Setelah berusaha, dan terus berusaha, akhirnya kholid bisa juga naik sepeda tanpa roda bantu. Cara belajar Kholid agak berbeda dengan kakaknya, Kholid pantang menyerah untuk berusaha naik sepeda, sering kali jatuh tapi terus bangkit lagi. Sampai akhirnya bisa mengayuh sepeda walau masih sering belum bisa menghentikan dan roboh.
Content
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Belajar dari Web Rumah Inspirasi
Sebenarnya sudah beberapa tahun yang lalu saya dan instri mengambil manfaat dan belajar banyak dari tulisan-tulisan di web rumahinspirasi.com, selanjutnya otodidak dan belajar tentang bagaimana cara mendidik anak-anak dan kemudian sepakat memakai Home Schooling dalam pembelajaran dengan anak-anak.lihat tulisan saya di akhirnya kita memilih homeschooling
Dalam proses kami belajar bersama anak-anak, kumpulan artikel di web site rumahinspirasi.com, sangat membantu bagi kami dalam menerapkan konsep Homeschooling kepada anak-anak. Proses ini belum banyak saya tulis di blog ini, secara bertahap akan saya coba kembali tulis sevagai salah satu bahan sarana evaluasi kita dalam membersamai anak-anak dalam pembelajarannya.
Bagi temen-temen yang hendak mempelajari konsep homeschooling dan mengapilkasikannya, saya merokemendasikan web ini sebagai salah satu rujukan dalam melakukan homeschooling. Sebenarnya saat ini yang belum saya lakukan adalah membuatkan website / blog untuk istri saya. Karena ibunya anak-anak ini banyak mempunyai konsep dan pengalaman yang perlu dibagi.
Dan semoga, rencana saya untuk bertemu dengan sang pemilik web rumahinspirasi.com bisa terlaksana, bersilaturahim dan menggali lebih banyak lagi inspirasi serta ilmu yang dapat kita aplikasikan, karena belajar merupakan hak setiap warganegara di Republik Indonesia tercinta ini, dan ternyata ada banyak bakat serta pengelolaan pembelajaran yang dapat kami gali ilmunya.
Dewasa dengan Kesulitan dan Rintangan
Sebagai seorang ayah, saya merasa harus terus menambah kapasitas saya sebagai orang tua, terus membaca dan mencari tahu bagaimana merawat dan menumbuh kembangkan anak-anak dengan baik. Kondisi saat ini yang mengharuskan saya bertemu setiap akhir pekan, membuat saya berfikir keras agar tanggung jawab ke ayahan bisa tetap baik.
Tangah malam ini saya terpaku dengan tulisan Rhenald Kasali, sesuatu yang selama ini sebenarnya sudah saya pikirkan, tapi dijabarkan dengan lebih detail dan terstruktur oleh beliau, kesalahan besar yang hampir pernah dilakukan oleh sebagian besar orang tua, alih-alih menyiapkan anak-anak yang tangguh seringkali justru menumbuhkan anak-anak yang rapuh. Saya Copy Paste Tulisannya di sini, sumbernya dari kompas.com (5 April 2014) , Tulisan Rhenald Kasali (@Rhenald Kasali)
Mengapa Anak yang Pintar di Sekolah Bisa Alami Kesulitan Ekonomi?
Seorang mahasiswi
mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di
program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang
menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas.
Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit
menerimanya.
Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan dosen-dosennya. "Karena mereka tak sepintar aku," ujarnya.
Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.
Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.
Hadiah orangtua
Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan".
Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan "membuka pintu", jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.
Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.
Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.
Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.
Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: "Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?"
Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.
Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal". Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".
Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya. Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.
Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.
Panggung orang dewasa
Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif. Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.
Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui. Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.
Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya. Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.
Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.
Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.
Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.
Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan. Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21: bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.
Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan. Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja: orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu. Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.
Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan dosen-dosennya. "Karena mereka tak sepintar aku," ujarnya.
Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.
Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.
Hadiah orangtua
Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan".
Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan "membuka pintu", jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.
Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.
Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.
Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.
Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: "Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?"
Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.
Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal". Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".
Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya. Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.
Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.
Panggung orang dewasa
Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif. Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.
Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui. Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.
Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya. Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.
Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.
Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.
Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.
Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan. Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21: bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.
Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan. Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja: orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu. Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.
Berpuasa Bukan Masalah Usia
Bulan Ramadhan tahun ini terasa begitu istimewa, karena dibulan ramadhan tahun ini tahun 2013 atau 1434 H, Faza dan Kholid sudah mulai belajar berpuasa. Diusia mereka yang masih belia mencoba untuk membiasakan berpuasa.
Hari pertama, ketika diajak berpuasa paginya kholid sudah rewel minta jajan, begitu juga Faza apalagi melihat adik kecilnya yang imut aufa, yang masih belum ikut berpuasa dengan leluasa menikmati jajannya. Jadilah hari pertama ini penuh dengan perjuangan sampai akhirnya dipenghujung dzuhur tegukan air membuat semuanya sedikit reda, Alhamdulillah kemudian melanjutkan puasa hingga Maghrib. Seru ketika bisa berbuka puasa bersama, dengan menu sederhana.
Ramadhan tahun ini Alhamdulillah diisi dengan banyak sekali kegiatan, dari anak-anak sampai remaja di kampung, dan yang lebih membuat kami bersyukur adalah ketika anak-anak kami belajar berpuasa seolah tanpa beban. Karena di hari-hari akhir Ramadhan, anak-anak selesai sampai Maghrib puasanya. Kholid yang tadinya kami menyangka akan lebih sulit, ternyata juga nampak menikmati puasanya, walau kadang terasa kelihatan lemas. Alhamdulillah, semoga Allah masih mempertemukan kami skeluarga dengan Ramadhan tahun depan.
Marhaban ya Ramadhan 1434 H
Selamat datang Ramadhan, bulan penuh berkah, bulan latihan dan bulan perjuangan. Agak lama saya tidak update blog, kesibukan offline yang menyita waktu selalu menjadi kambing hitam ^_^. masih ingat tentang tulisan saya, satu hari satu tulisan ? kembali diingatkan untuk terus menulis.
Bersyukur saya masih dikaruniai usia untuk bertemu dengan bulan ramadhan tahun ini, semoga dapat optimal dalam menjalankannya dan senantiasa dikaruniai kesehatan dan kekuatan dalam mengemban amanah optimalisasi pengelolaan zakat, karena seperti tahun-tahun yang lalu, bulan Ramadhan membutuhkan energi sepuluh kali lipat dibanding bulan-bulan biasa.
Dan tak lupa saya meminta maaf pada sahabat sekalian, bila ada kesalahan yang tak sengaja atau tanpa sadar saya lakukan, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Semoga di Bulan Ramadhan tahun ini kita lebih Optimal dalam beribadah dan menambah kualitas serta kuantitas kebaikan.
Resolusi ramadhan saya tahun ini sederhana, saya sangat ingin bisa menyelesaikan tilawah Al Qur'an 3 juz setiap harinya. Mohon doanya ^_^
Faza Akhirnya Bisa Naik Sepeda
Setelah berulangkali jatuh dan sebelumnya beberapa kali belajar di dorong umminya, dan saya juga. Akhirnya sepeda kecil ini berhasil di taklukkan Faza. Sepeda kecil ini sebenarnya di beli tahun 2011, saat itu usia Faza baru 3 tahun, sehingga sepeda ini nampak besar. Masih menggunakan roda bantu, dan kemudian karena kerusakan, sempet sepeda kecil ini mangkrak, teronggok tidak terpakai.
Beberapa hari lalu, kami kemudian membenahi sepeda ini, setelah beberapa bulan sebelumnya juga diservisa dan ganti ban luar dalam. Hari ini kami bawa ke bengkel kembali untuk di pompa dan di betulkan rantainya yang sudah nampak berkarat.
Butuh beberapa hari bagi Faza untuk menaklukkan sepeda kecil ini, dengan teman-temannya bermain di tanah kosong di kompleks kampung, berputar -putar sampai akhirnya kemudian Faza bisa mengendalikan sepeda itu sendiri. Alhamdulillah
Menyelesaikan Puzzle yang Rumit
Beberapa saat puzzle yang dibeli di salah satu toko buku di Purwokerto ini hanya teronggok, kalaupun disentuh nantinya saya yang harus membantu menyelesaikan. Padahal, faza anak pertama saya sangat suka jika bermain puzzle. Puzzle-puzzle sederhana sudah selesai semua, puzzle dengan keping sekitar 25an sudah bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari tiga menit.
Akhirnya umminya anak-anak nantangin Faza untuk menyelesaikan puzzle yang cukup rumit ini, puzzle dengan jumlah kepingan hampr 50 keping. Alhamdulillah akhirnya selesai juga..dan bisa. Puas sekali nampaknya Faza, dan selanjutnya tinggal nyelengin lagi buat beli puzzle yang lebih rumit lagi.
Anak-anak memang khas, dan akan bersemangat dalam belajar jika menyukai proses pembelajaran. Diusianya yang menginjak tahun ke lima, Faza masih belum terlalu hafal huruf, tapi Faza punya kelebihan disisi imaginasi dan motorik Kasarnya. Sangat menyukai puzzle, balok, dan lego. Saat menggambar sudah mulai memberi perpaduan warna.
Saya dan Istri masih belajar dan berusaha memberikan edukasi terbaik buat anak-anak. Banyak kekurangannya sehingga saya share disini ^_^
ilustrasi gambar : disneystars.gr
Faza dan Kholid Ikut Masuk Koran
Maksudnya foto faza dan kholid, anak pertama dan kedua saya ikut nampang dikoran. Saat itu saya ikut dalam agenda peresmian Jamban sehat di kecamatan Susukan desa Brengkok Kabupaten Banjarnegara. Bantuan dari PKPU berupa jamban sehat nantinya akan digunakan untuk umum dengan dua ruang ukuran 1,5 m.
Saya biasa melibatkan anak-anak dalam aktivitas kemanusiaan, ikut mengenalkan walaupun mereka masih dibawah usia lima tahun saat ini. Masa-masa golden age ini sebisa mungkin distimulan dengan kekayaan pengalaman lapangan, bertemu dengan banyak orang dan bertemu dengan berbagai macam kondisi.
Saya hendak berkata, ini lho yang ayahmu lakukan, dan hal ini membuat anak-anak terbiasa untuk traveling ^_^ terbiasa untuk bertemu dengan banyak orang. Situasi ideal yang nantinya saya harapkan, kecerdasan spiritual dan emosional anak-anak bisa terus meningkat.
Apapun situasinya, libatkan anak-anak kita, libatkan dan percayalah, mereka akan menemukan lebih banyak alternatif pemecahan masalah disaat dewasa kelak, dibanding ketika masa kecil mereka diisi dengan bermain game console yang melenakan.
Keluarga Media Terbaik untuk Terus Bertumbuh
Paradoks, salah satu tema yang saat ini menghiasi halaman demi halam media kita, selain tentunya berita politik negri ini yang semakin seru sekaligus lucu. Kasus demi kasus kekerasan, kasus demi kasus pelecehan justru dilakukan oleh orang terdekat dalam institusi yang seharusnya didalamnya tempat rasa nyaman dan tempat paling aman, Keluarga.
Sudahlah, saya tidak mau memperpanjang hal ini dengan menceritakan kasus demi kasus kekerasan dalam keluarga yang juga secara langsung saya temui, kekerasan dalam bentuk fisik maupun psikologi. Dengan derasnya arus informasi, derasnya profokasi marketing yang terus berlomba menjajakan produknya, yang sampai membuat kebanyakan dari kita mulai kebingungan mana yang merupakan kebutuhan, mana yang merupakan keinginan. Hal ini membuat keterjebakan finansial, keterjebakan rasio alat ukur tentang sebuah kebahagiaan.
Sudahlah, bagi saya sederhana memaknai sebuah kebahagiaan, bahagia itu terletak pada kesyukuran, terletak pada rasa sakinah, ketenangan. Ketika kita menemukan hal ini, maka kita akan terus bertumbuh. Bertumbuh membutuhkan media, dan bagi saya keluarga adalah media terbaik untuk bertumbuh.
Saat pertama kali menikah, ketika mensyukurinya, maka kita akan belajar memahami pasangan hidup , dalam segala kondisi yang kemudian menjadi faktor leverage meningkatkan pertumbuhan kita. Ada banyak hal yang terus kita dapatkan dan pelajari bersama pasangan hidup \, belajar merencanakan dan menghadapi hidup bersama, ya sekarang kita mempunyai partner dalam mengarungi kehidupan.
Kita selalu bertumbuh, karena memang itulah adanya, pasangan kita pun demikian, oleh karena itulah pertumbuhan itu perlu terus dirawat dan dijaga, disinilah cinta punya peranan besar membersamai pertumbuhan kita, merawat disaat ada hantaman besar, menaungi di saat goncang.
Ketika satu demi satu anak-anak lahir, dengan membawa karakter yang berbeda pertumbuhan ini pun menjadi semakin berwarna dan indah. Melihat perkembangan itu sungguh sangat indah. Saya terbiasa mengumpulkan dokumentasi untuk mengenang hal ini, dalam sebuah folder yang terbagi dalam satuan waktu.
Bunga menjadi indah karena terus bertumbuh, mulai dari benih kemudian muncul daun dan butuh waktu untuk membuat bunga merekah. Butuh perlindungan dari berbagai macam gulma dan kerasnya cuaca, membutuhkan pupuk dan media yang subur. Jika semua usaha sudah dilakukan, kepada Allahlah semua dikembalikan. Yuk kita rawat taman bunga itu, teruslah berkembang hingga suatu saat nanti keindahannya membuat yang melihatnya pun merasa tenang dan mendapatkan manfaatnya.
Dan ini yang terpenting, keindahan keluarga kita akan membawa manfaat, memberi inspirasi dan membawa sakinah juga kepada keluarga-keluarga lain. Memberikan manfaat kebaikan bagi tetangga pada lingkup terkecil, dan kelak kita berharap dengan terus berkembang dan bertumbuhnya kita dan anak-anak akan membawa manfaat kebaikan yang lebih besar dalam radius jangkauan yang lebih besar pula...doakan kami ya ^_^
Jambu Segar Kaya Vitamin, Lebih Menyenangkan Memetiknya Langsung
Jambu biji ranum sebesar kepalan tangan orang dewasa, bahkan ada yang sebesar kepala bayi usia 5 bulanan. Anak-anak bergelayutan mencoba memetiknya, akhirnya dapet juga dipetik. Kebun jambu yang terletak di daerah pabuwaran tepat dipinggir jalan dari arah grendeng kampus UNSOED. Tiket masuknya per orang hanya Rp 2.500 makan sepuasnya di dalam kebun, untuk anak-anak tidak ditarik biaya.
Jika ingin membawa pulang per kg hanya Rp 6.000. Cukup menyenangkan memetik sambil bercerita manfaat jambu yang kaya vitamin C. Ini bagian dari Homeschooling anak-anak saya. Setelah puas bergelantungan dan memetik kemudian memakan jambu biji berwarna merah, kami membawa pulang sebagian untuk proyek TPQ yang kita asuh, proyeknya menjual jus jambu segar berkhasiat. Tunggu tulisan berikutnya ya : )
Saatnya Musim Layangan Tiba
Musim kemarau mulai masuk, walaupun terkadang masih hujan, tapi sudah mulai jarang. Angin yang sering bertiup cukup kencang, membuat layangan-layangan berlomba berarak diangkasa. Anak-anak mulai bergegas untuk berlomba, mengangkat senar layangan, menarik dan mengulurnya.
Diangkasa layangan nampak saling berkejaran, kemudian menukik dan menggesek antar senar atau tali layangan. Sampai kemudian ada yang menang, dan satu layangan akan nampak turun dan terbawa angin, dan dibawahnya berkejaran anak-anak berlomba mendapatkan layangan yang kalah perang, siapa yang mendapatkannya akan dengan gagah kembali menaikkan sang veteran ke medan laga diangkasa.
Faza dan kholid dua anak saya, juga menikmati bermain layangan, karena masih balita jadinya lebih banyak jadinya saya yang ikut naikkan layangan. Terkadang sambil berlari mereka menarik layangan, sejenak terangkat kemudian terjun bebas ditanah sampai kemudian ditarik kembali sambil berlari.
Bermain di Sungai Pelus
Kami bersyukur dengan tempat tinggal kami sekarang, di kelilingi sungai kecil dan besar. Saat pertama pindahan, anak-anak langsung tertarik untuk bermain di sungai. Saat ini sudah lebih dari satu tahun sejak pertama kami pindah.
Beberapa meter di sebelah timur rumah kami, mengalir sungai besar. Sangat bening dan dipenuhi batu-batu besar. Sungai yang aliran awalnya bersal dari kaki gunung slamet ini biasa di sebut warga dengan "Kali Pelus" saya belum tahu apakah memang ada hubungannya sungai ini dengan pelus (bulus/kura-kura).
Anak-anak saya sangat senang bermain di sungai ini, bermain air, melempar batu dan terkadang menggoda ikan kecil yang nampak berkejaran. Saya bersyukur, anak-anak bersahabat dengan alam secara alami, belajar mensyukuri karunia yang sudah di berikan Allah swt.
Tanjlig Kencana, Alternatif Tempat Berenang Anak di Purwokerto
Hari minggu, (11/03, 2012) tanpa rencana sebelumnya, kita ke tanjlig tempat berenang bagi anak-anak yang relatif dekat lokasinya dengan rumah. Anak-anak sudah mulai saya coba ajari berenang, walaupun biasanya sudah biasa mandi di kali, tapi karena kali / sungainya cukup besar belum memungkinkan untuk dijadikan saranan belajar berenang bagi anak-anak usia tiga tahun, masih terlalu berbahaya.
Harga tiket Tanjlig Rp 7.500 / orang. Untuk anak usia diatas 3 tahun sudah dikenakan biaya yang sama. Lokasi permainan relatif kecil jika dibandingkan tempat wisata seperti owabong. Hanya ada 3 kolam dilengkapi tempat perosotan dan playground sederhana. Bagi saya ini sudah cukup, dengan pengunjung yang relatif tidak terlalu banyak membuat anak-anak lebih leluasa bermain dan lebih aman.
Anak-anak saya paling besar berusia tiga tahun, dua tahun dan yang paling kecil berusia tujuh bulan. Sikecil yang baru berusia tujuh bulan sudah menyukai bermain air. Lokasi arena bermain air ini satu lokasi dengan pemancingan dan rumah makan tanjlig kencana. Jika berminat kesini dari terminal purwokerto bisa menggunakan angkutan B1 setelah itu turun di pertigaan sumampir sebelah utara kampus UNSOED. Setelah itu jalan kaki sekitar 50km ke arah lapangan Sumampir. Setelah itu ada papan penunjuk arah lokasi, jika bingung bisa bertanya pada orang atau toko di sekitar lokasi.
