Search

Content

Sabtu, 10 September 2011

Titik Pengungsian Terus Bertambah di Somalia dan Kenya



Catatan Perjalanan Tim PKPU ke Somalia (7)

Bertemu Islamic Relief Kenya dan Somalia  
Somalia, negara yang “buta”. Buta informasi dan apa sebenarnya tengah terjadi di negara tanduk Afrika ini. Termasuk mengenai dimana dan seberapa banyak sebenarnya jumlah pengungsian, korban kelaparan dan kondisi situasi keamanan yang tidak menentu. Banyak kabar kekerasan yang sampai ke telinga kami dari Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU. 

Mulai dari kabar penembakan di lokasi pengungsian baik terhadap rakyat yang kelaparan, termasuk terhadap relawan kemanusiaan dan jurnalis. Tembak menembak antara tentara dan sipil bersenjata bukan hal asing lagi di negara nyaris tidak bertuan ini, karena kekuasaan sebagian di bawah pengaruh non pemerintah.

Selama ini informasi yang berkembang, titik pengungsian terbesar berada di pengungsian Dadaab yang terletak paling ujung Somalia berbatasan dengan Kenya. Jalan masuk paling dekat baik melalui Kenya atau melintasi melewati pintu Ethiopia. Di sini ada sekitar 600 ribuan pengungsi dan kelaparan. Lokasi terbesar kedua ada di Mogadishu, ibukota Somalia yang “diserbu” oleh rakyat Somalia yang ingin mendapatkan bantuan makanan. 

Keduanya mendapatkan bantuan suplay makanan dari banyak organisasi kemanusiaan termasuk UNHCR, lembaga PBB yang mengurus pengungsian. Meski begitu juga sangat banyak bantuan tidak dapat disalurkan, terutama yang berasal dari lembaga Eropa dan Barat karena sensitif berada di kawasan dikuasai oleh pasukan sipil bersenjata.

Namun sebenarnya masih banyak lokasi pengungsian lainnya yang luput dari perhatian dunia. Seperti terungkap dalam komunikasi antara Tim Kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU dengan Organisasi Internasional Islamic Relief Kenya dan Somalia, Jumat (9/9/2011).

Stenley dari Islam Relief Kenya dalam penjelasannya mengungkapkan, sudah banyak pemain bantuan yang masuk ke Mogadishu dan Dadaab. Untuk itu mereka kini mengalihkan perhatian ke lokasi pengungsian lainnya yaitu di wilayah setingkat provinsi yaitu Mandera dan Wajir. Letaknya diujung Somalia yang berbatasan dengan Ethiopia dan di apit dengan negara baru Somaliland. Di Mandera, kawasan tandus kini dihuni sekitar 300 ribuan pengungsi dari Somalia, jumlah itu belum termasuk di Wajir.

Tidak boleh ada label UN di bantuan, Sangat berbahaya
Persoalan utama di kawasan ini yaitu kekurangan bahan makanan, nutrisi dan gizi untuk anak-anak, ibu hamil dan menyusui. Kawasan ini di luar kendali dan pengawasan UNCHR dan kondisinya tidak jauh lebih parah dibandingkan pengungsian lainnya. Organisasi ini dapat masuk ke lokasi pengungsian yang berada di bawah kendali gerakan kelompok Islam garis keras Al Shabaab yang juga mengendalikan hampir separuh ibukota Mogadishu karena tidak atas nama UN dan lembaga Barat.

“Tidak boleh ada label UN di bantuan, Sangat berbahaya,” ungkap Stenley menjelaskan program-program yang mereka tangani di lokasi pengungsian tersebut kepada tim PKPU di markasnya di Kenya. Dalam pertemuan dengan Islamic Relief Kenya ini, Tim Kemanusiaan PKPU turut diterima oleh Country Director, Nasr Muflahi.

Sementara itu, dalam pertemuan dengan Islamic Relief Somalia diterima oleh Country Director Dr Iffthikar Mohamed yang banyak menjelaskan tentang keamanan untuk masuk ke Somalia. Kekuasaan Al Shaabab sangat kuat dan selalu mengawasi setiap bantuan yang masuk. Pihaknya juga merekomendasikan agar menggunakan lembaga lokal untuk bisa masuk ke wilayah-wilayah pengungsian tersebut.

Direncanakan, tim kemanusiaan Indonesia Aid For Somalia PKPU, Sabtu siang (10/9/2011) pukul 12.00 waktu Kenya atau pukul 16.00 WIB akan bergerak ke Gadizha untuk mencapai Dadaab. Diperkirakan perjalanan darat akan memakan waktu selama 6 jam.

 

:: Laporan Elfiyon Julinit Tim Kemanusiaan Indonesia, Aid For Somalia PKPU dari Nairobi. Kenya
:: www.pkpu.or.id
 
 

0 komentar:

Posting Komentar

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog