Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (8)
Bergerak dari Upperhill Menggunakan Toyota Prado
Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU bergerak menuju kamp pengungsian Dadaab yang merupakan kawasan pengungsi Somalia di perbatasan kenya pada pukul 14.00 waktu Kenya atau pukul 18.00 waktu di Indonesia.
Tim Aid For Somalia berangkat dari kedutaan besar Indonesia di kawasan Upperhill menggunakan kendaraan Toyota Prado. Selain dari PKPU turut serta satu iringan dari Dompet Dhuafa serta 2 orang jurnalis dari TVOne. Perjalanan menuju Dadaab tempat mengungsinya sekitar 600 ribuan warga Somalia itu ditempuh dengan perjalanan darat selama 7 jam.
Tim Aid For Somalia berangkat dari kedutaan besar Indonesia di kawasan Upperhill menggunakan kendaraan Toyota Prado. Selain dari PKPU turut serta satu iringan dari Dompet Dhuafa serta 2 orang jurnalis dari TVOne. Perjalanan menuju Dadaab tempat mengungsinya sekitar 600 ribuan warga Somalia itu ditempuh dengan perjalanan darat selama 7 jam.
Azan Isya Sambut Kedatangan Tim Kemanusiaan PKPU di Gharissa
Kumandang azan Isya menyambut kedatangan kami dari Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid for Somalia PKPU di Kota Gharissa, Kenya, setelah menempuh perjalanan darat cukup panjang dan melelahkan selama 6 jam tanpa henti dari Nairobi, Ibukota Kenya.
Tim Kemanusiaan PKPU beranggotakan 4 personil yang telah berada di Kenya sejak Kamis (8/9/2011) lalu bertolak dari Kantor Besar Indonesia di Kenya di Nairobi Sabtu (10/9/2011) sekitar pukul 13.15 WIB dan sampai di Gharissa sekitar pukul 20.05 waktu Kenya atau pukul 00.05 waktu Indonesia.
Jefferson, sopir warga negara Kenya yang membawa kami sepertinya tidak ingin berlama-lama di jalan. Karena suasana malam hari susah ditebak kondisinya. Kakinya terus menginjak gas mobil tidak jauh dari kecepatan 110 -120 KM per jam.
Perjalanan menembus Daadab, lokasi pengungsian Somalia terletak di perbatasan Kenya ini sangat menantang. Selepas meninggalkan ibukota Kenya dengan dilepas dengan doa bersama Bapak Wisnu, Mahendra, Kuasa Usaha Ad Interim atau Pejabat Duta Besar di Kenya, jalanan yang dilalui hanyalah hamparan tanah luas, kering gersang dengan rumput semak menguning kering. Udara panas menyengat di atas kepala dengan tiupan udara kering. Udara kering ini membuat mimisan, darah mengucur dari hidung dua dari 8 anggota rombongan.
Nyaris jalanan ratusan kilometer dengan kondisi jalan bergelombang dan berlobang itu sepi dari penduduk. Sesekali ditemui kelompok pemukiman penduduk dalam bentuk rumah sangat tradisional dengan dinding kayu dicampur olesan tanah liat yang tingginya sekitar berdiri orang dewasa.
Tidak jarang Jefferson melambatkan laju kendaraan karena tiba-tiba ada rombongan sapi dan kambing melintasi hamparan kawasan nyaris tanpa tuan itu. Keledai dan onta sudah menjadi pemandangan lazim kerap ditemukan di pinggiran jalan termasuk hewan buas lainnya seperti Singa. Untung kami tidak menemuinya.
Ada ¬belasan check point atau titik pemeriksaan dipasang Polisi Kenya harus dilewati. Di tiap Check point tersebut kendaraan tidak bisa lewat tanpa izin dari polisi karena di tengah jalan dihamparkan jebakan paku besi yang dapat merobek ban kendaraan. Pihak kedubes sendiri telah mengantisipasi dengan memberikan surat izin resmi agar kami diizinkan melintas ke Daadab.
Bersyukur, kendaraan dipersilahkan lewat tanpa adanya pemeriksaan surat dan pasport. Menurut informasi, pemeriksaan itu dilakukan kepolisian Kenya untuk mengantipasi masuknya kelompok bersenjata di Somalia ke Kenya.
