bareng 3333 Anak Yatim Serentank di 13 Kota di Indonesia Ahad 14Agustus 2011



Menjadi yatim bukanlah sebuah pilihan. Tentu semua anak ingin mempunyai orang tua yang utuh. Ayah dan Ibu. Tetapi ketika menjadi yatim adalah sebuah bagian episode yang telah Allah tuliskan, kitapun tak mampu mengelaknya. Dan berfikir positif, inilah yang terbaik menurut Allah seberat apapun itu. Hal inipun semakin saya sadari ketika Allah mengambil Ayah saya. Saya yang sudah cukup umur kala itu, merasakan sangat beratnya di tinggal Ayah. Apalagi mereka yang masih kecil, tentu jauh lebih berat. Hari-hari tanpa seorang Ayah, tak ada yang membelanya ketika di ejek oleh teman, tak ada yang bisa dinaiki punggungnya ketika jalan-jalan, tak ada teman untuk ke masjid/ibadah bersama-sama, tak ada yang akan memujinya penuh bangga ketika menuai prestasi, dan tak ada tak ada lainnya.

Ini bukan sebuah pilihan, itulah yang ingin saya sampaikan ke teman-teman semua. Ketika sesekali saya bertemu dan berkumpul dengan anak-anak yatim itu, selalu saja air mata tak mampu saya tahan. Bukan hanya rasa iba yang saya rasakan, tetapi adalah sebuah keinsyafan, betapa belum banyak hal yang saya lakukan untuk mereka. Melihat senyum mereka, semakin membuatku tersadar, untuk selalu menjaga senyum itu, untuk mereka adik-adik yatim saya.
Saya lalu teringat Rosulullah, dimana beliau terkenal dengan perhatian dan kasih sayangnya kepada anak yatim. Bukan saja karena beliau dilahirkan dalam keadaan yatim, tetapi juga karena al-Qur’an memberi tempat istimewa bagi golongan ini. Rosulullah pernah berkata “Aku dan pengasuh anak yatim [kelak] di surga seperti dua jari ini” [HR. Bukhari].

Saat mengucapkan kalimat itu, Rasulullah menunjuk jari telunjuk dan jari tengah sembari merapatkan keduanya. Dan, “Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan [diasuh] dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.” [HR. Ibnu Majah].

Saudaraku…..

Mari kita ingat kembali sebuah kisah. Dari riwayat Anas bin Malik ra, ada sebuah kisah yang terjadi di Madinah di zaman Rasulullah SAW, dimana pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW bersama keluarganya dan beberapa sahabatnya seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para muslimin dan muslimah, mukminin dan mukminah agar merasa bahagia di hari raya itu.

Alhamdulillah, semua terlihat merasa gembira dan bahagia di Hari Raya Ied tersebut, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di sebuah sudut ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang.

Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.

Rasulullah saw kemudian meletakkan tangannya yang putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut : “Anakku, mengapa engkau menangis? Bukankah hari ini adalah hari raya?”

Gadis kecil itu terkejut bukan kepalang. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita : “Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Semua anak-anak bermain dengan riang gembiranya. Aku lalu teringat pada Ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikan aku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah saw membela Islam dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku sudah tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim.  Jika aku tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?”

Setelah Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata:

“Anakku, hapuslah air matamu… Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan aku katakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu?  … Dan apakah kamu juga ingin Ali menjadi pamanmu?. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu?…. dan Hasan dan Husein menjadi adik-adikmu? dan Aisyah menjadi ibumu ?. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya.

Masya Allah, benar dihadapannya adalah Rasulullah saw, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah di hatinya. Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah saw, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah saw menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah saw yang lembut seperti sutra itu.

Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga sejumlah uang  untuk hari raya. Lalu ia diantarnya gadis itu keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu bertanya :“Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?”


Sambil menunjukkan gaun baru dan uang sakunya gadis kecil itu menjawab :
“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang paman, namanya Ali yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatima Az`Zahra, . Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia dan bangga memiliki adik adikku yang menyenangkan bernama Hasan dan Husein. Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.” Maka anak-anak yang sedang bermain dengannya sampai berkata: “Ah, seandainya ayah-ayah kita mati terbunuh pada jalan Allah ketika perang itu, tentu kita akan begitu.”

