Search

Content

0 komentar

Habibie dan Misi Keluarga





Seorang suami yang memiliki misi hidup yang jelas lalu membuktikannya sepanjang hidupnya bersama istrinya lalu juga anak anaknya bahkan menjadi misi keluarganya, seolah bagai mata air inspirasi dan manfaat yang tak habis habisnya.

Pak Habibie, misi nya sejak muda, cuma satu, bagaimana membangun kedirgantaraan yang khas Indonensia sehingga memberi manfaat sebesarnya besarnya bagi bangsa Indonesia. Misi yang mengkristal dalam tempaan kehidupan semasa muda, diikrarkan di ranjang rumah sakit dalam keadaan nyaris mati, lalu dibuktikan selama hidupnya sampai kini.

Lihatlah bagaimana lelaki sejati itu tak kenal pensiun sampai Allah nanti mewafatkannya, mengapa? karena ia terus menunaikan misinya, panggilan hidupnya, tugas spesifiknya, peran peradabannya yang apabila tercapai (accomplished) maka tercapailah maksud penciptaan Tuhannya atas dirinya.

Lihatlah sorot mata nya berapi api jika berbicara misi dan visi hidupnya, ia seolah pemuda 19 tahun dalam tubuh seorang kakek berusia 81 tahun. Lihatlah kegeraman lelaki sejati itu kepada siapapun yang dianggap menghalangi misi suci hidupnya itu.

Lihatlah beliau bahkan berhasil membawa istrinya dan anak anaknya kepada keluhuran misi visi personalnya yang kemudian menjadi misi visi keluarganya bahkan kini misi visi keturunannya.

Ilham Habibie, putra sulungnya, hasil "pendidikan" istrinya, Ainun, yang berhasil menurunkan misi, visi dan value Habibie menjadi proses "pembudayaan" atau "pemeradaban" di rumahnya. Hanya ada 2 orang yang mengambil S3 bidang pesawat terbang di muka bumi, yaitu Habibie dan Ilham Habibie. Misi keluarga yang ajeg dan hebat dinarasikan akan membuat pendidikan di rumah memiliki sandaran dan pijakan yang kokoh untuk bergerak.

Ia, Habibie, tak mencari harta, ia tak mencari kekuasaan, ia tak mencari popularitas, ia fokus mencari makna, ia fokus pada misinya, ia bersuka dan berduka menjalani segala ujiannya, jalan mendaki lagi sukar, namun dengan misi yang jelas terpampang di depan mata dan terhunjam di dalam dada. Lalu Allah berikan harta, kedudukan bahkan posisi presiden yang tak pernah sedetikpun menjadi ambisinya. Baginya itu semua tak ada artinya dibandingkan manfaat besar bagi bangsanya berupa rancangan pesawat khas Indonesia beserta manfaatnya.

Tak seperti kebanyakan pejabat yang mati gaya ketika tak berkuasa, tetapi Ia, Habibie tak berhenti berlari ketika jabatan kekuasaan tak lagi di tangannya karena bukan itu tujuannya, ia bahkan kini berlari lebih cepat dari sebelumnya melampaui masa ketika masih di Nurtanio dan PT DI. Ia seolah ingin berpacu menemui Robbnya dan menjemput syurganya dengan karya karyanya yang semakin memberi manfaat dan rahmat bagi bangsanya dan dunia. Sungguh pacuan akhir yang mulia.

Bukan hanya itu, misi personal yang menjadi misi keluarganya, membuat ikatan cinta yang kuat pada istri dan anak anaknya. Betapa nyaris hancur hatinya ketika Ibu Ainun, wanita yang senantiasa mendukùng misi nya, dipanggil Allah lebih dulu. Namun sebagaimana tahun tahun jatuh bangun dalam kehidupannya, misi hidup atau panggilan hidup itulah yang membuatnya bertahan, terus bangkit dan berlari.

Benarlah pesan yang mengatakan, "carilah kebenaran, jangan cari ketenaran. Jika kau cari kebenaran, maka kau akan dapat keduanya".

Maka wahai para Lelaki sejati, mari temukan misi personalmu dengan kokoh dan azzamkan untuk mewujudkannya sepanjang hidup lalu kelak jadikanlah misi keluarga untuk diwujudkan bersama dan menjadi legacy bagi ketururunanmu. Engkau kan lihat cintamu abadi pada istri dan anak anakmu juga negeri dan Tuhanmu.