Dalam perjalanan ke Garissa ini, turut serta NGO Lokal, Zamzam Foundation Bapak Malik yang akan membantu memfasilitasi kegiatan di Daadab nanti. Perjalanan akan diteruskan Minggu pagi ke Daadab mengingat sudah malam dan rawan keamanan. Bapak Wisnu sendiri dari Kedubes memberikan perhatian sangat baik dan sempat mengecek proses perjalanan untuk memastikan tim dari Indonesia sampai dengan selamat di Garissa.
:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Perbatasan Kenya-Somalia
Tim Kemanusiaan PKPU beranggotakan 4 personil yang telah berada di Kenya sejak Kamis (8/9/2011) lalu bertolak dari Kantor Besar Indonesia di Kenya di Nairobi Sabtu (10/9/2011) sekitar pukul 13.15 WIB dan sampai di Gharissa sekitar pukul 20.05 waktu Kenya atau pukul 00.05 waktu Indonesia.
Jefferson, sopir warga negara Kenya yang membawa kami sepertinya tidak ingin berlama-lama di jalan. Karena suasana malam hari susah ditebak kondisinya. Kakinya terus menginjak gas mobil tidak jauh dari kecepatan 110 -120 KM per jam.
Perjalanan menembus Daadab, lokasi pengungsian Somalia terletak di perbatasan Kenya ini sangat menantang. Selepas meninggalkan ibukota Kenya dengan dilepas dengan doa bersama Bapak Wisnu, Mahendra, Kuasa Usaha Ad Interim atau Pejabat Duta Besar di Kenya, jalanan yang dilalui hanyalah hamparan tanah luas, kering gersang dengan rumput semak menguning kering. Udara panas menyengat di atas kepala dengan tiupan udara kering. Udara kering ini membuat mimisan, darah mengucur dari hidung dua dari 8 anggota rombongan.
Nyaris jalanan ratusan kilometer dengan kondisi jalan bergelombang dan berlobang itu sepi dari penduduk. Sesekali ditemui kelompok pemukiman penduduk dalam bentuk rumah sangat tradisional dengan dinding kayu dicampur olesan tanah liat yang tingginya sekitar berdiri orang dewasa.
Tidak jarang Jefferson melambatkan laju kendaraan karena tiba-tiba ada rombongan sapi dan kambing melintasi hamparan kawasan nyaris tanpa tuan itu. Keledai dan onta sudah menjadi pemandangan lazim kerap ditemukan di pinggiran jalan termasuk hewan buas lainnya seperti Singa. Untung kami tidak menemuinya.
Ada ¬belasan check point atau titik pemeriksaan dipasang Polisi Kenya harus dilewati. Di tiap Check point tersebut kendaraan tidak bisa lewat tanpa izin dari polisi karena di tengah jalan dihamparkan jebakan paku besi yang dapat merobek ban kendaraan. Pihak kedubes sendiri telah mengantisipasi dengan memberikan surat izin resmi agar kami diizinkan melintas ke Daadab.
Bersyukur, kendaraan dipersilahkan lewat tanpa adanya pemeriksaan surat dan pasport. Menurut informasi, pemeriksaan itu dilakukan kepolisian Kenya untuk mengantipasi masuknya kelompok bersenjata di Somalia ke Kenya.
Dalam perjalanan ke Garissa ini, turut serta NGO Lokal, Zamzam Foundation Bapak Malik yang akan membantu memfasilitasi kegiatan di Daadab nanti. Perjalanan akan diteruskan Minggu pagi ke Daadab mengingat sudah malam dan rawan keamanan. Bapak Wisnu sendiri dari Kedubes memberikan perhatian sangat baik dan sempat mengecek proses perjalanan untuk memastikan tim dari Indonesia sampai dengan selamat di Garissa.
:: Laporan Elfiyon Julinit, Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Perbatasan Kenya-Somalia
:: www.pkpu.or.id
1 komentar:
at: 14 September 2011 pukul 23.41 mengatakan...
Kok rela sih jauh-jauh ke Somalia tapi bangsa kita sendiri ditelantarkan? Masih banyak orang Indonesia sendiri yang membutuhkan bantuan. Bantu membantu itu adalah ibadah tetapi alangkah baiknya kita liat sekeliling kita dulu (yang dekat dekat aja dulu)...
Posting Komentar