Dan tatkala Nabi saw meninggal dunia, anak kecil itu keluar seraya menaburkan debu ke atas kepalanya, meminta tolong sambil memekik: “Aku sekarang menjadi anak asing dan yatim lagi.” Maka oleh Ali Bin Abi Thalib (dalam riwayat lain Abu Bakar Ash Shiddiq ra) anak itu dipungutnya.

Saudaraku….

Kata Yatim disebut sebanyak 23 kali dalam Al Qur’an. Dalam sebuah hadist qudsi diriwayatkan bahwa Allah hanya menerima shalat orang-orang yang menyayangi dan menyantuni orang miskin, ibnu sabil, janda dan anak yatim. Begitu tingginya Al Qur’an mengangKat “anak yatim”, hingga dalam Al Qur’an kita dilarang untuk menghardik anak yatim, dan mengancamnya dengan ancaman yang berat kepada orang yang memakan harta benda anak yatim.

Dalam surat Al Ma’un ayat 1 & 2, jelas dikemukakan bahwa :

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ? Itulah orang yang menghardik anak yatim.”

"Berbuat baik kepada yatim adalah salah satu tanda orang yang benar imannya, yang takwa dan orang-orang yang baik."(QS. 2:177 dan QS 76:8)

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar” Q.S An Nisa ayat 2

”Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)." Q.S.An Nisa ayat 6):
Demikian juga didalam Hadist, Rasulullah memberikan banyak contoh yang berkaitan dengan anak yatim, antara lain :

“Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka Allah akan menuliskan kebaikan pada setiap lembar rambut yang disentuh tangannya”. (HR. Thabrani, Ahmad);

“Sesungguhnya, seorang laki-laki mengeluh kepada Rasulullah, karena hatinya keras. Rasulullah berkata :”Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin”. (HR. Ahmad);

“Aku dan pemelihara anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya, lalu membukanya)." (HR. Bukhari, Turmudzi, Abu Dawud);

“Barangsiapa mengambil anak yatim dari kalangan muslimin, dan memberinya makan dan minum, Allah akan memasukkannya ke surga, kecuali bila ia berbuat dosa besar yang tidak terampuni”. (HR. Turmudzi);

“Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan sebaik-baiknya, dan sejelek-jelek rumah kaum muslimin ialah rumah yang didalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan jelek”. (HR. Ibnu Mubarak)

”Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghiasinya pada hari Kiamat."  (HR. At Thabrani);

Subhanallah….sudah sangat nyata bukti yang ada, betapa kita harus memuliakan mereka. Mampukah kita meniru Rasullullah? Rosulullahpun mempunyai gelar indah “Abul Yatama” (Bapaknya anak-anak Yatim) karena sifat kasihnya kepada anak-anak yatim.
Betapa sungguh mulia ahlaknya, sungguh banyak anak2 yatimnya. Sedangkan kita?? Tak bisakah kita bagi kebahagiaan untuk mereka? Tak bisakah merangkai senyum mereka dan menjadikan mereka menjadi bagian dalam keluarga kita. Saatnya kita mulai dari sekarang untuk membahagiakan mereka, dan berani mengatakan….Saudaraku, engkau tak sendiri…karena ada kami yang akan merangkai kebahagiaan bersamamu….:)(retno)
  
Saatnya kita mulai untuk berkontribusi untuk senyum dan kegembiraan mereka. Biarkan mereka merasakan membeli dan berbelanja barang-barang yang mereka butuhkan, yang mungkin selama ini hanya mampu mereka mimpikan dan lihat di TV ataupun yang lainnya.

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik” Q.S. An Nisa ayat 5

Sebuah catatan sejarah bagi saya, rekan-rekan pkpu,donatur untuk bisa membagi kebahagiaan,di Purwokerto hari ini bersama 130 anak yatim di Moro Grosir pukul 08.30.

Live Streaming Bisa disaksikan di : http://pkpu.tv/bby/




0 komentar:

Posting Komentar

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog