Search

Content

Selasa, 02 April 2013

Di Kedalaman 45 Meter, Sumber Kehidupan Itu Memancar

 
 
Sepintas lalu, ketika saya membaca tentang misi dan ambisi besar menjelajah planet mars, mengirimkan robot untuk mengidentifikasi bebatuan dan jejak kehidupan di planet merah ini. Indikator kemungkinan terbesar planet ini pernah dihuni makhluk hidup, adalah ditemukannya jejak air. Huff air menjadi indikasi kehidupan, mungkin kita pernah juga mendapat pelajaran biologi sederhana ini, manusia dapat hidup lebih dari tiga hari tanpa makan, tapi tanpa air, entah hanya berapa jam dia bisa bertahan hidup.

Pernahkah membayangkan seandainya air ini susah kita dapatkan, ah tidak usahlah dibayangkan, kondisi ini sudah dihadapi sebagian besar penduduk republik ini. Bulan Maret ini, kami di pkpu purwokerto mendapat misi dari pkpu pusat mengalirkan harapan kehidupan ini, sumber mata air yang bisa diakses publik dan bisa dimanfaatkan untuk mengurangi beban hidup untuk sekedar meneguk segarnya air yang biasanya hanya didapat setelah bersusah payah berjalan, atau membayangkan beratnya ketika musim kemarau datang.

Sebenarnya saya sendiri kurang bisa bahasa Inggris, nama programnya Water Sanitation..maaf kalau salah dalam penulisan. Sepuluh titik daerah rawan kekeringan di wilayah banyumas coba kami jelajah untuk  membuka harapan ini. Mulai dari survei lokasi, pembuatan sumur baik bor maupun gali, kemudian melakukan edukasi untuk memanfaatkan fasilitas umum ini. Tidak mudah dan cukup melelahkan, tentu saja ada kemungkinan peluang ini terbersit, tapi terlalu sedikit dibanding semangat kami untuk menjalankan tugas ini. 

Namanya Muharram Nurdian, seorang relawan kami yang seringkali hanya seorang diri mengawali tugas ini, mensupervisi sekaligus melakukan eksekusi lapangan. Kebetulan saya berkesempatan ikut meresmikan disalah satu titik lokasi dari sepuluh titik yang dimanahkan. Desa Mandirancan, di salah satu sudut desa, dengan kondisi kontur perbukitan, dengan tanjakan curam dan hanya bisa dilalui sepeda motor.

 
 
 
Di sini air baru mengalir setelah di bor dikedalaman sekitar 45 meter, ya 45 meter, cukup dalam untuk mendapat semburat pancaran air. Lega rasanya ketika air dapat mengalir dan warga tersenyum, saat musim kering nanti tidak perlu berjalan jauh untuk mendapatkan seember air. 
 
Tanah didaerah ini pernah merekah, dan sempat pernah longsor, kondisi ini yang kata tukang bor sumur menyebabkan air susah didapat, saat meresmikan yang membuat terharu adalah kehadiran seorang kakek, yang saya lupa namanya bersikeras untuk ikut, karena lokasinya cukup tinggi dan licin, kakek ini sempat dilarang untuk ikut karena beliau memakai tongkat sebagai alat bantu agar membuat  dirinya mampu melangkah dan tegak berdiri. 






0 komentar:

Posting Komentar

Sahabat

Artikel Terbaru

Arsip Blog