Oleh : Ustd.Harry Santosa
Baca selengkapnya »
0 komentar

Yuk Ikut Donasi Berbagi Air Untuk Wilayah Terdampak Kekeringan Di Sulawesi Selatan



Potensi kekeringan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia (Rilis BMKG 27/06/2019) salah satunya di Sulawei Selatan.
Salah satunya Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan yang menjadi wilayah terdampak Longsor di awal tahun 2019 kemarin, kembali mengalami kesulitan khususnya air bersih untuk dikonsumsi. Mereka hanya mengandalkan mata air yang airnya keruh dan berbau.
Melalui program Penyaluran Air Bersih dan Pembangunan Sarana Air Bersih bersama Human Initiative Sulawesi Selatan, dapat mengalirkan kebahagiaan kepada mereka.
Caranya Mudah! Donasi dapat di transfer ke rekening PKPU
BCA : 6000.420.555
Mandiri : 152.000.5893.579
Muamalat : 80.100.48.331

Atau lebih mudah lagi dengan menggunakan Go-Pay. Caranya:
1. Buka aplikasi GO-JEK/GO-PAY anda. 
2. Scan barcode yang di gambar.
3. Masukan nominal donasi Anda.
4. Masukan PIN GO-PAY Anda. 
5. Transaksi sukses

Konfirmasi donasi :

📲 0822 9376 0974

Human Initiative Sulawesi Selatan
Jl. Tun Abdul Razak, Perum. Citraland Ruko Avenue, Blok K/11.



Baca selengkapnya »
0 komentar

Fokus Saja Pada Peranmu Sekarang





Saya pernah mendengar kisah tentang seekor rusa bunting yang merasa akan segera melahirkan anaknya. Dia berlari mencari tempat yang nyaman untuk melahirkan, dekat semak di pinggir sebuah sungai. Ternyata mendung makin pekat, langit gelap. Rusa betina dikagetkan oleh suara petir yang begitu menggelegar, ternyata petir itu menyambar pohon dan mengakibatkan kebakaran di seberang hutan.
Rusa betina meringis sendirian, belum habis kagetnya seekor singa mengaum tak jauh dari tempatnya berada. Nyeri jelang persalinannya kian terasa, ia tak lagi mampu berdiri apalagi berlari. Diam dalam kekhawatiran yang membesar seperti api di seberang hutan. Ia masih mengedan saat seorang pemburu mengarahkan busur ke arahnya. Ia tak tahu hendak lari kemana, di depannya pemburu bersenjata, di belakangnya singa lapar yang mengincar di kanannya hutan terbakar dan kirinya sungai yang dalam.
Lalu ia pun diam, tak hendak lari kemanapun. Sebagian karena tak punya pilihan, sebagian karena telah hilang kekuatan, sebagian karena buntu berpikir. Ia pasrah, ia hanya ingin melahirkan saja anaknya ke dunia dan segera memeluknya. Ia melakukan saja apa yang bisa ia lakukan saat itu : melahirkan anaknya.
Hujan menggerimis, badan mungil anak rusa mulai terlihat keluar dari jalan lahir. Darah mengucur, menderas bersama hujan. Panah pemburu melesat, buyar konsentrasinya melihat pertamakalinya rusa melahirkan. Tasss, auman keras terdengar disusul suara rebah.
Ternyata panah pemburu itu mengenai singa lapar di ujung sungai. Api berangsur padam seiring hujan. Seekor anak rusa jantan lahir lunglai, tapi selamat. Rusa betina itu masih di tempatnya, tak hendak lari kemana-mana. Ia hanya mendekap dan menjilati tubuh anaknya. Babak barunya sebagai ibu dimulai, kini ia tak bisa lari kencang sendiri. Tapi kini ia tahu bahwa dalam kelemahannya, ia lebih kuat kini. Bukan karena mampu mengatasi semua masalah, tapi karena ia tahu bahwa ia sejatinya tak pernah sendiri. 
----------------
Barangkali saat ini anda berada pada situasi yang lebih sulit dari rusa betina. Ada banyak kekhawatiran yang singgah di kepala, tentang yang sudah berlalu dan tak bisa anda ubah. Tentang semua kemungkinan yang bisa saja terjadi dan anda tak tahu cara mengantisipasinya. Juga tentang semua beban di pundak yang membuat badan anda tak lagi tegak berjalan bahkan hilang kata dan kekuatan.