Ngebut dengan Kereta Dorong
Berbelanja jadi menyenangkan jika dilakukan sambil bermain, mengajak anak-anak berbelanja sekaligus bermain sambil belajar mengenalkan jenis-jenis barang kebutuhan. Ada yang untuk kebutuhan pokok, ada yang untuk perawatan ada juga untuk kesehatan, dan macam barang lainnya.
Sambil menaiki kereta dorong kami berkeliling dari lorong ke lorong, dari satu bagian item produk kebagian yang lain. Sesekali kereta berhenti untuk memberi kesempatan lewat, sesekali ngebut mengejar ummi. Terakhir kita kekasir, bertransaksi. Sedikit belajar kali ini di sebuah supermarket, tentang finansial tentang manfaat produk/barang.
Selalu ada yang Layak Kita Pertaruhkan Atas Nama Keluarga
Keluarga begitu penting artinya dalam kehidupan kita. Mereka mengelilingi hidup kita, meski mungkin secara fisik tidak berada di samping kita. Sebab selalu ada yang lekat di hati dan jiwa kita. Dalam banyak hal mereka sangat berarti, walau kadang kita tak menyadarinya. Eksistensi kita adalah eksistensi mereka, pun sebaliknya. Maka, hanya yang tak punya tanggung jawab yang tak bisa menghargai keberadaan sebuah keluarga disisinya.
Dalam hidup kita, pasti ada yang layak kita pertaruhkan untuk mereka. Ada banyak hal yang bisa kita persembahkan untuk kehidupan mereka, yang bisa membuat mereka berbangga dan berbahagia. Maka perjuangan dan kerja keras selalu kita butuhkan untuk mereka dan kerja keras selalu kita butuhkan untuk mereka dan atas nama mereka, sebagai manusia yang selalu harus kita cintai dan kasihi.
Butiran tetesan keringat yang sering kita seka setiap harinya, membanting tulang memeras energi dan pikiran merupakan jalan yang harus kita lalui, dihadapkan dengan sebuah tantangan untuk membahagiakan orang-orang yang kita cintai. Berusaha mendapat harta sehalal mungkin, mengumpulkan sekeping demi sekeping agar anak-anak kita mendapat pendidikan yang layak, sebuah pendidikan yang nantinya tidak hanya mencetak anak-anak yang pandai tapi bebal moral. Tapi dengan menjaga harta kita dari yang syubhat bahkan haram berharap nantinya mereka menjadi anak-anak yang cerdas sekaligus salih.
Semuanya membutuhkan pengorbanan, bukan sekedar angan dan impian dan janji kosong kepada mereka. Para ayah, menjadi sandaran anak dan istrinya. Sungguh bukan ayah yang berwibawa ketika kita bangga bisa mengasari anak istri kita, sehingga mereka tunduk ketakutan. Pertaruhan inilah yang sering harus kita lakukan, antara harapan atau keputus asaan. Sekali lagi, layak dan akan selalu ada harapan yang kita pesan kan pada keluarga kita. Biarlah mereka melihat sosok kita yang lembut namun berwibawa. Yang tak segan mengelap kotoran dicelana balitanya. Yang tak tabu untuk kemudian memasak atau berbelanja.
Kemudian ada dimanakah kita saat ini, dalam tumpukan kertas-kertas kerja yang kita hadapi, dihadapan target-target yang harus kita penuhi. Untuk apakah semua ini, sehingga kita bisa mempunyai energi untuk menyelesaikan semua?. Yakinlah kawan, ilmu manajemen terbaik adalah ketika prioritas terbesar kita adalah bagi keluarga. Inilah sumber energi kita. Kedisiplinan kita di tempat kerja yang kemudian membawa kita pada puncak kapasitas tertinggi kita, tidak membuat kita merasa gengsi untuk sekedar mengelap ingus sikecil yang merengek minta gendong, kemajuan bisnis yang kita kelola dengan menjaganya dari harta yang haram merupakan harapan agar anak-anak kita nantinya mampu menjaga auratnya serta syubhat pemikiran yang membawa pada kebebalan mental yang menyebabkan mereka menjadi pendurhaka kita dan Tuhan. Dan kepenatan inipun lenyap seketika ketika melihat binar dimata mereka, saya bersyukur mendapat karunia ini dari Allah swt.
Kini, sayapun mempunyai jawaban, memang selalu ada yang layak kita pertaruhkan atas nama keluarga
(terisnpirasi dari salah satu tema majalah tarbawi )
Episode sawah..Rangkaian Kisah Home Schooling Faza & Kholid
Menyusuri pematang sawah, kemudian tanpa ragu menyemplungkan diri ke saluran air..umminya jadi harus lebih sporty n hati-hati kalau nda bisa ikut tercebur.
Kali ini kami menamainya episode sawah...dikaki gunung slamet, biarlah anak-anak merasakan hembusan angin, meresapnya air dipori-pori kulit dan mencium aroma lumpur sambil mengejar sang capung..episode sawah kali ini baru merasakan..belum ikut menanam...
Akhirnya kami memilih Home Schooling
Bulan ini, tidak terasa anak kami yang pertama berusia 3 tahun..masa-masa golden age, masa-masa menanamkan harapan, mimpi-mimpi dan optimisme. Beberapa pekan yang lalu kami sudah mendaftar di salah satu Play Group..saat hendak melakukakan pendaftaran ulang dan pengukuran badan untuk seragam..saya dan istri rapat :) seperti biasa setiap akan ada keputusan penting kami berdiskusi, apalagi ini terkait pendidikan anak kami.
Hasilnya, kami memilih untuk mundur dari Play Group, kami memilih alternatif untuk melakukan Home Schooling di rumah. Budget yang tadinya digunakan untuk biaya bila masuk ke PG kami gunakan untuk melengkapi kebutuhan Home Schooling.
Selama ini banyak yang salah kaprah terhadap Home Schooling, seolah home schooling hanya mengganti ruang yang di sekolah di pindah ke rumah dengan metode yang sama, seperti pengajaran di sekolah yang dibatasi dengan waktu.
Home Schooling adalah belajar 24 jam dirumah dan semua lingkungan yang dapat menumbuh kembangkan dan menstimulus kemampuan anak kami, kami akan terus mengevaluasi dan mengobservasi sampai sejauh mana efektifitasnya. Dengan alat ukur yang jelas. Kami ingin belajar bersama anak kami, membersamai kemudian secara bersama menumbuhkan. Bukan hanya sekedar belajar untuk meraih nilai, tapi kami ingin anak kami belajar sesuatu yang membuatnya mampu bertahan hidup sekaligus berkontribusi besar bagi kehidupan peradaban ini.
Ada saat kita akan belajar berwudhu kemudian melangkahkan kaki bersama ke masjid mendekatkan dengan Al Qur'an, kemudian akan ada banyak eksperimen yang akan kita lakukan..memlihara ikan, kelinci atau ayam kemudian mengamati sekaligus menyayanginya. Berkubang beceknya tanah untuk menanam tomat, atau berselimut jaket melihat p tani menanam kubis diketinggian. Kami akan berkemah bersama kemudian menuliskan pengalaman kami di blog..berbagi inspirasi dengan yang lain. Tekadang kita juga akan berkunjung tidak hanya ke pemadam kebakaran, tapi kita akan mengunjungi mereka para eksekutif sampai pedagang kelontong di pasar..menumbuhkan mental wirausaha sedari kecil.
