Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (10)
Perjalanan Melintasi Daerah Rawan Bandit dan Binatang Buas
Setelah terguncang-guncang dalam perjalanan melintasi Safana kering dan tandus selama 3 jam, akhirnya Tim Kemanusiaan PKPU beranggotakan 4 personil tiba di kamp pengungsian terbesar rakyat Somalia yang letaknya di perbatasan Somalia dengan Kenya.
Untuk mencapai lokasi pengungsian di kawasan Daadab ini bukanlah perkara mudah, karena selain medan yang cukup berat, termasuk jalur tidak aman yang menjadi habitat beragam binatang buas. Tidak jarang para bandit turut menggunakan jalur ini untuk merampok kendaraan yang melintas. Sebagaimana yang terjadi Minggu tersebut, terjadi penembakan terhadap bus penumpang.
Keterangan dari Said Barre Hasan, orang nomor dua di Zamzam Foundation yang setiap hari mengurusi pengungsian di daerah ini mengungkapkan bahwa Daadab merupakan salah satu kawasan pengungsian terbesar warga Somalia. Terdapat sejumlah kamp pengungsian padat.
Kamp Pengungsian Dagahley
Adapun kamp pengungsian pertama yang di datangi Tim Kemanusiaan PKPU adalah kamp pengungsian Dagahley. Sekitar 120 ribuan orang tinggal di lokasi pengungsian ini dengan kondisi memprihatinkan. Pada jarak 20 kilometer di dekatnya terdapat kamp pengungsian IFO dan Hagadera juga terdapat sekitar 130 ribuan warga Somalia yang mencoba tetap bertahap hidup di tengah bencana kekeringan dan kelaparan melanda.
Pemandangan memprihatinkan, menyedihkan dan akan membuat kita menitikan air mata jika melihat langsung lokasi pengungsian ini. Betapa tidak, ribuan manusia hidup dari hari ke hari dan bahkan bertahun-tahun di tempat ini. Tidak ada rumah permanen, semi permanen ataupun sekelas rumah sederhana di Indonesia.
Mereka hidup di bawah tenda-tenda pengungsian ukuran dua kali dua meter yang sebagian besar mereka buat sendiri. Bentuknya hampir mirip dengan rumah para eskimo di kutub utara atau rumah tinggal manusia zaman purba berbentuk setengah lingkaran.
Dindingnya terbuat dari kumpulan ranting-ranting tanaman mengering disusun rapat. Bagian atas ditutup dengan terpal, kain atau apa saja lembaran yang dapat mereka gunakan seperti potongan plat kotak makanan, kerta kardus untuk menahan masuknya udara malam ke tenda. Dinding ranting ini kadangkala diolesi anah liat basah dengan menggunakan kotoran sapi sebagai pengganti semen. Tetapi juga cukup banyak pengungsian yang hidup di alam terbuka.
Said Barre Hasan, pria ramah asal Somalia yang menyambut kedatangan Tim Kemanusiaan PKPU setiba di lokasi pengungsian ini. Tim di ajak berkeliling melihat kondiri riil kondisi pengungsi. Di lokasi pengungsian mayoritas Muslim ini, Zamzam Foundation, NGO lokal banyak memainkan peran penting membantu mengurus pengungsi di Daadab.
Sarung Buatan Indonesia
Saat tim kemanusiaan PKPU datang, anak anak dan remaja meneriaki kami “Arab, Arab, Arab”. Setelah disebutkan bahwa tim datang dari Indonesia mereka menjadi tahu. Apalagi setelah disebutkan bahwa sarung yang sedang mereka kenakan adalah buatan Indonesia.
Dilokasi pengungsian ini Tim Kemanusiaan PKPU melakukan aksi kesehatan bersama dengan lembaga lainnya. Melayani pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat-obatan. Kebanyakan pengungsi mengalami malaria dan anak-anak kekurangan gizi, nutrisi di samping kekurangan makanan.
:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia dari Daadab, Kenya-Somalia.
:: www.pkpu.or.id
0 komentar:
Posting Komentar