Anda memang tak bisa memikirkan dan mengatasi semuanya sekaligus, hari ini. Apalagi perihnya sakit dari luka yang masih menganga dalam sudut jiwa, belum lagi anda temukan obatnya. “ah, biarlah waktu yang membawa keajaiban” ujar anda menghibur diri sendiri.
Padahal anda tahu benar bahwa waktu tak punya kuasa apapun. Andalah kini aktornya, seumpama ada penambahan waktu untuk berlaga di tas ring tanding. Sungguh tambahan waktu itu tak berarti apa-apa jika anda sendiri menolak bangkit dan terkulai menyerah. Ini bukan tentang tambahan waktu atau kesempatan, tapi tentang kesadaran bahwa anda dan dia benar-benar ingin memperjuangkan satu tujuan mulia atau tidak?
Pernikahan adalah tentang dua orang yang bekerjasama, bukan tentang satu orang yang berjuang tapi satunya menjatuhkan. Bukan tentang satu orang yang mengayuh dan satu orang lagi merusak biduk yang berlayar. Sekuat apapun anda kayuh, jika satu orang lagi terus merusak perahu, akan karam juga.
Tambahan waktu untuk berlayar, tanpa ada komitmen menghentikan perusakan : hanya akan membuat tenaga makin habis, membawa perahu anda ke samudra yang lebih dalam dan ombak yang lebih ganas : makin jauh dari tepian.
Anda memang tak bisa mengatur kekuatan ombak, tak bisa mengendalikan arah angin, tak bisa mengusir hiu-hiu, tak bisa menunda gelapnya malam, tak bisa mempercepat datangnya pagi. Ada banyak hal yang tak bisa anda atur dan anda kendalikan, begitu pula anda tak bisa mengatur hatinya, tak bisa mendikte cintanya, tak bisa memastikan taubatnya. Semua itu bukan dalam genggaman tangan anda.
Karena itu tak perlu anda pikirkan semua, karena anda tetap butuh waras untuk melanjutkan kehidupan anda dan anak-anak. Focus saja pada kendali di tangan anda, lakukan tugas anda sebagai hamba Allah sebaik-baiknya. Tak perlu memikirkan semuanya, termasuk omongan orang lain tentang anda. Mereka penonton yang melihat dan bersorai dari kejauhan.
Tak perlu takut sendiri, toh kita lahir seorang diri, mati dan mempertanggungjawabkan semuanya sendiri lagi.
Pada orang yang bersabar atas semua derita, kami disuruh Allah agar menyampaikan kabar gembira. Loh lagi menderita kok diminta gembira ? ya, karena mengikat diri secara permanen dalam penderitaan dan kekhawatiran hanya akan membuat anda putus harapan dan makin jauh dari Allah.
Pikirkan lebih banyak alasan untuk bersyukur dan melanjutkan kehidupan dengan RahmatNya. Bergembiralah sahabatku, atas penderitaan yang kau alami “ah, apakah aku masih punya alasan untuk bergembira?”
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah: 156) Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 157)
Sabar itu bukan menikmati penderitaan dan menyerah dalam kehinaan. Sabar bermula ketika anda menyadari bahwa apa yang terjadi hari ini bukan sebuah kebetulan, bukan sebuah kesia-siaan dan bukan coba-coba.
Karena itu anda tak ingin menyalahkan apapun dan siapapun, juga tak mau berandai-andai, tak melarikan diri atau memaki. Anda terima dan anda hadapi, sepenuh kesadaradan bahwa musibah hari ini adalah bagian dari kesalahan anda juga dan anda bersedia bertanggngjawab untuk menyelesaikannya. Anda tunduk menyadari bahwa “sesungguhnya kami adalah milik ALLAH dan padaNYalah kami akan kembali” 
.
.
.