Benarkah kita tidak membutuhkan institusi formal? tidak sepenuhnya benar, institusi pendidikan formal yang ada bukanlah inti dari yang kita inginkan, tapi hanya sebagai pelengkap aktivitas, kalau boleh memilih ketika usia sd kami memilih sekolah alam sebagai pilihan intitusi formal, tapi itupun sekali lagi hanya pelengkap..kami ingin terus membersamai anak-anak kami.semuanya memang butuh proses dan kami dengan senang hati akan terus belajar-dan belajar, magang dan belajar pada orang maupun institusi akan kami lakukan.
Saya yakin akan ada banyak cerita untuk dibagi....doakan kami ya :)
(Malam ini dua pria ini terlelap dalam mimpinya, kelelahan setelah hari ini ikut di acara pengobatan masyarakat, main hujan-hujanan, nonton VCD Diva bermain bersama huruf hjaiyah..oh ya anak kenalkan anak pertama kami bernama Muhammad Faza Al Banna, anak kedua kami bernama Kholid Abdul Fattah..
Tanaman Kubis
Wonosobo, Maret 2010
Lokasi : Desa Tieng, Kecamatan Kejajar Wonosobo
Anak pertama kami namanya Muhammad Faza Albanna, alhamdulillah usianya 27 Mei 2010 genap 2 tahun. Saya dan istri berkomitmen sejak awal nikah, kami tidak akan memberikan pengasuhan anak kami pada orang lain (pembantu maksudnya)..menyenangkan mengikuti perkembangan anak mulai dari dalam kandungan hingga bertumbuh..kami mencoba mendokumentasikannya sejak masih dalam kandungan, hampir setiap bulan kandungan kami USG, dan fotonya kami kumpulkan..menjadi sebuah file khusus data anak kami.Harapannya kelak berguna bagi edukasi mereka, mengingatkan akan kebesaran Alloh SWT.
Di Blog ini saya juga mencoba mendokumentasikan proses home shooling anak-anak kami.
Faza kami ajak kelokasi kebun kubis, terletak di desa tieng kejajar wonosobo, tepatnya berlokasi dibawah obyek wisata dieng..melihat tanaman kubis, bercerita manfaat kubis, dan pentingnya sayuran....dan tentu saja belajar untuk bersukur kepada sang pencipta sayuran
Baca selengkapnya »
Lokasi : Desa Tieng, Kecamatan Kejajar Wonosobo
Anak pertama kami namanya Muhammad Faza Albanna, alhamdulillah usianya 27 Mei 2010 genap 2 tahun. Saya dan istri berkomitmen sejak awal nikah, kami tidak akan memberikan pengasuhan anak kami pada orang lain (pembantu maksudnya)..menyenangkan mengikuti perkembangan anak mulai dari dalam kandungan hingga bertumbuh..kami mencoba mendokumentasikannya sejak masih dalam kandungan, hampir setiap bulan kandungan kami USG, dan fotonya kami kumpulkan..menjadi sebuah file khusus data anak kami.Harapannya kelak berguna bagi edukasi mereka, mengingatkan akan kebesaran Alloh SWT.
Di Blog ini saya juga mencoba mendokumentasikan proses home shooling anak-anak kami.
"Jundiku sayang"
Alhamdulillah masa-masa kritis itu terlewati..
Akhirnya Jundi pertama kami terlahir kedunia pukul 16.40 hari selasa 28 Mei 2008 di RS Margono Sokardjo, dengan berat 2,85 kg dan panjang 48 cm.
Berkah Alloh karena istri mengalami masa kritis..pukul 6.30 pagi pecah ketuban terlebih dahulu dan belum bukaan, alhamdulillah Alloh memudahkan dengan kelahiran normal tanpa operasi
Jazzakumullah Khair pad Ikhwah yang sangat sigap membantu..Sungguh kami sangat merasakan sebuah ukhuwah dalam berjamaah..semoga Alloh membalas dengan yang lebih baik
Jazzakumullah Khair pad Ikhwah yang sangat sigap membantu..Sungguh kami sangat merasakan sebuah ukhuwah dalam berjamaah..semoga Alloh membalas dengan yang lebih baik