Buku Self Driving, sumber foto : Kompas.com
Diberi kesempatan memimpin sebuah tim merupakan sebuah nilai bagi saya, kesempatan untuk belajar dan kembali bertumbuh. Seperti kembali menjalani sekolah formal, yang membedakannya adalah resiko yang lebih terasa nyata dibanding nilai-nilai kognitif berupa angka atau huruf yang selama ini di dapat dibangku sekolah formal.
Saya menyukai tantangan, dan tantangan ketika disodorkan harus bisa terukur dan secepatnya terpetakan untuk berselancar bersamanya. Pertemuan antara kebijaksanaan yang didapat di lapangan dengan teori yang di tuangkan oleh para praktisi dan para ahli.
Oleh karena itu, saya butuh membaca banyak buku, kali ini saat membutuhkan beberapa detail dari solusi masalah yang dihadapkan, saya terpaku dengan sebuah buku yang nampak dideretan buku best seller di salah satu rak buku Toko Buku Togamas Surakarta.
Saya tidak asing dengan sosok Rhenald Kasali, salah satu tulisannya pernah saya muat ulang di blog ini ( baca : Dewasa dengan Kesulitan dan Rintangan) saya cocok dengan beberapa pemikiran pak Rhenald, walaupun tidak semua. Buku ini juga seolah menjadi jawaban dari kegelisahan saya beberapa hari ini, disaat menyelesaikan laporan akhir tahun dan di ambang perencanaan satu tahun kedepan. Bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan bertumbuh, selayaknya diikuti dengan pertumbuhan orang-orang yang ada didalamnya. Bagaimana dengan target yang terus bertambah, menjadi semakin padat dan berat untuk di kunyah-kunyah, jangan sampai membuat patah gigi bahkan remuknya geraham di akibatkan selama ini tertipu dengan kunyahan yang manis dan lezat, yang tanpa dirasa menggerus kekuatan gigi dan melemahkan geraham.
Sebuah metafora bahwa sebuah visi dan misi organisasi / perusahaan ketika diterjemahkan dalam target dan rencana strategis bukan untuk ditakuti atau di kangkangi dengan tindakan-tindakan bodoh kamuflase asal mendapat pengakuan dari pimpinan, kerja kaku tanpa kreatifitas, target diakali atau di hindari dengan berbagai macam alasan, mengerikan kalau hal ini terjadi dalam sebuah organisasi / perusahaan, apalagi sebuah negara.
Buku dengan judul "Self Driving" sedikit banyak mengeksplorasi gagasan Rhenald tentang pentingnya mentalitas sebagai seorang Driver, bukan hanya sekedar Passenger. Bagaimana bahwa untuk menggerakkan dan memimpin butuh mentalitas seorang driver yang siap menghadapi resiko, bayangkan, seorang sopir / driver harus senantiasa awas, senantiasa berpikir dan siap dengan resiko tentu saja resiko yang terukur. Berbeda dengan mentalitas seorang passenger / penumpang, yang senantiasa bisa ngantuk dan duduk manis dibelakang. Dilengkapi dengan tulisan-tulisan beliau di beberapa media massa, aktivitas beliau di Kampus UI dan kunjungan inspiratif beliau di beberapa negara, tentang aktivitas dan pengalaman beliau di Rumah Perubahan.
Gagasan yang provokatif dan kadang meledak-ledak, namun diimbangi juga dengan landasan pengetahuan, ilmu dan riset yang seimbang dari berbagai peneliti. Studi kasus yang real dan renyah untuk dinikmati, dan kadang ditimpali dengan kritik pedas tanpa ampun terhadap sistem. Buku ini cukup membuat saya bersemangat untuk mengunyahnya sampai habis dan membenturkannya dengan kondisi yang saya hadapi, sehingga 272 halaman buku ini sanggup saya habiskan dalam waktu dua hari, di sela aktivitas, sebelum tidur dan selesai di kereta api bengawan yang menggendong saya dalam perjalanan.
Terakhir saya kutipkan Tulisan Prof Rhenald di paragraf terakhir
"Melalui buku ini saya berharap kita semakin siap untuk berubah. Dari sekadar menitipkan hidup dan menjadi beban bagi orang lain, menjadi seorang driver. Seorang driver yang harus selalu tanggap, tak boleh sedetikpun mengantuk, apalagi tertidur. Ya, kita semua bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang dititipkan pada kita, yang kita kenal sebagai kehidupan. Dan hidup yang indah adalah hidup yang bermanfaat, bermartabat, dan tumbuh."
0 komentar:
Posting Komentar