Anda memilih untuk mengingat ALLAH, sebelum mengingat semua kekhawatiran dan ketakutan yang mungkin terjadi. Karena itu anda tenang, karena anda sadar benar bahwa anda memiliki ALLAH dan melibatkanNYA. Tak ada pikiran cemerlang dalam kegalauan, tak akan bisa mengambil keputusan tepat dalam kekalutan. Musibah ini adalah jalan kembali pulang pada ALLAH, mendekat padaNYa, mendengarkan petunjukNYa, bersedia taat pada PerintahNYa. Mudah ? tentu saja tidak, karena itu berarti anda harus meredakan gelombang jiwa yang sedang gemuruh, menepikan selera dan keinginan pribadi semata.
Dengan demikian anda tak lagi mengambil keputusan berdasarkan suka atau benci, juga bukan karena paling mudah atau kecil risiko.
Ini adalah episode merajut keyakinan, mengikat keberanian, menyandarkan diri pada pemilik sebenarnya. Jika anda memiliki ALLAH, maka anda memiliki segalanya. Tapi jika Anda kehilangan ALLAH maka anda sudah pasti kehilangan segalanya. Bukankah gelanggang terberat adalah pertarungan dengan diri sendiri ? memastikan bahwa semua niat dan keputusan kita LILLAH. Lurus, bersih, ikhlas.
Baru setelah itu tugas anda selanjutnya bertindak dengan cara benar dan baik. Pada apa yang jadi fokus dan tanggungjawab anda, dengan sepenuh kesungguhan. anda bukan sedang mempersiapkan jawaban di pengadilan agama, tapi di mahkamah hisabNYA. Karena itu pastikan bahwa apa yang ada putuskan dan anda lakukan, adalah yang terbaik yang bisa anda upayakan dengan semua kekuatan. Anda, dia dan semua orang di dunia berlomba dengan waktu kematian masing-masing, itulah deadline sebenarnya.
Segera move on, jangan sampai sisa waktu kita habis sementara bekal belum cukup untuk menemuiNYA dan mempertanggungjawabkan semua amanah. Selebihnya biar ALLLAH yang menyelesaikan dengan caraNYA. Karena itu kita menyisakan ruang tawakkal. Darisanalah keajaiban-kejaiban tercipta ….
Maafkan saya yang belum banyak membantumu, 

Sumber Tulisan : 

NininKholida

Semarang 17 Februari 2018

Baca selengkapnya »
0 komentar

Jangan Buang Uang Recehmu



Banyak diantara kita yang menganggap sepele uang receh. Sehingga sering tercecer atau bahkan hilang tak terpikirkan lagi ketika menerima uang kembalian, baru mencari - cari kalau sedang butuh untuk kerokan ha ha.

Jika kita telaten untuk mengumpulkannya, memilah nominal dengan botol bekas sebagai celengan, akan ada banyak uang receh yang bisa kita kumpulkan. Saya biasa memilah uang seratus rupiah, dua ratus rupiah, lima ratus rupiah dan seribu rupiah. Berdasarkan pengalaman mengumpulkan, saat ini populasi uang receh paling banyak di koin senilai lima ratus rupiah, yaelah.

Dalam satu tahun , hasil mengumpulkan uang receh dari kembalian belanja di pasar tradisional maupun di minimarket, lumayan juga. Selain melatih ketelatenan dan kedisiplinan dalam proses mengumpulkan, kita juga belajar menghargai dan bersyukur atas rezeki yang di berikan Allah SWT. Dengan mensyukuri yang kecil, akan membuat kita siap menerima yang besar. Siap untuk menjaga amanah harta yang lebih besar. Prinsipnya, jika yang kecil saja tidak mampu mengelola, bagaimana dengan yang besar ?

Setelah mengumpulkan, lalu apa yang bisa kita lakukan. Ini terserah kita, bisa digunakan untuk berbelanja kebutuhan atau memang dikhususkan untuk hal lain yang memang sudah direncanakan.
Dalam sebuah berita, pernah ada seseorang yang mengumpulkan uang receh selama tujuh tahun digunakan untuk membeli mobil. Bisa juga kita gunakan untuk travelling atau umroh.
Lebih seru lagi, jika hasil mengumpulkan uang receh tadi kita jadikan sebagai hadiah, hadiah untuk anak yatim didekat lingkungan kita misalnya. Bisa juga dititipkan kelembaga kemanusiaan, seperti untuk dikonversi menjadi air bersih , yang nantinya dikirimkan ke daerah kekeringan.

Ternyata seru ya, mengumpulkan sesuatu yang kita anggap kecil nilainya, ternyata setelah dikumpulkan bisa menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Bermanfaat secara pribadi, dan bisa bermanfaat juga secara sosial.

Indra , Gowa 18 Agustus 2019


Baca selengkapnya »
0 komentar

Tabiat Perjalanan adalah Pembelajaran



Hidup ini adalah sebuah perjalanan, memulainya dari awal dan kemudian akan ada akhirnya. Layaknya sebuah perjalanan, disana akan terus ada proses pembelajaran. Kita memulainya dengan terlahir ke dunia kemudian menangis, dan orang orang disekeliling kita akan tersenyum dan tertawa menyambut gembira kelahiran kita. Berharap nantinya saat kita meninggalkan dunia, akan banyak yang bersedih karena begitu bermanfaatnya kehadiran kita didunia.

Begitulah perjalanan, kita mengumpulkan serpihan-serpihan pengetahuan dan pengalaman. Proses dalam perjalanan inilah yang sesungguhnya sangat perlu kita menikmatinya, bukan sekedar fokus pada hasil akhirnya.

Saat kita berjalan digunung, tujuan utama kita adalah puncak. Namun akan sangat rugi ketika kita tidak menikmati proses perjalanannya. Menikmati indahnya pemandangan di perjalanan, menjumpai berbagai macam vegetasi, beradaptasi dengan suhu yang berbeda. Menikmati juga kelelahannya,  yang terobati dengan bercengkrama dengan teman seperjalanan.

Saat kita menggunakan motor untuk menuju suatu tempat, menikmati bagaimana saat motor melaju bertemu dengan jalan lurus, jalan berkelok, tanjakan, jalan berlubang, bahkan jalan yang masih bebatuan. Kadang bertemu dengan kendaraan lain yang lebih besar, asap knalpot yang mengepul hitam dan pengendara lain yang tidak sabaran dan mengeluarkan sumpah serapah. Begitulah tabiat perjalanan, kita tetap harus menikmatinya dengan sekedar berhenti minum teh di angkringan tepi jalan, atau berhenti sejenak menikmati udara berbagai kota yang dilewati.

Saat kita berada di kapal, nun jauh ditengah lautan yang jauh dari daratan, rasa bosan masih lebih baik dibandingkan saat harus menghadapi gelombang ombak yang menerjang, tak jarang kita menjadi semakin takut saat membayangkan cerita tentang kecelakaan kapal, apalagi ketika kapal terhempas gelombang. Namun kita terhibur saat melihat puluhan lumba lumba berenang disamping kapal, ataupun saat malam kita menengadah kelangit melihat taburan bintang diangkasa. 

Saat kita berada diatas pesawat, ketakutan teramat sangat ketika terkena turbulensi, seluruh badan pesawat bergoncang, dan keluar masker dari langit langit diatas tempat duduk. Bergetar hebat seluruh tubuh disertai ketakutan teramat sangat,karena di pesawat tidak ada opsi untuk berhenti atau melompat dari pesawat. Semua harus dihadapi, kita menjadi tenang kembali setelah mengingat, sebelum berangkat sudah bersedekah sebagai salah satu asuransi kita. Setelah turbulensi, kita bisa bernafas lega dan melihat iringan awan berarak di samping pesawat, sembari bersyukur tidak semua orang bisa naik pesawat, bukan karena hanya tidak mampu secara finansial, tapi bisa karena memang tidak punya keberanian. Namun ternyata kita punya nyali untuk berada diatas sini.

Begitulah tabiat perjalanan,kita perlu menentukan tujuan. Setelah itu kita perlu menikmati setiap proses dalam perjalanan kita,karena disana ada banyak pembelajaran

Jangan lupa, tetap tatap dan gandeng tangan pasangan yang menemani perjalanan kita, yakinkan bahwa apapun yang terjadi, kita akan tetap membersamai menuju tujuan yang telah disepakati dan diranang bersama.





Baca selengkapnya »
0 komentar

Kedatangan Guru Initiative, Anak - anak Cindakko Kembali Bersemangat dalam meraih Mimpi



Cindakko, 6 April 2019 team program PKPU Human Initiative Sulawesi Selatan mendedikasikan diri selama dua hari menjadi Guru Darurat di Sekolah Jarak Jauh di SDN 142 Bonto- Bonto di Dusun Cindakko, Gedung Sekolah darurat yang awalnya di bangun oleh Masyarakat yang di inisiasi oleh Human Initiative pada tahun 2016 silam, adalah tempat anak - anak cindakko untuk mewujudkan mimpi mereka. 

Hampir satu Bulan Anak - anak di cindakko tidak belajar karena tidak adanya Guru yang mengajar di sekolah tersebut, dengan kehadiran team PKPU Human initiative oleh Hamka Abdi Kusuma, M Jabal Nur, dan Hamka memberikan semangat tersendiri anak - anak di cindakko untuk belajar. 



Walaupun hujan turun deras di cindakko, tidak menyurutkan Semangat para siswa - siswa untuk datang berbondong - bondong ke sekolah , karena kehadiran guru bagi mereka sangatlah langka disekolah ini. Ibarat Jika disekolah Lain Libur adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi Siswa, lain halnya di sekolah ini, Kehadiran Guru adalah Hal yang sangat menyenangkan dan di Nanti - Nantikan bagi mereka. 



Mari bersama, wujudkan mimpi - mimpi anak cindakko, Cerdaskan mereka melalui Program Guru Initiative, Dengan menjadi Volunteer guru yang peduli.
Menjadi bagian dari solusi terhadap masalah pendidikan anak - anak di Cindakko.

Write By Hamka A.K

Baca selengkapnya »

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog